Bab 10 Kisah Jason

33 5 2
                                    

Jason tengah membereskan rumahnya. Dibantu asisten rumah tangga milik kakaknya bernama Mang Anton.

Dia menyuruh lelaki empat puluh tahunan itu untuk memisahkan barang yang sudah tak terpakai dan yang dipakai.

Setelah resmi menikah, Raisa akan tinggal bersamanya di rumah itu karena kini bangunan dua lantai beserta isinya itu sudah menjadi haknya.

Dia memilih Raisa karena dia adalah wanita yang selama ini dia harapkan.
Baik, Solehah dan tertutup.

Jason sendiri adalah lelaki yang jauh dari kata baik. Dia perokok, jarang ibadah, dan juga pemabuk. Emang terlihat licik, sih. Jika dia bersanding dengan Raisa. Apalagi sampai sekarang belum terbesit di hatinya untuk berubah. Kembali ke jalan yang benar.

Namun bagaimana lagi, perjalanan sudah jauh. Mereka juga akan nikah besok hari.

Jason menyapu tipis ruang tamu dan mengelap lemari kaca yang berpungsi sebagai hiasan sekaligus sekat antara ruang tamu dan ruang keluarga. Di sana tertata rapi gelas antik dan hiasan barang-barang yang selalu dirawat oleh mendiang ibunya dua tahun lalu. Di sana pun foto keluarga dan foto masa kecil dia dan kedua kakaknya masih tertata rapi.

Dia menatap foto itu. Seketika kenangan dirinya pada masa itu terbayang termasuk kenangan di rumah itu juga.

Dahulu, saat dia belum lahir, orang tuanya tinggal di tanah kelahiran ibunya di komplek perumahan di daerah perbatasan Cianjur dan Bandung. Bapaknya adalah pengusaha dalam bidang kontraktor bangunan dan makelar. Saat kakak pertamanya masih berusia tujuh tahun, orang tuanya berhasil membeli lahan di daerah itu. Itu berkat ibunya yang pintar mengatur uang.

Beberapa tahun kemudian, lahir kakak kedua Jason yaitu Jefri. Dari tahun ke tahun, berkat kepiawaian ibunya, beberapa lahan dan kebun berhasil dijadikan hak milik. Satu rumah yang masih di daerah itu berhasil dikuasai karena yang menjual memberikan harga murah waktu itu.

Beberapa tahun kemudian, lahirlah Jason.

Setelah beberapa tahun dari itu ada masa Usaha ayahnya tengah merosot. Ibunya masih setia menemani sampai usahanya bangkit kembali.

Lalu tahun 2007, kakak pertamanya menikah.

Secara bersamaan usaha ayahnya naik lagi, hingga saat Jason SMP, orang tuanya kembali membeli hunian elit di perumahan bandung kota daerah Dago. Rumah yang sekarang Jason tempati. Saat itu ayahnya punya proyek kerja di daerah itu. Namun, Jason sendiri belum langsung tinggal di sana karena sekolahnya.

Dia tinggal bersama kakaknya sampai lulus SMP. Kakaknya bekerja di BUMN dan tinggal di daerah kelahirannya di Cianjur.

Sementara kakaknya yang kedua--Jefri pun menikah di tahun 2013 dan tinggal di Lembang bekerja sebagai pengusaha kuliner dan mengurus lahan pertanian.

Lulus SMP, Jason melanjutkan sekolah di Bandung dan tinggal di rumah baru itu. Usaha ayahnya semakin maju, dan dia pun dipredikat sebagai anak berasal dari keluarga berada. Dia pun ditempatkan di sekolah ternama dan menjadi siswa populer di sekolahnya. Apalagi dia berwajah tampan dan postur tubuhnya yang sempurna.

Akan tetapi, Dia tidak pintar dalam bidang akademik. Namun, dia jago dalam bidang seni yaitu tari modern. Bahkan dia pernah juara satu sebagai perwakilan dari SMA-nya. Dia juga siswa yang kreatif. Dia pintar merajut, menggambar dan membuat kerajinan lainnya. Makanya nilai pelajaran seni budaya-nya paling tinggi dibandingkan pelajaran yang lain.

Saat dia kelas dua, karena pekerjaan ayahnya tidak menetap, juga usahanya makin melambung, ayahnya tergoda oleh wanita lain dan menikah lagi tanpa berpisah dengan ibunya.

Hal itu membuat Jason shock, apalagi dengan perempuan yang dinikahinya. Namun, setelah beberapa waktu kemudian, dia pun menerimanya.

