Haloha selamat pagi/siang/sore/malam ngehehehe
Happy reading and sorry for typo!!
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
"Bu, Uchan berangkat ya" pamit Sungchan tak lupa memeluk dan menciumi pipi Taeyong.
"Hati-hati, kalau supirnya ngebut, buang aja" balas Taeyong dengan sedikit candaan sembari mengusak pelan surai hitam kecoklatan milik putra tengahnya, tak ingin rambut yang sudah di tata rapi itu rusak. Sungchan tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya, sebelum melengos keluar dari rumah besar bak mansion.
Setelah mendudukkan diri di jok belakang, pemuda Jung itu langsung memberi instruksi pada sang supir agar segera menjalankan kendaraannya. Jari-jari panjangnya mengambil benda persegi panjang tipis yang berada di dalam sakunya, handphone.
Sungchan menekan sebuah nomor dengan inisial 'PJS', kemudian mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya pada nomor itu. Manik rusanya menatap ke arah luar jendela, memikirkan hal acak yang tiba-tiba muncul ke dalam otaknya.
Ting!
Pemuda Jung itu tersadar dari lamunannya kala mendapati sebuah notifikasi dari handphonenya. Ia dengan santai menekan sebuah kontak dengan nama 'Kim' dan mengirimkannya sebuah pesan singkat, sebelum pada akhirnya tersenyum kecil.
"Tunggu aja, Uchan bakal buat Beomie balik lagi" batin Sungchan, sebelum kembali mematikan benda persegi panjang itu, dan menatap ke luar jendela yang memperlihatkan kesibukan kota di pagi hari.
𖧵 Patung 𖧵
Sungchan menatap malas ke arah pemandangan di dalam kelasnya. Menyebalkan, sangat menyebalkan. Ingin rasanya ia membunuh laki-laki Yoon yang penuh dusta itu agar bisa menjauh dari si bungsu Hamada.
"Kenapa lo lihat-lihat?!" Tanya Jaehyuk menatap Sungchan dengan mata yang melotot. Sedangkan oknum yang di tatap, membalas dengan tatapan tidak peduli. Berjalan ke tempat duduknya, lalu mendudukkan diri dengan tubuh yang disandarkan pada senderan kursi, kembali membuka handphonenya dan mengetikkan beberapa kata untuk dikirimkan pada seseorang.
Asahi sedari tadi memperhatikan gerak-gerik si Jung, mengabaikan Jaehyuk yang tengah mengoceh tidak jelas akan orang-orang yang ingin merebutnya dari si pemuda Yoon itu.
Sungchan mengangkat kepalanya kala merasa di tatap oleh orang lain, manik rusanya bertemu dengan binar datar milik Asahi. Pemuda Jung itu tersenyum miring, menggerakkan bibirnya menyebutkan sebuah kalimat tanpa mengeluarkan suara.
Asahi membulatkan matanya, saat mengetahui apa yang dikatakan oleh Sungchan. Keningnya mengerut, memikirkan ucapan tanpa suara itu dengan serius. Sebelum pada akhirnya, Jaehyuk kembali mengguncang tubuh mungilnya dengan brutal karena mengabaikan pemuda Yoon itu lagi.
Sungchan masih dengan posisinya, dengan senyum miring yang tak juga memudar dari wajah tampannya.
"Kena kau"
𖧵 Patung 𖧵
Kembali pada Taehyun dan Winter. Sekarang kedua manusia berbeda gender itu sampai diujung lorong yang terdapat sebuah pintu kayu dengan ukiran-ukiran klasik.
"Buka, gak kunci kok" suruh Winter, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Tanpa diberitahu dua kali, Taehyun segera mendorong pelan pintu itu, membuka satu lagi ruangan tersembunyi di dalam ruangan lainnya.
Setelah Taehyun melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu, Winter kembali menutup pintu tersebut dan kembali menekan sebuah saklar. Kali ini bukan obor, tapi benar-benar lampu. Taehyun terkesiap ketika melihat seseorang yang sangat amatlah dikenalnya, tengah duduk menghadap ke arahnya dengan senyum yang merekah.
𖧵 Patung 𖧵
"Sungchan" panggil Winter yang entah sejak kapan keluar dari ruangan rahasia itu, menjembulkan kepalanya di pintu kelas yang ditempati oleh si pemuda Jung. Jika tadi memanggil Taehyun, maka kali ini targetnya adalah Sungchan.
Sungchan tanpa ba-bi-bu, langsung berdiri menghampiri Winter. Tak lupa merangkul bahu si sulung Hamada dengan akrab. Nyatanya, mereka tidak begitu dekat, karena semuanya berawal dari dunia bisnis yang menyeret nama keduanya.
"Udah?" Tanya Sungchan, tangannya masih tenang bertengger pada bahu sempit milik Winter.
"Udah, syok berat dia" jawab Winter sedikit terkekeh saat mengingat ekspresi Taehyun tadi.
"Lepas, bisa-bisa ntar orang salah paham ngiranya gue pelakor antara lo sama Shotaro" lanjut Winter memindahkan tangan si Jung. Sungchan mengangkat bahunya tak acuh.
Mereka sampai di depan perpustakaan. Sebelum memasuki tempat keramat itu, Sungchan mendekatkan wajahnya pada telinga Winter.
"Lo ngerasain gak, kalau ada yang ngikutin kita?" Tanya Sungchan berbisik.
Winter tersenyum kecil. "Kepekaan lo terhadap sekitar emang gak bisa diragukan ya. Iya, gue tau kok" jawab Winter.
"Drama dikit gak ngaruh, 'kan?" Tanya Sungchan lagi. Winter yang mendengarnya semakin tersenyum lebar, sebelum akhirnya mengangguk kecil.
"Ayo cari bukunya, ntar keburu bel masuk!" Seru Winter menarik pemuda jangkung ke dalam ruangan penuh buku yang jarang dikunjungi itu. Keduanya melangkahkan kaki ke arah rak buku sejarah. Tidak salah mereka ke sini, karena Winter memang anak IPS.
Winter berpura-pura sibuk tengah mencari buku, sedangkan Sungchan hanya memperhatikan sembari bersandar pada rak penuh buku yang sudah sedikit berdebu itu. Terkadang manik rusanya juga curi-curi pandang ke samping kanannya.
Sungchan tau, kalau ada seseorang yang tengah mengikuti dan memperhatikan gerak-gerik mereka. Maka dari itu, keduanya tidak ingin gegabah dan berakhir menghancurkan seluruh rencana yang sudah dijalankan.
"Satu tikus, masuk jebakan"
TBC bukan penyakit
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━See ya kapan-kapan, maaf yak kalo alurnya makin acakadul🙇🏻♀️🙇🏻♀️🙇🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Patung || Taegyu
De Todo[ on hold ] Patung misterius penuh kejutan. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Note:: Cerita ini mengandung unsur BxB atau boys love. Dan bahasa yang digunakan juga 'campur aduk'. Jadi, jikalau TIDAK NYAMAN ataupun TIDAK SUKA, silahkan KELUAR. Saya juga TIDAK...