Bab 13 Tempat Tinggal Baru

19 4 1
                                    

Siang tergantikan oleh sore. Acara pernikahan pun sudah dilewati dengan lancar. Akan tetapi ada beberapa tamu undangan yang datang pada waktu malam hari. Hal itu membuat orang di rumah masih sibuk.

Jason ikut bergabung dengan keluarga Raisa yang tengah berkumpul di luar. Jason sifatnya mudah berbaur dengan siapa pun dalam keadaan apa pun.

Dia ikut mengobrol dengan paman dan saudara laki-laki dari Raisa itu. Sesekali mereka pun menyalakan rokok dan menikmati kopi.

Sementara Raisa sendiri tengah berada di kamarnya. Dia tengah melihat-lihat barang seperti kado dan seserahan yang memenuhi kamarnya.

Tak lama Jason pun menghampirinya. Dan duduk di atas kasur yang hanya bisa dipakai untuk satu orang. Dia memerhatikan Raisa yang tengah sibuk melihat-lihat barang.

Saat itu Raisa berpenampilan tanpa kerudung dan baru pertama kali Jason melihatnya.
Rambutnya yang pendek menampakkan leher jenjang yang sangat putih bersinar.

"Ini bagus, ya. Bajunya dibentukin angsa," ucap Raisa.

"Itu namanya seni,"

"Tapi cara ngebongkaranya kayak susah, ya. Takut rusak kena bajunya,"

Jason mendekati Raisa. Dia pun mengambil baju yang masih berbentuk angsa itu dan mencoba membongkarnya di hadapan Raisa.

Tangannya yang terawat, begitu lihai melepas satu persatu peniti dan karet.

Tak lama benda itu pun kini kembali kebentuk semula, yaitu sebuah baju bermodel gamis.

Raisa memang memilih pakaian yang emang sering dia pakai yaitu pakaian longgar dan panjang. Dia sudah nyaman menggunakan pakaian tertutup. Walaupun beberapa orang memandang sebelah mata.

Dia hanya ingin mengikuti aturan agamanya juga dia tidak mau ribet.

Setelah di lihat-lihat dan diraba, Raisa melipat baju itu supaya rapi.

"Ra, berarti kita hari ini nggak ngapa-ngapain ya?"

Raisa yang saat itu tengah fokus melipat, disodorkan pertanyaan yang membuat dirinya tersentak.

"Nggaklah, kan aku halangan,"

Dia mencoba menjawab dengan rileks.

"Emang sampai kapan berakhirnya?"

"Delapan hari ke depan,"

"Lumayan lama, ya. Berarti aku harus nahan dulu, sampai delapan hari kemudian."

Raisa hanya terdiam mendengar ocehan Jason. Dia sudah tahu, ke mana arah pembicaraannya.

"Kalau ciuman doang, boleh kan?"

Raisa tersentak. Saat itu mata mereka saling menyatu. Namun, Raisa melempar pandangan ke arah lain karena malu. Seketika jantungnya berdegup kencang.

"Biasa aja kali, nggak usah tegang gitu, mukanya, hahaha,"

Jason tertawa melihat ekspresi wajah Raisa.

Raisa pun yang sadar bahwa dirinya diejek, langsung memukul paha Jason karena kesal.

Jason tak menghiraukan dia masih tertawa sampai puas.

"Jadi, mau nggak ciuman?" Jason kembali mengulang pertanyaan. Namun kali ini ekspresinya berubah. Menjadi datar dan aroma romantis pun menyeruak.

Mereka saling berpandangan tanpa suara.

Jason merapikan rambut Raisa yang menjulur ke kening. Lalu menyelipkannya ke telinga.

Pipinya tersentuh dan sangat lembut. Itu pertama kali Jason menyentuh kulit Raisa.

Raisa hanya terdiam mendapati perlakuan itu. Dia tak perlu menepis atau menolak. Karena sekarang dia harus melayani. Bahkan lebih dari itu.

KALAU SUDAH JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang