DLIM - 20 - Undangan dari Scintilla Media

95 29 50
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan. Pastikan kamu sudah cukup umur untuk membaca cerita beradegan kekerasan ataupun adegan dewasa lainnya! Semua yang tertulis di cerita ini tidaklah untuk ditiru. Ini semua murni cerita fiksi dari khayalan ku.

Selamat membaca!
.
.
.
.

Di kantor detektif di Kota Palermo, suasana begitu sibuk pada hari ini. Para detektif terbaik tengah tenggelam dalam penanganan sebuah kasus pencurian berlian yang telah menggemparkan kota. Kantor mereka yang terletak di jantung Palermo dipenuhi dengan peta, catatan investigasi, dan layar monitor yang menampilkan bukti-bukti terbaru.

Saat tiba waktu makan siang, aroma pizza dan aroma kopi khas Italia menyelimuti ruang kantor. Para detektif yang kelelahan dari pagi yang panjang mulai berkumpul di ruang makan kantor. Detektif Santoro duduk di meja depan, membuka kotak makan siangnya yang berisi lasagna yang harum. Detektif Marino, yang baru saja kembali dari wawancara dengan seorang saksi kunci, mengambil sepiring pasta al dente dari meja buffet.

Beberapa detektif lainnya keluar mencari makanan di trattoria terdekat karena tidak membawa bekal. Detektif Moretti, yang tengah memeriksa bukti-bukti forensik di laboratorium mereka, menggoda teman-temannya dengan aroma segar dari panini yang baru dibelinya.

Di tengah-tengah percakapan tentang perkembangan terbaru dalam kasus, telepon kantor tiba-tiba berdering dengan keras. Detektif Caputo, yang sedang menikmati minumannya, segera mengambil panggilan itu dengan serius. Suara dari ujung telepon itu menyampaikan informasi baru yang mungkin membuka petunjuk baru dalam pencarian mereka.

Kantor detektif di Palermo tidak pernah sepi dari kegiatan, di mana energi dan semangat untuk memecahkan teka-teki kriminal selalu mendominasi ruang makan mereka, bahkan saat mereka sedang makan siang.

"Saya merasa tertarik dengan berita di Napoli... mereka menangkap jaringan penyelundupan besar minggu lalu. Mereka membawa narkoba dan senjata ilegal dalam jumlah besar," ujar Santoro sembari menggigit lasagnanya.

Detektif Marino, yang duduk di sudut ruang makan, meminum espresso-nya dengan perlahan. Tatapannya tidak terlepas dari rekan-rekan sejawatnya, mencermati setiap ungkapan dan gerakan mereka.

Detektif Moretti mengangguk setuju sembari menyantap panininya, "Kita harus tetap waspada. Ini bukan hanya tentang barang-barang yang diselundupkan, tapi juga dampaknya terhadap keamanan publik."

Detektif Caputo mengangkat gelas air mineralnya sembari bertanya, "Apakah mereka menemukan siapa yang bertanggung jawab atas jaringan ini?"

Detektif Santoro menggelengkan kepala, "Belum ada informasi pasti. Namun, dapat dipastikan barang-barang itu dari Roma,"

Meskipun suasana terlihat biasa saja, kehadiran Marino memberikan sentuhan misterius di ruang makan itu. Tatapannya yang tajam dan ekspresi wajahnya yang tenang menyiratkan bahwa ia mungkin mengetahui lebih dari yang ia tunjukkan. Sementara detektif-detektif lain berdiskusi, Marino terus memperhatikan, menunggu kesempatan untuk menemukan petunjuk atau pola yang mungkin terlewatkan oleh yang lain.

...

Detektif Marino berdiri di sudut ruangan yang tenang, ia merogoh teleponnya dari saku jasnya dengan tangan sedikit gemetar. Dengan nafas dalam-dalam, Marino menekan nomor yang ia hafal.

Setelah beberapa kali berdering, suara seorang pria yang tenang dan berwibawa terdengar di ujung telepon.

"Ya, Marino," kata pria itu, menyapa dengan suara yang tenang.

"Barang-barang itu benar dari Roma. Bukankah ini kesempatan yang baik untuk kita mencari keuntungan?" ujar Marino tanpa basa-basi.

"Benarkah informasi itu?" Pria di telepon bertanya.

De Luca, Il Mafioso (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang