Bijaklah dalam memilih bacaan. Pastikan kamu sudah cukup umur untuk membaca cerita beradegan kekerasan ataupun adegan dewasa lainnya! Semua yang tertulis di cerita ini tidaklah untuk ditiru. Ini semua murni cerita fiksi dari khayalan ku.
Selamat membaca!
.
.
.
.Raffaella
Sudah hari keenam aku kembali tinggal di mansion ini. Bayangan malam hari kala itu, cukup membuatku ketakutan. Untung saja, Alessandro yang baik hati memindahkan kamarku tepat di sebelah kamarnya.
Kehidupan berjalan normal. Hidupku yang membosankan tetap saja membosankan, Alessandro belakangan ini lebih sibuk dengan urusan kantornya daripada memukuli orang-orang lemah, menjual senjata ilegal, dan kegiatan buruk lainnya. Aku pikir itu karena keluarganya sedang berlibur di Cagliari.
Berbicara soal hidupku, ada beberapa perubahan yang membuatku merasa lebih bebas. Ponsel pemberian Alessandro tentu aku gunakan sebaik mungkin. Pria menyebalkan itu juga mengizinkanku untuk pergi kemanapun. Namun, aku juga harus tetap bekerja sebagai asisten pribadinya. Tidak setiap hari, hanya di saat-saat tertentu saja.
Untuk siang ini, aku akan pergi berbelanja baju, mengunjungi coffee shop dan berkunjung ke kantor Alessandro.
"Kita sudah sampai, Nona," ujar pria beruban menyadarkan lamunanku.
"Ah baiklah. Grazie." Aku segera turun dari taksi, membawa langkah kakiku masuk ke pusat perbelanjaan.
Saat memasuki tempat itu, aku terpana dengan apa saja yang ku lihat. Deretan dress yang dipajang membuatku kalap. Aku memutuskan untuk membeli beberapa dress vintage dan dua pasang sepatu. Gaji dari Alessandro lebih dari cukup untuk membayar semua ini.
"Ini mungkin bagus untuk pria brengsek itu," ucapku saat melihat jas berwarna hitam.
Tanpa berpikir panjang, jas itu ku masukkan ke dalam tas belanjaku. Aku kembali melanjutkan langkah, mengelilingi deretan baju yang digantung rapi. Beberapa aksesoris rambut juga tak dapat ku lewatkan begitu saja.
"Ku rasa cukup."
Setelah merasa cukup dengan belanjaanku, aku berjalan menuju kasir, dan mengeluarkan beberapa lembar uang setelah penjaga kasir menyebutkan nominal yang harus ku bayar.
"Grazie." ucapku kepada penjaga kasir.
Beberapa paper bag berisi barang-barang tergenggam erat di kedua tanganku. Dengan hati yang gembira, aku melangkahkan kakiku untuk keluar dari toko itu.
Di depan pintu keluar, sebuah taksi terparkir rapi menunggu ku. Dengan segera aku membuka pintu dan masuk ke dalam taksi, meletakkan semua paper bag dengan hati-hati, lalu memberi alamat tujuan kepada sang sopir.
Taksi melaju dengan lancar melalui jalan-jalan perkotaan yang sibuk, melewati lampu lalu lintas yang berkedip-kedip. Aku duduk dengan tenang di kursi belakang, menikmati pemandangan kota yang sibuk dari jendela. Tak terasa setelah beberapa waktu perjalanan, aku akhirnya tiba di sebuah coffee shop.
Setelah membayar, aku turun dari taksi bersama dengan semua belanjaan ku. Kaki ku mulai melangkah, hingga membawa ku ke depan meja pemesanan.
"Berikan saya macchiato dan focaccia, Pak," ucapku kepada pria paruh baya di depanku.
"Certamente, Signorina (Tentu, Nona). Kami akan segera mengantarkannya."
...
Author
"Kenapa laporannya belum ada di meja saya?" seorang pria menggebrak meja secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
De Luca, Il Mafioso (On Going)
Action[Dewasa] Jatuh cinta dengan anak seorang detektif? Di tengah kehidupan gelap dan penuh bahaya, Alessandro De Luca, seorang pemimpin mafia yang keras hati, mendapati dirinya terjebak dalam jaring emosional yang tak terduga. Raffaella, wanita yang sel...