Jason yang kala itu tinggal bersama ibu kandungnya sering melihat ibunya menangis. Dia paham dengan yang dirasakan oleh perempuan yang sudah melahirkan itu. Sakit hati diduakan emang sulit diobati.

Sebagai anak yang berbakti hubungan Jason sama ayahnya masih baik walaupun hati kecilnya marah.

Jason juga sering diajak jalan-jalan dan dia pun sering dibawa saat pertemuan dengan klien kerja menaiki Fortuner berwarna hitam. Nantinya kendaraan itu akan diberikan kepada Jason jika dia sudah lulus SMA.

Namun, harta tak selamanya menciptakan ketenangan. Ada kalanya Jason merasa marah dan kesal dengan kehidupannya.

Sebagai anak yang polos dengan ilmu agama yang kurang, Jason pun terpengaruh dengan dunia kelam dan itu awal dia kenal dengan temannya--Baskara, Yahya, Alfi dan Darwin. Mereka anak kota yang sekelas yang bebas. Mereka sering kumpul dan kadang menikmati minuman keras. Karena uang jajan yang cukup, mereka pun kadang membeli minuman alkohol itu dengan merek bagus dan harganya pun bukan main.

Ibunya Jason sangat pintar membuat kerajinan. Seperti membuat Bros, meronce manik-manik, merajut, membuat bunga hias dari kain dan lainnya. Ibunya menjual hasil kerajinan itu.

Dia pun kadang suka membantu ibunya sambil mengobrol. Merajut dan membuat aksesoris manik.

Kalung manik yang Jason sering pake pun itu adalah buatan ibunya. Itu adalah kenangan dari ibunya.

Jason pun lulus SMA. Lalu dia pun mulai melamar kerja. Walaupun ayahnya sering mengirimkan uang bulanan, tapi dia ingin mencoba hidup mandiri.

Uang jajan dari ayahnya dia sisihkan untuk dipakai modal usaha. Usaha yang dia jalankan yaitu penanam modal kepada pelaku usaha yaitu paman dari ibunya yang tinggal di daerah Lembang. Ini adalah salah satu ilmu bisnis yang didapatkan dari ayahnya.

Usaha yang dijalankan pamannya itu di bidang pertanian. Bisnis itu memang sering dipandang rendah oleh kalangan orang. Namun, siapa sangka keuntungannya sangat menggiurkan. Oleh karena itu, Jason tertarik. Usaha itu dia jadikan sebagai sampingan.

Namun, setelah tiga tahun kerja, ibunya meninggal dunia. Dia sedih bukan main dan prustasi. Akan tetapi dia bisa bertahan dan kuat sampai saat ini.

Ayahnya pun juga merasakan hal yang sama. Bahkan sampai sakit selama satu pekan.

Namun, setelah beberapa bulan, ayahnya pindah rumah karena dapat proyek kerja di Jogjakarta.

Saat itu dan hingga kini, dia sendiri di rumah dan benar-benar mandiri.

Saat dia tertegun, tiba-tiba Mang Anton mengagetkannya.

"A, toples ini mau di keluarin aja atau gimana? Kayak ini alat kerajinan mendiang ibu dulu,"

Dia pun menoleh ke belakang. Segera dia mengambil toples besar itu dan membukanya.

Saat dibuka isiannya sudah tercampur dan acak-acakan. Namun, tidak ada debu hanya aroma apek saja.

Di dalamnya ada manik-manik, benang rajut, dan peralatan lainnya. Di dalamnya pun ada Bros yang sudah jadi dan ada juga yang sudah dikemas plastik, dompet rajut, juga roncean yang sudah tercampur.

"Kayak ini jangan dibuang, mang. Kalau bisa pisahin saja isinya. Ini Bros, kalung, gelang sama rajutannya dibungkus rapi, nanti disimpen ditoples itu lagi. Nanti disimpannya di lantai atas saja dekat lemari baju,"

"Baik, a."

Setelah itu, Jason pun kembali ke pekerjaannya. Dia pun segera membereskan karena nanti jam dua belas siang dia harus pergi ke rumah kakaknya di Lembang karena titik pusat keberangkatannya di sana.

Seserahan pernikahannya yang dibawa, hanya yang ringan saja. Karena nantinya juga akan diangkut kembali ke rumahnya di Bandung.
Hanya sebagai persyaratan saja.

Setelah hampir empat jam, kini rumah pun sudah rapi. Barang bekas yang terkumpul di depan sudah diangkut oleh pengangkut sampah barusan.

Jason dan Mang Anton pun kini tengah bersantai melepas lelah sambil menikmati Coca cola dan rokok.

KALAU SUDAH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang