DLIM - 04 - Asisten Pribadi

653 175 94
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan. Pastikan kamu sudah cukup umur untuk membaca cerita beradegan kekerasan ataupun adegan dewasa lainnya! Semua yang tertulis di cerita ini tidaklah untuk ditiru. Ini semua murni cerita fiksi dari khayalan ku.

Selamat membaca!
.
.
.
.

"Hey CEO kejam! Pelankan langkahmu itu! Kau tidak lihat aku kesulitan membawa barang-barang mu ini?"

"Kau ini asisten ku. Jangan banyak bicara, atau mulutmu akan ku robek sekarang juga!"

"Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Mana berani Kau melakukan hal kejam di tempat ramai seperti ini. Kau kan maf-"

"Diam!" ujar Alessandro sembari berbalik badan dan menatap tajam ke arah Raffaella

Sedangkan orang-orang di sekitar mereka terlihat kebingungan dengan keberadaan wanita yang kini bersama CEO mereka itu.

"Cukup ikuti aku dan diam!" perintah Alessandro.

Ia kembali melangkahkan kakinya dari lobby menuju ruangannya, tak lupa Raffaella yang mengekor di belakangnya. Setelah sampai di ruang CEO, Raffaella menurunkan semua barang-barang bawaannya di meja.

"Hey! Bukan di situ! Taruh di ruangan pribadi ku!" ucap Alessandro, ia menunjuk sebuah pintu di dalam ruangan itu.

Raffaella menatap tajam ke arah Alessandro. Tanpa berlama-lama ia memindahkan barang itu ke tempat yang Alessandro maksud.

"Raffaella! Kenapa lama sekali? Lepaskan jas ku!" teriak Alessandro. Raffaella yang mendengar itu tampak mendengus kesal.

"Apa-apaan ini? Aku baru menata barang-barangnya dan ada perintah baru lagi?" gumam Raffaella.

"Apa Kau tak mendengarkan ku?" bisik Alessandro.

Raffaella yang tengah sibuk menata barang-barang dibuat kaget dengan kedatangan Alessandro di belakangnya. Suara pria itu terdengar pelan namun menakutkan.

"Saya dengar, Pak! Tapi bukankah bapak menyuruh saya untuk menata barang-barang ini di sini?" jawab Raffaella dengan kesal.

"Baiklah, selesaikan segera," ucap Alessandro kemudian keluar dari ruangan pribadinya itu.

"Hmm. Melepas jas saja tidak bisa. Dasar mafia bodoh yang manja," cibir Raffaella

Alessandro yang masih berada di ambang pintu tentu dapat mendengar ucapan Raffaella. Pria itu memilih diam, tak ingin menanggapi asisten pribadinya yang kurang ajar itu. Terlalu pagi untuk meributkan hal tidak jelas.

Sedangkan di lain tempat, tepatnya di lobby kantor, banyak karyawan Alessandro yang tengah bertanya-tanya dan ada juga yang menyebar rumor bahwa wanita yang mereka liat tadi pagi adalah kekasih Alessandro.

"Aku pikir wanita tadi adalah kekasih Pak Alessandro," ucap seorang wanita berdandan menor.

"Jangan asal-asalan! Bisa saja hanya sekretaris atau bagian dari keluarganya," timpal seorang wanita bertubuh gempal.

"Adiknya, mungkin?" sahut yang lain.

"Tidak mungkin jika ia sekretaris Pak Alessandro, Pak Carlos masih berstatus pegawai aktif," sanggah wanita berdandan menor tadi.

"Sudahlah! Aku tidak peduli dengan status mereka. Yang penting gaji ku terus mengalir," tukas wanita bertubuh gempal.

"Lagipula bagaimana bisa kekasih Pak Alessandro tak lebih cantik dariku?"

"Dia memang cantik. Kau liat riasan di wajahnya kan? Tidak setebal yang Kau pakai!" hardik wanita bertubuh gempal kepada wanita dengan dandanan menor itu.

De Luca, Il Mafioso (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang