Jika diminta untuk memikirkan masa tua, aku akan menolak tanpa memikirkan satu detik pun. Namun, waktu terus berjalan begitu saja. Aku sudah menikah dan sedang menyusui anak pertama.
Aku menarik nafas sedalam-dalamnya. Mencoba mengeluarkan rasa sesakku. Aku menatap pantulan wajahku di kaca. Satu-satunya yang aku benci menjadi tua adalah kecantikanku akan memudar.
"Sayang." Aku menoleh melihat suamiku berjalan mendekat. Dia adalah laki-laki yang baik dan romantis. Aku ingin dia hanya melihatku. "Kenapa lama sekali, ayo keluar!"
Aku tersenyum. Banyak orang berkata bahwa pernikahan terasa manis hanya saat awal saja, perlahan itu akan terasa pahit seiring berjalannya waktu.
Namun, ibu berkata bahwa orang tua akan menyukai sesuatu yang pahit. Aku menatap anakku yang sedang berada di dalam sangkar. Dia tampak ceria saat memilih uang. Aku hanya tersenyum senang.
Saat semuanya sudah selesai, aku keluar rumah untuk membuang sampah. Anakku sedang dijaga oleh suamiku. Aku melihat ada wanita tua yang sedang berdiri sendirian. Hatiku rasanya terdorong untuk berjalan ke arah wanita itu.
Saat tersadar, aku sudah berada di hadapan wanita itu. Dia menoleh ke arahku membuat perasaanku menjadi nyeri. "Kau ingin tetap cantik?"
Dadaku serasa tertusuk. Jujur, besarnya obsesiku akan hal ini selalu kusembunyikan dari orang lain. Lalu, bagaimana orang ini bisa tahu mengenai kegilaanku ini?
Dia tersenyum membuat bulu kudukku meremang. "Pegang cermin ini. Kamu merasakan bagaimana rasanya menjadi yang tercantik."
Nenek itu lalu tersenyum dan pergi. Sementara, aku mematung untuk beberapa lama. Aku menatap cermin itu kembali. Kakiku melangkah menuju rumah, tepatnya ke kamar. Suamiku sudah tertidur aku meletakkan cermin kecil itu di laci.
Tubuhku sudah terlentang untuk tertidur akan tetapi pikiranku melayang entah ke mana. Berguling ke kiri dan ke kanan, tak membuatku lekas tertidur. Aku terbangun, dan menatap lagi cermin kecil itu. Diam-diam aku keluar kamar dan menuju ke kamar mandi.
Aku mengeluarkan cermin itu. Aku menatap pantulan diriku di kaca kecil itu. "Tolong beri aku kecantikan," ucapku berbisik.
Cermin itu mulai bercahaya. Cahaya itu menyilaukan mata. Namun, aku bisa melihat dengan jelas apa yang ada di cahaya itu. Seorang wanita yang sudah tua. Lalu seorang anak kecil datang menghampirinya. Wanita itu tersenyum bahagia.
"Nek, ini kukasih bunga. Soalnya bunganya cantik kayak nenek," ujar anak kecil itu yang langsung berlari sambi tertawa malu. Sementara nenek itu tertawa. Aku bisa merasakan betapa bahagianya dia.
Aku merasakan perasaan nenek itu. Dia merasa bahwa dia tetap cantik. Sebuah kebahagiaan yang tak terkira rasanya. Aku menjatuhkan cermin itu. Saat melihat ke bawah, cermin itu hilang, bahkan ketika aku mencarinya.
Pada akhirnya, aku memilih kembali ke dalam kamar. Di situ aku paham. Bahwa yang dibutuhkan untuk menjadi cantik adalah kebahagiaan yang tetap ada di masa tua nanti.
Aku mengecup anak dan suamiku. Perlahan, mataku terpejam.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
#Day12 #30DWC #30DWCJilid43
![](https://img.wattpad.com/cover/336897705-288-kd15b50.jpg)