"Anjing! Yang bener aja, Ren?! Lo kasih gue hasil kayak gini?! Lo yakin otak lo nggak ngalamin malfungsi?!" Agesta mengacung-acungkan dokumen ditangannya ke udara. Lantas dalam beberapa detik kemudian pria itu melempar kasar dokumen tersebut ke atas meja hingga beberapa lembar dari sana menghambur keluar, berserakan.
Agesta menyugar rambut lebatnya frustasi. "Ini tuh sampah, Ren! Lo nggak bisa liat?!" Bentakan Agesta membuat Darren mengerjap takut ditempatnya. "Mana yang lo bilang bakal revisi kemaren? Gue nggak liat ada bedanya. Udah gue bilang dari awal design ini jelek bakal terlalu banyak makan budget, client ga akan setuju, gue juga. Lo nggak sekali-dua kali nanganin hal ini, Ren, minimal belajar dari pengalaman lo. Jangan jadi bangsat lah, Ren, orang lain udah capek gak usah lo tambah-tambah."
"Tapi—"
"Waktu kita tinggal dua hari! Dua hari lo denger?! Gue minta lo revisi yang bener dan selesai sore ini atau gue minta Sabda ambil alih dan lo mundur dari project ini."
Mendengar itu Darren kembali mengerjap. Tidak menyangka bahwa Agesta akan mengatakan hal tersebut. Pria itu memelototkan mata setelahnya. "Bang! Gabisa gitu, dari awal ini project gue!"
Agesta mendengus, senyum sinis terbit dari bibirnya. "Makanya lo kerjain yang bener! Dengan lo kirim sampah kayak tadi, gue udah anggap lo nggak serius sama project ini. Denger, Ren, gue ga peduli ini project siapa, yang jelas ini harus selesai dan client puas." Nada bicara pria itu sudah lebih tenang dari sebelumnya. "Udah lo boleh pergi. Jangan balik lagi kesini kalo cuma mau ngotorin ruangan gue."
Bibir Darren bergetar, jika saja ia adalah seorang wanita mungkin ia sudah menangis sekarang. Agesta memang tidak main-main tentang membuat orang sakit hati. "Bang.." cicitnya.
Khalif yang sedari tadi menonton di ujung ruangan akhirnya melangkah maju menghampiri Darren yang terlihat menyedihkan dimatanya. Juniornya itu masih mencoba mengais iba dari Agesta yang sudah sibuk dengan Ipad-nya, mengabaikan Darren sepenuhnya.
Khalif menepuk pelan pundak lunglai Darren, "Lo balik dulu deh, Ren. Revisi dulu nanti balik lagi." sarannya dan Darren mengangguk lemah. Tidak lama pria itu mengumpulkan lembaran dokumen yang sempat di lempar Agesta kemudian kembali ke ruangannya.
"Lo nggak ngerasa lo keterlaluan, Ges?"
"Nggak." Agesta menjawab cepat tanpa mengalihkan pandangan dari Ipad-nya. "Gak usah dibela, kerjaannya emang sampah, lo tau itu."
Khalif kembali duduk di sofa, kali ini lebih dekat dengan Agesta. Meraih satu majalah diatas meja, membolak-balikkan asal. "Ya nggak usah lo bentak segitunya lah. Minta revisi baik-baik kan bisa."
Agesta memutar bola mata malas. "Lo pikir kemaren-kemaren gue kurang baik apa?" jawab Agesta lagi, kali ini pria itu menambahkan sedikit nada sinis dalam kalimatnya.
"Ini bukan tentang masalah pribadi, 'kan?"
Agesta mendongak untuk melempar pandangan tajam, "Gue nggak sehina itu untuk bawa-bawa masalah pribadi ke pekerjaan ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T BLAME ME | SEUNGCHEOL X LISA
FanficAruna tidak pernah menyangka bahwa hanya dengan hadir di pesta yang diadakan adik iparnya akan mengubah hidupnya hanya dalam satu malam. Parahnya.. Ia juga harus terjebak bersama bajingan keras kepala bernama Agesta!