22. Pendosa

2.2K 139 10
                                    

"Manusia itu tempatnya salah dan dosa. Sebanyak apa pun dosa seorang hamba, pintu maaf Allah lebih luas."

— Fatimah Az-Zahra



★★★








Hari ke 10 di bulan Februari. Kata orang, Februari identik dengan romansa karena hadirnya hari valentine. Tetapi, menurut Alan Februari tidak jauh beda dengan bulan lainnya. Hari-harinya masih sama seperti biasa, penuh dengan kesibukan. Lihat saja bagaimana sibuknya dia pagi ini, pukul setengah 6 pagi grusak-grusuk untuk persiapan lomba ketangkasan siaga (LKS) di lapangan asri Bumielok. Ditambah tiba-tiba Fatimah mengiriminya pesan.

"Kak, kemarin kan katanya Kakak mau kabarin Zidan dulu. Nah, itu dia mau kah?
Saya udah buntu nggak nemu jalan keluar. Kalau nggak bisa ya brarti saya nggak ikut dan mengundurkan diri dari Dkr." Pesan tersebut diakhiri dengan emoticon menangkupkan tangan.

Alan menarik napasnya panjang. Semalam dia melihat story WhatsApp Fatimah perihal tidak ada kendaraan untuk mengikuti kegiatan LKS hari ini. Lalu, dia menawarkan bantuan untuk berangkat bersamanya. Hanya saja, Alan tidak bisa menjemput ke rumah Fatimah karena memang terlalu jauh dan menghabiskan waktu yang lama. Sedangkan posisinya sebagai ketua DKR harus datang pagi ke tempat lomba untuk membantu persiapan upacara pembukaan. Jadi, bisanya hanya mengajak Fatimah berangkat bersama dari MAN 1 BUMIELOK. Sayangnya dari MA ASWAJA sampai ke MAN 1 BUMIELOK membutuhkan waktu sekitar 20 menit-an jika menggunakan motor.

Masalahnya Fatimah tidak punya kendaraan atau teman yang bisa jadi tebengan. Suci— anggota DKR yang satu sekolah dengan Fatimah, katanya tidak bisa berangkat lantaran tidak mendapatkan izin dari orang tua. Alan tidak tahu sebab apa orang tua Suci tidak mengizinkan, padahal kegiatan DKR dalam pesta siaga kali ini sangat bermanfaat. DKR termasuk dari bagian panitia pelaksana lomba ketangkasan siaga, tugasnya kali ini tidak lain untuk menjadi pendamping juri. Hal tersebut merupakan pengalaman yang tidak bisa seseorang dapatkan kalau tidak menjadi anggota dewan kerja ranting. Cukup disayangkan kalau Fatimah sampai tidak ikut, sedangkan perempuan itu memiliki semangat yang tinggi dalam berorganisasi dan dunia kepramukaan.

Setelah beberapa menit Alan membiarkan pesan Fatimah, akhirnya dia menjawab, "jangan gitu."

"Mau gimana lagi? Udah mentok nggak tau harus gimana." Jawaban Fatimah membuat Alan menghela napasnya kasar.

Laki-laki yang sudah berseragam pramuka lengkap itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia memijit pelipisnya yang terasa cenat-cenut. Pusing, bingung, campur aduk.

"Ya udah kalo gitu nanti tak jemput sama saya," putus Alan pada akhirnya. Lillahi ta'ala, niatnya murni tulus dari hati untuk membantu Fatimah. Alan tidak akan rela kalau Fatimah mengundurkan diri dari DKR. Entahlah, Alan tidak tahu sebab apa. Yang dia tahu hati kecilnya berteriak, "Fatimah harus ikut acara hari ini!"

Segera Alan keluar dari kamarnya dan menghampiri Umi yang berada di dapur. Dia harus meminta izin kepada Umi untuk menjemput Fatimah.

Melihat Umi yang sedang mengoseng nasi goreng membuat jantung Alan berdebar-debar. Pasalnya di samping Umi ada Abah yang sedang merangkul wanita tersayangnya itu.

Alan menelan ludahnya susah payah sebelum akhirnya memutuskan menghampiri kedua orang tuanya. Kepalanya tertunduk menatap ujung-ujung kakinya yang sudah terbalut kaus kaki hitam.

"Umi, Abah," panggil Alan, membuat Umi dan Abah yang sedang rangkulan mesra sontak terkejut. Keduanya menoleh ke belakang, menatap putra ketiganya dengan tatapan malu-malu. Sampai-sampai tanpa sadar pipi Umi bersemu merah.

"Kenapa, Lan?" tanya Abah hanya untuk membuat Alan mendongakkan kepalanya.

"Anu .... Alan mau minta izin sama Umi dan Abah buat jemput Fatimah di desa Degan. Hari ini ada lomba ketangkasan siaga di lapangan asri Bumielok. Nah, DKR disuruh membantu di acara itu, Bah. Fatimah kan ikut DKR, kasian kalo nggak ikut cuman karena ngga ada kendaraannya. Apalagi Fatimah itu termasuk anggota DKR yang aktif. Fatimah bilang mau mengundurkan diri dari DKR kalo ngga ikut acara hari ini. Aku nggak rela Fatimah mengundurkan diri. Jadi, tolong bolehin ya?" Di ujung kalimatnya Alan menunjukkan puppy eyes sembari menangkupkan kedua tangannya.
Abah dan Umi mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum akhirnya saling melempar pandang. Lalu, entah kenapa keduanya tiba-tiba mengukir senyuman. Bagian anehnya ketika Abah mendekatinya dan menepuk kedua pundaknya.

Tasbih Pengantar Jodoh ( Terbit ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang