Acara pagi jogging bersama begitu dinikmati oleh Gendhis. Dia berusaha mengabaikan apa yang terjadi semalam. Setidaknya acara terakhir di tempat ini dirinya akan bersungguh-sungguh menolong Dewa seperti apa yang seharusnya dia lakukan. Namun, sepanjang acara pagi itu, dirinya tidak melihat Dewa.
Pun demikian saat sarapan, Gendhis tidak juga melihat sosok Dewa di sana.
"Mbak Fio."
"Hai, Gendhis, gimana? Gimana? Udah baikan?"
"Sudah, Mbak. Eum ... Mas Dewa ke mana ya?" tanyanya ragu.
Fio mengedarkan pandangan.
"Iya juga ya, tadi nggak ikut jogging. Eum ... apa masih tidur?"
"Tidur di mana, Mbak?"
"Aku kurang tahu, tapi coba kamu tanya Robi!" Dia menunjuk rekan Dewa yang tengah bercakap-cakap dengan istrinya.
Setelah mengucapkan terima kasih, Gendhis mengayun langkah mendekati Robi.
"Dewa? Iya, semalam dia tidur di sofa sih, tapi coba kamu cari di mobil, Dis!" jawab Robi saat ditanya.
Mengangguk bergegas dia meninggalkan tempat itu menuju di mana mobil diparkir. Tidak sulit menemukan mobile Dewa karena bisa dibilang mobil pria itu yang paling berbeda . Selain dari harga yang mahal, karena keamanan dan mesinnya yang juara, plat nomornya juga khusus dipesan Dewa seperti yang dia inginkan.
Benar apa yang dikatakan Robi, Dewa masih terlelap di sana. Ada perasaan bersalah di hati Gendhis. Awalnya dia merasa kesal karena Dewa sudah berbuat jauh dari apa yang seharusnya, tetapi pagi ini pria itu menunjukkan jika dia benar-benar hanya menolongnya agat bisa segera siuman.
Setelah melihat sekeliling, dia mengetuk kaca jendela mobil sembari memanggil nama Dewa berulang-ulang. Cukup lama Gendhis berdiri di tempat itu, karena sepertinya Dewa memang tertidur sanga pulas. Akan tetapi setelah dia sedikit mengangkat suara, akhirnya Dewa membuka matanya.
"Kenapa?" Dewa membuka pintu menatap perempuan yabg masih mengenakan baju olahraga dengan rambut dikuncir ekor kuda.
"Maaf, Pak, sudah waktunya sarapan," jawabnya ragu.
"Kita balik segera setelah aku mandi!" Dewa beranjak keluar mobil lalu menutup pintunya.
"Kamu sarapan aja dulu. Aku mandi!"
"Pak."
"Apa?"
"Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Bapak sudah menolong saya."
"Sudah tanggung jawabku. Karena kamu pergi bersamaku." Dewa memberi isyarat agar Gendhis kembali ke villa untuk sarapan.
**
Awalnya setelah sarapan Dewa mengira jika acara sudah selesai, ternyata masih ada satu acara lagi yang harus mereka ikuti.
"Deskripsikan pasangan kalian masing-masing! Yang paling menarik akan dapat sesuatu yang gue jamin bikin kalian happy!"
Gendhis menggigit bibirnya, kali ini dia tidak boleh mengecewakan Dewa. Paling tidak meski tidak mendapatkan sesuatu yang dibilang Fio, dia tidak boleh membuat pria itu kesal.
"Sekarang kalian duduk, nanti akan dipanggil berpasangan, dan duduk di sofa ini!" Ucapan Fio membuat Dewa menarik napas dalam-dalam.
Sati per satu sudah maju mendeskripsikan pasangan masing-masing. Giliran Dewa dan Gendhis. Meski kesal dengan permainan yang menurutnya absurd dan tidak masuk akal, tetapi mau tidak mau dia harus mengikutinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/350985196-288-k113399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setidaknya Kita (Sempat) Bersama (Sudah Terbit Ebook)
Ficción GeneralMemiliki trauma terhadap pria membuat Gendhis berusaha menutup hatinya meski sang ibu menginginkan agar Gendhis segera memiliki kekasih. Sang ayah yang meninggalkan dia, kakak dan ibunya begitu saja telah menorehkan luka di hatinya. Namun, hati tet...