Anak Baik

13 0 0
                                    

Katanya, anak baik itu yang mau bantu orang tuanya.

"Ma, mau kubantu?"

"Enggak usah. Kamu ke kamar saja sana."

Tapi, bagaimana jika mama saja tidak mau dibantu. Siska melirik ke jendela di mana teman-temannya sedang bermain hujan-hujanan. Baru saja dia dilarang orang tuanya untuk bermain hujan. Tapi Siska jadi bertanya kenapa dilarang? Bukankah itu menyenangkan. Kenapa hujan-hujanan bisa bikin sakit?

Siska berjalan ke kamar dengan lemas. Tetapi langkahnya berhenti, dia melihat HP mama sedang isi ulang daya. Ingin sekali Siska mengambilnya. Namun, mama sudah melarang.

Jika tidak diambil, Siska akan bosan dan kegitannya hanya membaca ulang buku. Lagipula Mama masih lama memasak makan malam, dia tidak akan tahu. Lalu, Siska mencabut colokannya. Dia menarik colokan itu dan membuat HP itu terjatuh.

Siska mengambil benda tersebut. Dan melihat HP yang layarnya sudah pecah. Tangan Siska bergetar takut dan segera kembali untuk mengembalikan HP itu ke tempat semula. Siska tiduran dengan panik.

"Siska!" Mama memanggil. Dengan cemas, Siska menghampiri mama. "Kamu tadi mainin HP Mama, ya?!" tanyanya dengan nada meninggi. Siska menggeleng berbohong. Jika jujur mama akan semakin marah.

"Kamu bohong, kan?" Siska menggeleng. Matanya memanas. "Beneran?"

"Eng...gak," jawab Siska tercekat. Siska meremas-remas tangan mencoba menahan tangisnya. Sayangnya Siska tidak pandai berbohong.

"Kamu banting HP Mama ya?" Siska menggeleng kuat. Suara bel rumah terdengar. "Jawab Mama Siska!" bentak Mama membuat Siska kaget. Tangisnya pecah seketika.

Seseorang membuka pintu rumah. Siska menoleh dan melihat Ayahnya segera saja dia berlari dan memeluk Ayahnya. Sang Ayah sendiri kebingungan sambil menggendong anaknya, Siska.

"Ini ada apa?" tanya Ayah.

Mama hanya menghembuskan nafas keras-keras dan menunjukkan HP miliknya. Ayah menganggukan kepala paham. Lalu menggendong Siska ke kamarnya. Didudukannya Siska yang masih menangis. Ayahnya mengelus kepala Siska lalu memeluknya.

"Ada apa?" tanya Ayah Siska.

"Mama nggak ngebolehin aku main sama teman-temanku. Mama juga enggak ngebolehin aku bantuin dia masak. Dia nyuruh aku ke kamar," terang Siska tidak langsung ke intinya.

"Terus kamu yang mecahin HP mama kamu?" tanya Ayah Siska.

"Aku tadi cuman mau pinjam HP bentar. Aku bosen baca ulang bukuku. Semua bukunya sudah selesai kubaca," ucap Siska tak menjawab pertanyaan.

"Siska, apa kamu yang mecahin HP Mama?" Siska melihat Ayahnya sejenak lalu menganggukan kepala.

"Aku nggak sengaja Yah," ujar Siska sesengukan. "Aku memang ngerasa kesal dengan Mama tapi aku nggak sengaja."

"Kenapa kamu kesal sama Mama kamu?" tanya Ayahnya lembut.

"Kata guru aku, anak yang baik itu yang selalu bantuin orang tuanya. Tapi Mama selalu larang aku buat bantuin dia. Bahkan dia enggak pernah minta tolong sesuatu," cerita Siska dengan tangis yang mengiringi.

Ayah Siska lalu memeluk putrinya lagi. Menepuk kepalanya pelan. Siska jadi meresa lega tapi masih merasa bersalah.

"Siska, jadi anak yang baik itu enggak harus selalu bantuin Mama atau bantuin Ayah. Kamu jadi anak yang nurut dan mendengarkan nasihat orang tua itu sudah cukup buat kita. Kamu nurut sama peraturan Mama sama Ayah, terus jadi anak baik dengan selalu habisin makanan di piring kamu. Siska yang makan, mandi, dan tidur tepat waktu itu definisi anak baik buat kita. Mama dan Ayah ada larangan ke kamu itu ada alasan. Bisa jadi karena bahaya atau akan ganggu kesehatan kamu," terang Ayahnya dengan nada lembut.

"Memang bantuin Mama bikin aku sakit dan bahaya buat aku?" tanya Siska.

Ayahnya melepas pelukannya pada Siska. "Kalau itu Mama yang berlebihan," ujar Ayahnya mencubit hidung Siska gemas. Siska tersenyum. "Nanti Ayah omongin sama Mama ya?"

Ayahnya lalu keluar dan Siska lalu tiduran ke kasurnya. Dia mengambil buku ceritanya dan membaca ulang buku tersebut. Ternyata masih seru seperti saat dia membaca di awal.

Menjelang makan malam, Ayah kembali mengetuk pintu kamar Siska. "Siska turun dulu yuk. Kita makan malam."

Sejenak Siska ragu. "Mama masih marah sama aku?"

Ayahnya tersenyum, "Kamu tanya sendiri cepetan!"

Siska segera turun lalu menuju meja makan. "Ma, aku minta maaf ya? Aku enggak sengaja jatuhin HP Mama tadi." Siska lalu menghamburkan pelukan ke Mamanya. "Mama sudah enggak marah ke Siska kan?"

"Iya maafin Mama juga ya yang selalu larang-larang kamu." Siska menganggukan kepala. Mama membalas pelukan Siska.

"Berarti setelah ini Mama enggak larang aku main hujan-hujanan?" tanya Siska.

"Kalau itu masih tidak boleh nanti kamu kedinginan. Terus demam dan kalau demam kamu nggak bisa main sama temen kamu." Siska memasang wajah cemberut. Ayah dan Mama tertawa. Siska lalu makan malam dengan Ayah dan Mama.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

#Day6

#30DWC #30DWCJilid43


CollectionWhere stories live. Discover now