8.0 - brave

1.1K 212 74
                                    

Jika saja boleh jujur, sebenarnya Aruna sedang menahan keras dirinya untuk tidak menangis sekarang. Saat ini sekujur tubuhnya gemetar, entah untuk kemarahan yang sudah berada di ujung batasnya atau mungkin ketakutan luar biasa miliknya sendiri yang sedang ia coba lawan. Kedua perasaan itu seakan bersaing ketat mendominasi pikirannya saat ini.

Sejauh Aruna hidup, tidak pernah ada yang bertanya keadaannya, keinginannya. Tidak pernah ada yang membiarkan Aruna mengeluarkan suaranya, pun memberi Aruna pilihan.

Aruna sebelumnya selalu bungkam, ia bahkan tidak pernah berani bersuara untuk apapun, mulut Aruna tertutup rapat.

Pikiran Aruna terpatri bahwa selama ia diam, maka ia akan aman, segalanya akan baik-baik saja. Aruna hanya perlu diam dan menurut. Setiap kali rasa egois dalam dirinya menggeliat, kembali ia tekan oleh rasa bersalah dan kewajiban balas budi yang menggerogoti dirinya selama ini.

Aruna hanya merasa ia tidak berhak, hidup Aruna bukan lagi miliknya.

Tapi yang mengejutkan kini.. Ia berhasil melawan Agesta.

Aruna sendiri tidak tahu darimana kedatangan keberanian melawan Agesta hadir, karena sejatinya ia tidak pernah seberani ini sebelumnya.

Anehnya diluar itu semua, ada satu perasaan lain menelusup.. Bangga. Kebanggaan bahwa akhirnya Aruna bisa membiarkan dirinya bersuara, bertahan untuk dirinya sendiri.

Dan yang Aruna tahu alasannya sekarang, semua karena calon anaknya.

Ini bukan serta-merta Aruna ingin memenangkan ego dirinya, tetapi tekad lebih kuat hadir demi melindungi calon anaknya menjadi pemicu Aruna untuk lebih berani.

Bagaimanapun, calon anaknya harus mendapat hidup lebih baik dari Aruna, dan Aruna akan memastikan itu.

Lebih dulu, Aruna harus hidup menjauh dari Doni juga Agesta.

Raut terkejut yang Agesta ulas hanya bertahan sepersekian detik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raut terkejut yang Agesta ulas hanya bertahan sepersekian detik. Karena setelahnya pria itu tertawa terbahak-bahak, seolah Aruna telah melempar lelucon paling konyol yang pernah Agesta dengar.

Agesta mengangguk-anggukkan kepalanya setelah tawanya mereda. "Well, saya udah tau itu pasti kamu."

Tidak sia-sia ternyata beberapa hari lalu Alvero mengganggunya ketika Agesta sedang memantau suami Aruna dengan sekertarisnya. Karena setelah itu Agesta mendapat berita bagus sebagai gantinya.

Tepat ketika Agesta selesai mengumpati Alvero, panggilan masuk dari ponsel adiknya itu muncul.

Beberapa saat kemudian Alvero menahan panggilan dengan bertanya padanya, "Mas,  Priambudi tuh keluarga Darren, kan?"

"Hm."

"Ini ada yang minta akses cctv pas pesta sebulan lalu atas nama Priambudi. Lo tau ga buat apa?" tanya Alvero heran.

DON'T BLAME ME | SEUNGCHEOL X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang