26 | Curi start duluan~

9.9K 703 22
                                    

Nadhira terbangun saat sinar matahari mulai menyeruak melalui tirai kamar hotel, tadi malam mereka sampai dihotel nyaris pukul dua malam, dan pagi ini karena sama-sama capek dan butuh istirahat. Bos besar setuju untuk menunda rangkaian acara pada hari ini, dan akan dilakukan pada esok hari.

Sepagian ini dia sudah kelelahan, walaupun selama dipesawat kerjaan nya tidur doang, tapi yang namanya menempuh perjalanan jauh tuh selalu menguras tenaga, mau dibilang jet lag juga rada lebay karena perbedaan waktu antara Bali dan Jakarta juga cuma satu jam.

Kalau bisa, hari ini dia cuma pengen tidur-tiduran dikamar. Untuk makan pun, kalau nggak ingat sisa saldo di rekening, rasanya dia ingin meminta room service agar makanan nya diantar kekamar.

Seperti perempuan normal pada umumnya, Nadhira ikut-ikutan tergoda saat melihat paket spa lengkap yang disediakan di hotel ini. Dengan durasi spa yang berlangsung selama dua jam, tentunya dengan harga yang cukup affordable, wanita dimanapun dimuka bumi pasti akan tergoda. Harganya juga tergolong ramah untuk kantong budak korporat, minusnya dia cuma perlu irit dan berhemat dibulan ini kalau mau saldonya nggak boncos-boncos amat direkening.

Tapi kata Liburan dan Hemat itu nggak pernah berjodoh, yang namanya liburan pasti bakalan keluar duit banyak. Hal yang cuma bisa dinikmati sesekali, terutama untuk budak korporat seperti mereka. Kalau diabaikan begitu saja, rasanya kayak rugi banget gitu loh. Duit bisa dicari, tapi yang namanya liburan ke Bali apalagi gratis, kapan lagi?

Nadhira cuma bisa berdoa, supaya di liburan kali ini dia nggak kalap-kalap amat. Karena matanya ini suka lemah sama keindahan, semisalnya melihat aksesoris dia tuh suka nggak sengaja masukin keranjang belanjaan. Padahal itu aksesoris nantinya juga bakalan jadi pajangan dikamarnya.

Kayak, mau dipake disehari-hari pun rasanya dia nggak se pede itu pakai aksesoris nyentrik. Dia bukan mbak Raya yang tampilannya serba modis, bukan juga Naomi yang cocok pake aksesoris lucu nan mejikuhibiniu. Mentok-mentok dia cuma pakai gelang ataupun cincin, itupun yang rada plain dan nggak banyak ornamen.

Karena kelaparan dan nggak punya pilihan selain keluar kamar, akhirnya Nadhira pilih bangkit dari kasur dan duduk sejenak untuk mengumpulkan nyawa. Setelahnya dia langsung memakai jilbab paris dan berjalan keluar kamar.

Begitu sampai di resto matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan indah, yang saking indahnya dia sampe pengen hancurin ini bumi. Dimeja ujung tampak Kiran sedang sarapan ditemani dayang-dayangnya sepagi ini.

Helloo!!!

Dia yang calon bini saja belum sempat diapelin dari kemarin, aseeem ini orang-orang kok bisa bisanya curi start sih?!

Nadhira bertatapan dengan Karen sekilas. Begitu melihat wajahnya, jelas muka Karen simalakama langsung nggak enak dilihat. Nadhira berusaha tetap profesional, dan tersenyum sopan. Perempuan itu malah memandang Nadhira sinis dan lanjut mengobrol dengan calon suaminya.

What. The. Heels!

Ini cewek sekolah dimana sih? Atau jangan-jangan nggak pernah sekolah dan ijazahnya dipalsuin? Seriusan ini orang nggak punya sopan santun sama sekali, sementang Nadhira cuma karyawan remahan. Minimal balas senyum bisa nggak sih?!?

Argh. Nggak salah ini orang jadi public enemy, mukanya ngeselin banget. Suer! Songong minta ampun dan sesekali sengaja menyenggol lengan suaminya. Ralat, calon suaminya soon to be!!!

Yang namanya perempuan kalau sudah mencium bau-bau pelakor didepan mata, seluruh panca indranya mendadak peka. Dari kejauhan Nadhira melihat kalau mereka sedang membahas pekerjaan, tampak mbak Tyas dan Karen simalakama membawa beberapa map ditangan mereka. Nadhira ikut bernafas lega, kayaknya punya calon laki yang ganteng begini dia emang perlu mawas diri.

Terlanjur ResepsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang