DLIM - 02 - De Luca

1K 215 162
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan. Pastikan kamu sudah cukup umur untuk membaca cerita beradegan kekerasan ataupun adegan dewasa lainnya! Semua yang tertulis di cerita ini tidaklah untuk ditiru. Ini semua murni cerita fiksi dari khayalan ku.

Selamat membaca!
.
.
.
.

Alessandro David De Luca adalah bos besar dari dunia gelap yang penuh konspirasi. Hidup bergelimang harta, penuh kerahasiaan serta mempunyai kekuasaan dan kontrol di sebagian besar wilayah Sardinia, tak lupa wajah tampannya adalah beberapa hal yang paling identik dengan Alessandro.

Alessandro lahir pada tanggal 8 Juni 1998, tahun ini usianya akan genap 25 tahun. Kedua orang tuanya adalah pengusaha sukses yang kini tinggal di New York, Amerika Serikat. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Pria itu kini tengah berjalan menuju ruangan rahasia yang berada di dalam mansion pribadinya. Tawanan wanita yang sempat berhasil melarikan diri kini terpaksa ia sandera di tempat tinggal pribadinya. Ia pikir kebodohan para penyandera bisa mengancam keberlangsungan bisnis-bisnis yang ia jalankan.

Didampingi dua anggotanya, kini Alessandro membuka pintu ruangan besar itu. "Ini pertama kalinya Anda bertemu secara langsung dengan anak detektif itu, Bos," ujar seorang consigliere—penasihat kepala mafia.

"Jangan melakukan hal diluar batas, atur emosi Anda saat berbincang dengannya. Satu kesalahan mungkin akan menyebabkan kesalahan lainnya muncul," sambungnya membuat Alessandro mengangguk.

Mereka kembali melangkah memasuki ruangan itu. Namun, dengan segera Alessandro mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan sang penasihat dan satu anggota lainnya untuk membiarkannya sendiri.

"Aku bisa sendirian," ucapnya sebelum melangkahkan kakinya.

Langkah demi langkah mengantarkannya kepada apa yang ia cari. Alessandro kembali menyeringai sebelum mulai berbicara kepada wanita yang kini tengah membelakanginya.

"Bagaimana kabarmu, Nona?" ujarnya membuat seorang wanita berbalik badan.

Pandangan keduanya bertemu. Alessandro memandang wanita di hadapannya dengan pandangan remeh, sedangkan sang wanita memperlihatkan kemarahannya yang menggebu.

"Aku bisa melihat amarah dari mata cantikmu itu," ujar Alessandro dengan senyumannya.

"Lepaskan aku dari sini, bajingan bodoh!" teriaknya dengan emosi meledak-ledak. Sayangnya, hal itu tak akan membuat Alessandro merasa takut ataupun iba.

"Aku tidak punya alasan untuk melepaskan mu, Nona Marino. Kecuali ... jika ayahmu benar-benar menyerah dengan ambisinya itu," jawab pria itu.

Mendengar ucapan Alessandro, Raffaella mengepalkan kedua tangannya yang kini tengah diborgol. Air matanya yang tak bisa ia bendung, keluar begitu saja melewati pipinya. Rasa takut akan dirinya sendiri dan keluarganya membuatnya tak bisa mengontrol emosinya.

"Kita lihat, apakah ayahmu lebih memilih putri cantiknya ini. Atau ... profesinya sebagai detektif yang tidak berguna itu," imbuhnya.

Alessandro meninggalkan wanita yang kini tengah terdiam sembari memikirkan kata demi kata yang telah ia ucapkan.

"Aku bersumpah akan menghabisi kalian semua! Dengar itu!" jerit Raffaella dengan sisa-sisa tenaganya.

Wanita itu kembali menangis. Menangisi nasibnya dan keluarganya yang mungkin sangat terancam.

Alessandro terkekeh. "Wanita pemberani, Mi piace, (Aku menyukainya)" ujarnya kepada kedua anggotanya.

"Dan dia cukup cerdik, Bos. Apapun bisa ia lakukan untuk membebaskan diri," timpal salah satu anggotanya.

"Kecerdikannya tak akan bisa membuatku terbodohi," jawab Alessandro.

Pria itu meninggalkan kedua anggotanya begitu saja. Ia berjalan menuju kamar untuk mengistirahatkan diri.

Hari yang cukup sibuk untuknya. Pagi tadi ia pergi ke kawasan pesisir untuk mensurvei properti yang baru ia beli. Setelahnya ia harus pergi ke kantor menemui para investor untuk melakukan negosiasi bisnis. Selain berprofesi sebagai mafia, ia juga menjabat sebagai CEO di perusahaan properti, D'Luca Immobiliare.

Selesai dengan negosiasi bisnis, Alessandro berkunjung ke salah satu panti asuhan yang berada di kota Cagliari. Itu sudah menjadi kegiatan rutinnya setiap hari Kamis.

Meskipun ia sangat kejam di dunia gelapnya, dia tetaplah manusia yang sedikit memiliki hati mulia. Selesai dengan kegiatan mulia nya, Alessandro kembali ke mansion miliknya untuk menemui tawanan yang baru dipindahkan.

"Davvero non ho tempo per rilassarmi, (Tidak ada waktu bersantai untukku)" gumamnya setelah melepas jas, dasi dan sepatu yang ia pakai.

Setelahnya, Alessandro merebahkan diri di kasur luas miliknya. Ia memandangi langit-langit kamarnya sembari terus bergumam tidak jelas.

"Sepertinya aku membutuhkan seorang asisten pribadi. Setidaknya untuk membantu mengurus perusahaan sah ku."

Alessandro tak sembarangan mempekerjakan orang lain. Terlihat tak ada satu pun pekerja yang berada di mansion megah miliknya ini. Hanya ada dia seorang, terkadang para sahabatnya dan beberapa anggota mafia yang diundang secara khusus. Itu pun jika memang ada keperluan penting.

"Bagaimana jika putri detektif payah itu?" ujarnya.

.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca dan memberi vote untuk part ini! Tunggu part seru selanjutnya ya! Oh ya, jangan lupa follow!!

De Luca, Il Mafioso (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang