7.0 - curious

1.2K 214 62
                                    

Agesta menyeringai ketika mendapati panggilannya diputus sepihak, dan tidak lama dari itu Aruna memblokir kontaknya. Pria itu memutar-mutar ponsel ditangannya, lalu berdecih sinis. "Well, lo pikir gampang nyingkirin gue gitu aja? Kita lihat sejauh mana lo bisa ngehindar dari gue."

Memasukkan ponselnya pada saku mantel, Agesta berjalan keluar dari ruangannya kemudian menuruni tangga dengan siulan yang keluar dari bibirnya.

Langkahnya melambat didekat pintu keluar..

Lurus dari pandangannya, diparkiran depan sana, Agesta melihat seseorang yang ia kenal sedang membukakan pintu penumpang dan seseorang yang lain muncul.

Pria itu mengernyitkan kening heran, pemandangan didepannya terlihat janggal. Ia tidak mungkin salah jika seseorang yang membukakan pintu itu adalah suami dari wanita yang ia incar. Mereka bertemu beberapa hari lalu di supermarket dan berebut eskrim.

Tetapi gesture pria itu dengan seseorang disampingnya.. Tidak biasa, terlalu dekat..
Bahkan jika Agesta bisa bandingkan, kedekatan pria itu dengan istrinya, tidak sedekat dengan seseorang ini. Apa mungkin wanita ini adalah yang pria itu telepon?

Iya, asumsi Agesta menguat karena setelah bertemu di freezer ice cream, Agesta membuntuti sepasang suami-istri itu untuk mengetahui bagaimana keadaan 'rumah tangga' mereka, meski harus mengambil beberapa meter dibelakang dan sesekali bersembunyi di rak lain agar tidak membuat curiga.

Kemudian ia mencoba mengingat-ingat silsilah keluarga Priambudi..

Seingatnya.. Priambudi tidak memiliki keturunan perempuan. Karena Darren selalu mengeluh jika warna di hidupnya terlalu biru, alias selain Ibunya, seluruh keluarga Priambudi adalah pria. Dan Darren bersyukur ketika Abangnya kemudian menikah dan pria itu mendapat seorang kakak ipar.

Agesta kemudian membatalkan niatnya untuk keluar dan beralih menuju meja kasir ketika melihat dua orang itu menuju kearah cafe miliknya.

Mata tajam Agesta memaku pada gerak dua orang itu mulai dari pintu masuk dan dimana akan duduk. Dan setelah mendapatkan tempatnya, Agesta membuka aplikasi cctv di ponsel, mulai fokus pada sudut yang memuat dua orang tersebut.

Namun belum sampai lima menit, seseorang datang meninterupsi kegiatan Agesta bermain 'detektif'.

"Hoi! Serius amat lagi nonton porn ya lo?!" Sapa nyaring seseorang membuat Agesta buru-buru menutup ponselnya dan menyembunyikan benda pintar itu pada saku celana.

Dalam hati pria itu menggeram kesal. Manusia satu ini selalu menganggu disaat yang tidak tepat.

Agesta menoleh dengan tatapan bengisnya sehingga seseorang yang mengganggunya mundur dan mengangkat tangan ke udara. "Ampun bang jago."
Ucapnya asal.

Orang itu takut-takut mengambil tempat disebelah Agesta diiringi lirikan tajam Agesta yang tidak mengendur. "Lirikan lo kayak mau ngunyah orang. Santai elah Mas, sulit amat diajak bercanda. Eh, tapi kok lo panik. Beneran nonton porn?" Tanyanya dengan alis terangkat satu, untuk kalimat terakhir ia sampaikan sedikit berbisik, "Siang-siang begini? Di tempat rame? Yang bener aje!"

Kesabaran Agesta memudar seiring dengan perkataan terakhir dari orang tersebut.

"Alvero Rafandra! Kalo lo ga pergi sekarang dari sini beneran gue kunyah lo idup-idup!"

DON'T BLAME ME | SEUNGCHEOL X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang