20

3.8K 299 3
                                    

.

.

Selamat membaca

.

.

"Sayang~ Minta koin nya dong" Ferlin membelai paha Aghana, sedangkan sang empu hanya memasang wajah datar sambil menatap wajah Ferlin bingung.

Seakan tak tahan akan kegemasan sahabatnya, ia memeluk Aghana erat bahkan tak segan-segan mencium pipinya, "Kamu lucu banget! Andai kamu cowo, Udah aku nikahin pasti. Hehe."

"Saya ga punya Penis"

Ferlin terdiam sambil melepaskan pelukan, Tanpa aba-aba ia mala berlari pergi, sambil berteriak "SEMUA NYA JANGAN TEMENIN CEWE MATA DARAH ITU, UDAH GEGER OTAK!"

"...."

"...."

Aghana menghela nafas panjang, ia sangat tidak mengerti dengan sifat sahabatnya, lalu menatap Arnal dengan datar.

"Kau kaya bukan selama ini?" Tanya Aghana dengan tatapan menyelidik, hingga membuat Arnal tersenyum paksa seakan ia bukan pelaku hal tersebut.

"Eumm A- apa yang kau katakan?.. saya tidak punya apapun, jika saya punya uang mungkin saya tidak ada disini, haha.." balas Arnal sambil menatap lurus mata Aghana dengan keberanian tinggi walaupun sudah jelas dari pupil mata Arnal sendiri yang bergetar.

Aghana memutuskan kontak mata membuat Arnal menghela nafas lega, gadis itu berjalan kedepan tempat pendaftaran dan mulai membayar semua kebutuhan dari tempat tersebut lalu ia memanggil teman-temannya.

Kay Kama Arnal dan Ferlin mengikuti arahan Aghana lalu mereka diberi formulir pendaftaran, Arnal terdiam ketika melihat akhir dari formulir tersebut yang bertulis
' Taruh sedikit darah anda sebagai tanda tangan dibawah ini dan ucapkan janji mantra sebagai kesetujuan perjanjian  '

Tak lupa Arnal berpikir keras ketika dibagian nama orang tua, tentu ia tidak akan menulis nama orang tua asli tubuh ini bukan?? Bisa saja dirinya akan kena undang-undang memalsukan identitas dan kembali ke kerajaan.
Membayangkan saja membuat Arnal ingin muntah.

Setelah beberapa menit mengisi akhirnya formulir tersebut diberikan kembali kepada resepsionis pendaftaran lalu mereka diberikan tato berwarna emas di leher mereka.

"Uhh apakah ini Permanen??" Tanya Ferlin kepada resepsionis ketika melihat simbol indah di lehernya berlambang bunga dengan burung bergantung di atasnya.

"Tentu, Simbol tersebut sudah menempel pada mana dan tubuh kalian dan tidak bisa dilepas." Jawab resepsionis membuat Ferlin mematung.

Aghana menghela nafas lalu Menepuk kepala Ferlin dengan lembut sambil berucap "Kamu akan terlihat cantik memakai simbol itu, ingat bukan jika kamu sudah bukan bagian 'keluarga' mu lagi? Jadi tidak apa untuk dilanggar." Setelah itu gadis tersebut pergi.

Ferlin tersenyum kecil lalu mengikuti Aghana begitupun ketiga cowo dibelakang. Mereka kembali ke penginapan kecuali Arnal karena memiliki alasan barang ketinggalan, sempat Kay dan kama tolak namun dnegan bujukan maut Arnal akhirnya mereka mengizinkan.

Arnal pergi di suatu penginapan jadul yang cukup ramai pengunjung, ia berjalan mendekati wanita berbaju lusuh yang sedang berdiri seperti mencari seseorang.

"Hey! Sudah menunggu lama? Maaf tadi ada kendala jadi emn aku sedikit terlambat datang" Ucap Arnal sambil tersenyum yang dibalas anggukan.

"Aku baru saja datang dua menit yang lalu, tidak terlalu lama.." Balas Berica sambil tersenyum kecil.

Arnal mengangguk lalu membuka penginapan tersebut, semerbak wangi bunga Lavender mulai menggeluar, meja terbuat dari kayu, beberapa koleksi barang antik bertengger manis di sebuah tempat khusus dengan dengan perpus kecil.

Cats Sa Psychí - Bl (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang