Di sebuah hutan, hiduplah nenek tua bodoh yang sangat suka berkebun. Itulah yang membuatnya memiliki kebiasaan untuk menyiram tanaman setiap paginya. Yang ada di pikirannya hanyalah berkebun. Dia tak peduli dengan hal lain.
Dia hidup sendirian karena ditinggalkan oleh suaminya yang ikut berburu. Entah suaminya kabur dan menikah dengan wanita lain atau sudah mati dia tidak peduli. Nenek itu hanya peduli dengan kebunnya.
Pada suatu ketika, dia menemukan sesuatu yang aneh terjadi pada bunga mawarnya. Bunga itu tidak menumbuhkan satu daun pun bahkan tidak menumbuhkan satupun duri di batangnya. Hanya ada satu bunga mawar berwarna emas.
Nenek itu mendekat hendak menyentuhnya. Saat ujung jari nenek itu menyentuh bunga itu, hal yang aneh terjadi. Bunga itu bersinar begitu terang membuat si nenek sedikit menyipitkan matanya.
Sinar itu begitu terang dan terjadi selama beberapa detik. Setelah merasa redupnya berhenti, dia melihat kelopak-kelopak bunga itu berguguran. Dia mencoba memunguti kelopak mawar itu sembari merasa kesal karena mawar yang telah dia tanam sudah mati.
Setelahnya perutnya berbunyi. Nenek pergi ke dapur dan melihat meja makannya. Nenek tidak memiliki makanan apapun selain sepotong roti berjamur. Karena sudah terlanjur lapar, nenek tetap memakannya.
Namun, Nenek sedikit merasa aneh dengan tangannya. Dia terkejut, dengan tangannya yang sudah tidak memiliki keriput. Kemudian dia mencoba mencari lagi cermin yang sudah lama dia sembunyikan karena frustasi melihat wajahnya yang menua. Saat ketemu dan bercermin, si nenek terkejut karena dia menjadi lebih muda, seperti saat dia berumur 20 tahun.
Dia menduga bahwa ini karena mawar yang tadi ia coba sentuh. Dengan pemikiran itu dia menyiram mawar itu dan menambahkan pupuk pada bunga mawar itu. berharap bahwa mawar itu akan muncul kembali.
Khawatir dengan sinar matahari yang begitu menyengat, Nenek itu memindahkan potnya ke tempat yang lebih teduh di bawah pohon apel miliknya yang masih ada cahaya yang turun. Yang terjadi setelahnya adalah sang nenek sehari semalam hanya menatap bunga itu berharap akan muncul lagi. Dia sampai tertidur di tanah terbuka. Sang Nenek bertubuh muda itu duduk dan membersihkan tanah yang menempel di baju miliknya.
Perutnya terasa keroncongan. Namun, dia tidak mempedulikan hal itu dan menatap bunga mawar yang sudah mekar kembali. Sang Nenek merasa senang. Dia lalu kembali untuk merawat bunga mawar itu.
Sang Nenek tetap membiarkan bunga itu tanpa menyentuhnya sama sekali. Bunga itu tak tumbuh atau bertambah banyak. Hanya ada satu di batang tunggal yang menancap di tanah. Nenek sepertinya berharap terlalu banyak. Namun, itu tidak masalah. Dia juga tidak peduli bahwa perutnya semakin kosong karena dia hanya seharian menatap bunga mawar itu.
Nenek tak menyentuh bunga mawar itu sama sekali padahal jelas-jelas mawar itu mungkin dapat menyembuhkan lukanya. Dia bahkan membiarkan rasa sakit di perutnya dan batuk keras yang dia hadapi karena mulai jarang minum air.
Sampai suatu siang yang mendung, sang nenek tertidur. Dia terus tertidur pulas bahkan ketika awan semakin pekat. Dia tak menghiraukan sama sekali suara petir yang menyambar sebuah pohon yang berdiri tidak terlalu jauh darinya. Beruntung sengatannya tak sampai ke Nenek.
