1.7 - explanation

1.1K 189 43
                                    

Hanya dalam satu hari, Aruna mengalami pagi di tempat dan pada suasana yang berbeda.

Namun dengan perasaan yang sama.

Tidak nyaman.

Jika kemarin ia dihadapkan dengan keluarga suaminya. Kali ini Aruna dikelilingi sepasang kakak-beradik yang menatapnya intens dan hampir tanpa berkedip!

Kedua pria dihadapannya memiliki aura yang tidak jauh berbeda. Agesta mungkin tetap yang lebih mendominasi, tetapi Alvero dengan tatapan tidak terbacanya juga tidak bisa diremehkan.

Sebenarnya untuk Agesta, meski belum begitu nyaman tapi setidaknya tatapan Agesta tidak asing dan Aruna mulai terbiasa.

Sementara untuk Alvero.. Ini bukan pertemuan pertama mereka, beberapa kali Aruna pernah bersinggungan dengan adik Agesta itu tetapi untuk situasi yang berbeda. Jika sebelumnya Aruna mengenal Alvero sebagai teman Darren, sekarang ia dihadapkan dengan adik dari Ayah dari anaknya? Atau bagaimana Aruna harus menyebut situasinya dengan Alvero saat ini?

Aruna mengaduk buburnya dengan tidak selera.
Ya bayangkan saja jika seseorang diposisinya apakah bisa makan dengan nyaman? Jika ada, pasti orang itu memiliki kekuatan super!

Melihat Aruna enggan menyentuh makanannya, Agesta memiliki pemikiran lain. Pria itu menoleh pada adiknya, "Bubur lo beli dimana? Keliatannya nggak enak sampe Aruna nggak mau makan." tanya Agesta dengan nada menuduh.

Alvero mendelik tidak terima sementara Aruna terkejut dan menggeleng cepat karena Agesta salah paham, "Eh, nggak. Bukan karena itu."

"Gue beli di tempat biasa ya depan sana, mana harus ngantri lama!" balas Alvero sewot. "Lo juga sering makan disana, bisa-bisanya dibilang nggak enak." lanjut Alvero misuh-misuh.

Aruna meringis, suasana ini jadi semakin tidak nyaman karena dirinya.

"Saya nggak nyaman kalian liatin kayak gitu.." ucap Aruna jujur.

Tatapan Agesta menajam karena kembali salah mengartikan apa yang dikatakan Aruna, "Lo ngapain liatin Aruna segitunya?! Mau gue congkel mata lo?"

"Agesta!"

"Mas!"

Seruan Aruna dan Alvero yang protes bersamaan karena terkejut atas perkataan Agesta menggema.

Alvero mendengus, rasa tidak percayanya lebih besar dibanding rasa takutnya saat ini. "Situasi ini masih diluar nalar gue, Mas, serius. Lo pernah nggak sih kebayang kalo kakak ipar temen lo ngandung anak kakak kandung lo? Keponakan gue itu yang disana? Ibunya kakak ipar temen gue? Aneh, Mas."

"Ya gak usah lo bayangin lagi, kan udah kejadian." Agesta menyahut enteng.

Alvero masih kukuh mempertahankan pendapatnya. "Gue akan lebih percaya kalo lo bilang lo gay kek, atau mending ini semua prank."

Kali ini Agesta yang mendengus, "Lo tau gue amat sangat normal buat ngehajar lo saat ini kan? Lagipula gue nggak seniat itu bikin kejutan buat lo bahkan pas lo ulang tahun. Terus kalo misal ini sekarang prank, gue harus balik lagi kerumah jelasin ke Ayah sama Bunda kalo ini bercanda setelah bikin mereka shock?"

"Kamu udah bilang sama orang tua kamu?!" kali ini Aruna yang terkejut bahkan wanita itu tidak sadar mengatakannya dengan intonasi tinggi. "Kamu udah gila?!" sambung Aruna dengan nada yang sama.

Apa Agesta sudah benar-benar kehilangan kewarasan?!

"Ha Ha Ha." Alvero tertawa aneh, "Mas Agesta kalo nggak waras ya mati, pilihannya cuma itu, gak perlu kaget."

Manik Agesta berputar malas. Kedua orang dihadapannya beralih menyerang dirinya secara bersamaan. Tidak bagus, Aruna tidak boleh banyak bergaul dengan Alvero, bisa-bisa ketakutan Agesta menjadi kenyataan. Jika anaknya menuruni sifat bawel Aruna dan harus di combo dengan berisiknya Alvero.. Oh! Jangan sampai!

DON'T BLAME ME | SEUNGCHEOL X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang