Mentari rasanya tak sepanas biasanya. Ini terasa hangat dan nyaman. Angin semilir menebangkan rambut Ana. Dalam hati dia berkata, "Kenapa di suasana hati yang sedang kacau ini, cuaca malah begitu bagus?" pikirnya.
Sudah seminggu sejak perpisahannya dengan sang kekasih terjadi. Dia sudah merasakan kesepian yang begitu mendalam. Kakinya berhenti melangkah. Dia melihat kendaraan yang meramaikan jalan raya. Terlihat beberapa muda-mudi yang tertawa bersama. Perasaan Ana menjadi iri.
Apakah hanya Ana yang tidak baik-baik saja di sini?
Dia sudah tak mau menceritakan segala keluh kesahnya kepada sahabatnya. Sahabatnya tak akan mengerti kesedihannya. Sahabatnya, Lila, tak tahu bahwa Ana merasa mantannya lebih spesial daripada dia. Mantannya itu begitu sempurna untuknya.
Namanya Daren, laki-laki yang paling mengerti Ana di dunia ini. Sahabatnya hanya membodoh-bodohi dirinya yang bisa-bisanya tak bisa move on. Lila tak tahu semenakjubkan apa Daren. Dia pengertian, memiliki jiwa bebas, dan menyukai tantangan.
Dia berkata, "Kalau aku jadi kamu, aku bakalan langsung ilfeel sama dia!"
Bagaimana mungkin?
Daren masih meminta maaf dan memutuskannya karena malu. Bukankah itu terasa sempurna? Apa ada laki-laki di dunia ini yang bertindak seperti dia?
Yah, Daren selingkuh dan hari ini adalah hari penikahannya dengan wanita yang sudah dia hamili. Sebuah mobil medekati Ana, ternyata itu adalah taksi online yang sudah dia pesan. Ana masuk dan menatap undangan yang sudah di genggamannya. "Daren dan Dara," ucap hati Ana merasa cemburu karena nama mereka terasa cocok.
Di lain tempat, Daren menatap seorang gadis yang baru saja datang. Dia memakai kebaya berwarna biru cerah. Harus Daren akui bahwa gadis itu tampak lebih cantik dari gadis yang ada di sampingnya.
Di keramaian pesta yang diadakan di hotel megah ini, Daren meyesali segalanya.
Di jeda pesta, Daren mengetik pesan kepada gadis yang selalu dia pikirkan. Daren meminyta gadis itu menemuinya di tempat yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Saat gadis itu datang, Daren langsung memeluknya.
"Jangan gini, Ren!"
"Kenapa sih kita gak bisa bersama?" tanya Daren.
"Ini semua adalah salah kamu." Daren menatap mata gadis yang tampak tak tenang. Dia begitu khawatir.
"Yah, seharusnya aku memang sejak awal sama kamu aja. Aku nyesel udah berpaling ke cewek lain."
Gadis itu menatap Daren. Perasaannya menjadi campur aduk. Di sisi lain, dia sudah mencintai Daren. Namun, ada sebagian kecil dalam hatinya merasa bersalah.
"Ayo kabur, aku mau bareng sama kamu selamanya." Gadis itu tersentak dan menatap kembali mata Daren. "Gak ada lagi yang bisa halangin kamu buat milikin aku, walau itu Dara, bahkan Ana."
Ucapan Daren semakin menyakinkan. Pada akhirnya gadis itu sama bodohnya dengan Ana yang terlalu mudah termakan omongan Daren. "Ayo, Lila!"
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
#Day8