Air hujan yang turun tetap tidak membuat sang nenek terbangun. Bahkan ketika hujan reda dan muncul pelangi saat sore. Sang Nenek tak membuka matanya. Burung-burung gagak mulai berdatagan. Memakan mata dan daging-daging yang ada di tubuhnya. Hingga dia menjadi sebuah kerangka.
Kebun sang nenek yang tak terawat menjadi tumbuh liar. Bertahun-tahun berlalu. Kebun nenek jadi mengerikan untuk dilihat karena ada seonggok tengkorak yang ada di sana tak terkubur. Namun, diantara belukar yang ada di kebun nenek ada sebuah mawar yang setiap harinya menjadi semakin kuat.
Sampai suatu ketika ada satu ksatria tampan yang ingin mengistirahatkan kudanya. Dia melihat gubuk nenek yang kosong, Sang ksatria itu turun dari kudanya. Dia membiarkan kudanya makan rumput dan beberapa tanaman nenek yang ada di kebun. Saat itulah dia menyadari kerangka tulang nenek dan mendekat.
Dia mengamati baju yang telah koyak yang membungkus di kerangka nenek. Dia sudah ribuan kali melihat mayat, daam sekali lihat dia tahu bahwa mayat itu habis dimakan gagak. Lalu, dia merasa ada yang bersinar diantara belukar yang tersembunyi.
Tangan Kesatria bergerak untuk melihatnya. Dia menatap mayat nenek dan menatap sinar itu. Barulah dia menyadari bahwa itu adalah bunga mawar. Bunga mawar terindah yang pernah dia lihat. Sang kesatria itu meletakkan pedangnya.
Matanya bersinar melihat keindahan yang terlihat sangat agung dihadapannya. Tangan kesatria itu memetik bunga mawar itu. Tak ada duri sama sekali membuat dirinya mudah memetiknya dengan tangan kosong.
Saat memetik tak sengaja kelopak bunga itu menyentuh tulang sang nenek.
Sang Kesatria mengamai mawar itu yang perahan semakin mengeluarkan cahaya yang indah. Dia jadi semakin terpesona. Matanya ingin menatap bunga itu lebih lama, sayang cahaya yang terlalu kuat membuatnya menutup kelopak matanya. Saat merasa bahwa cahaya telah hilang Sang kesatria membuka matanya.
Dia melihat seorang gadis cantik dengan gaun yang terkoyak terduduk dan mengusap-usap matanya. Sang kesatria bingung melihat gadis itu. Gadis itu terlihat sangat mempesona bahkan dengan gaun yang compang-camping. Gadis itu menatapi gaunnya. Lalu, melihat ke arah pangeran yang sedang memegang tangkai yang memiliki kelopak mawar kering yang mulai berguguran satu per satu.
Gadis itu membelalakan matanya. Dia menatap ke arah samping kemudian menatapnya lagi. "Apa yang kau lakukan kepada mawarku!" teriaknya marah.
Sang kesatria terkejut. "Tunggu dulu."
Sebelum Sang kesatria sadar, Sang gadis mengambil pedal miliknya. Bunyi nyaring pedang yang keluar dari sarung pedang terdengar. Sang Kesatria terkejut, mendadak reflek pertarungannya tumpul begitu sadar bahwa gadis itu adalah tengkorak tadi.
Saat akan bereaksi pedang itu sudah tertancap di tubuhnya. Sang nenek tak membersihkan darah yang menciprat di tubuhnya. Dia langsung mencari air dan peralatan berkebunnya untuk menanam mawar itu kembali. Dia kembali pada rutinitas awalnya tanpa menyingkirkan mayat sang kesatria. Kuda miliknya sendiri sudah kabur entah kemana.
Sang Nenek terduduk menatap bunga mawar itu yang tak pernah tumbuh sepanjang hidupnya.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Agak gelap dikit gak apa-apalah ya.
#Day4 #30DWC #30DWCJilid43