"Saya sih nggak papa jodoh sama kamu."
— Maulana Malik Ibrahim
★★★
Selama satu jam Alan meninggalkan Ara terduduk sendirian di masjid Al-Ikhlas. Katanya, Gadis itu tak sanggup jika harus kembali ke lapangan dan mengikuti upacara penutupan dan pengumuman juara. Semula Alan meminta Fatimah untuk menemani Ara, biar nanti dia yang meminta izin kepada Pak Haris dan mengatakan pada teman-teman Fatimah. Namun, Ara menolaknya. Katanya butuh waktu sendiri. Jadi, tidak ada pilihan lain selain meninggalkan Ara seorang diri. Walaupun pikiran Alan cukup was-was, alih-alih takut tiba-tiba Abimanyu kembali dan melakukan hal yang tidak-tidak pada Ara.
Usai semua acara selesai, Alan segera melangkahkan kakinya ke masjid Al-Ikhlas yang letaknya berseberangan dengan lapangan asri Bumielok. Akan tetapi, langkahnya harus terhenti lantaran Fatimah memanggilnya.
Alan menoleh ke belakang, hanya untuk menemukan Fatimah yang berlari menghampirinya dengan napas terengah-engah.
"Kak, saya boleh ikut ketemu Mbak Sarah?" tanyanya sembari mengatur napasnya.Alan mengangguk dengan iringan tawa kecil. Entah kenapa melihat Fatimah yang memaksakan diri untuk berbicara padahal napasnya ngos-ngosan terlihat cukup menggemaskan.
"Boleh. Tapi nanti kamu pulangnya gimana?"
"Suci, Sabil, sama Firman mau makan mie ayam dulu di Mang Udin katanya. Jadi, saya punya waktu beberapa menit buat ketemu Mbak Sarah," terang Fatimah.
Alan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kamu nggak ikut makan?" Fatimah menggeleng."Emangnya nggak laper?"
"Enggak."
"Jujur?"
Fatimah menghela napas kasar.
"Saya nggak bakal nafsu makan kalo belum liat keadaan Mbak Sarah baik-baik aja."Alan mengangguk. "Oke. Nanti abis ketemu Ara, kita makan bareng," putusnya.
Fatimah melotot saking kagetnya, membuat bola matanya yang memang sudah besar menjadi seakan-akan keluar. Melihatnya, Alan terkekeh.
"Kita?" tanya Fatimah memastikan.
"Iya, bertiga bareng Ara. Jangan kegeeran," seloroh Alan membuat Fatimah berdecak sebal.
"Saya nggak kegeeran!" Laki-laki berseragam pramuka lengkap itu tidak memedulikan bantahan Fatimah. Dia lebih memilih berjalan menyeberangi zebra cross agar cepat-cepat bisa menemui Ara. Mau tak mau Fatimah harus mengejar langkah Alan yang lebar karena kakinya jenjang.
Pemandangan yang pertama kali Alan dan Fatimah temukan saat memasuki masjid Al-Ikhlas adalah Ara yang sedang duduk di sudut ruangan seraya memeluk kedua lututnya. Di dalam masjid itu, tidak ada orang lain selain Ara. Masjidnya cukup sepi.
Alan memberikan kode pada Fatimah untuk menghampiri Ara. Fatimah hanya menganggukkan kepalanya lantas berjalan mendekati Ara. Lalu, dengan gerak perlahan, Fatimah mendudukkan dirinya di samping Ara. Gadis itu tidak menyadari kehadiran Fatimah, dia masih membiarkan kepalanya tenggelam di antara kedua lututnya. Dari segi penonton, Fatimah menduga Ara baru saja melaksanakan salat. Sebab Ara mengenakan mukenah putih milik masjid Al-Ikhlas.
"Mbak Sarah," panggil Fatimah dengan suara lirih. Perlahan Ara mendongakkan kepalanya. Menampakkan sepasang matanya yang memerah. Fatimah bisa melihat sudut bawah mata Ara yang menggenang air mata. Melihat keadaan Ara yang memprihatinkan, tidak ada yang bisa Fatimah lakukan selain langsung membawa Ara ke dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Pengantar Jodoh ( Terbit )
Teen FictionTELAH TERBIT DI CV FIRAZ MEDIA PUBLISHER Maulana Malik Ibrahim. Dia kira, dia yang paling terluka. Ternyata selama ini dia yang membuat hati seorang perempuan terluka. Dia kira, dia sudah cukup menghargai perasaan perempuan. Tetapi ternyata, dia ti...