Hari pernikahan ke enam. Jason sudah harus masuk kerja lagi.
Raisa menyiapkan pakaian kerja untuk Jason.
Raisa mengikuti Jason menuju ke bawah untuk memakai sepatu.
Raisa memandangi Jason yang tengah memakai sepatu.
Dia tidak menyangka seseorang yang akan menjadi suaminya adalah temannya sendiri.
Jason telah siap dan bergegas pergi ke tempat kerja.
"Aku kerja dulu, ya. Pulang sore. Kamu di rumah sendirian nggak apa?"
"Iya, nggak apa-apa."
Saat itu mereka saling memandang. Membuat Raisa membuang muka karena salah tingkah.
"Mau dikecup dulu, nggak?" Jason tersenyum.
Raisa bergeming dia tak bisa berbicara apa pun.
"Kalau diem berarti mau?"
Jason pun menempelkan bibirnya di pipi paling atas. Sejajar dengan mata.
Wajah Raisa berubah. Dia tersenyum salah tingkah. Sambil jantungnya mulai berdenyut.
Jason terkekeh melihat perubahan ekspresi wajah Raisa. Hal itu sangat terlihat lucu.
"Aku pergi dulu, ya."
"Dadah! Raisa Yuliana,"
"Hati-hati ya, Jason!"
Kini Jason sudah hilang dari pandangan Raisa. Dia menghela napas lalu masuk ke dalam.
Jason pergi kerja menggunakan motornya supaya tidak terjebak macet. Dia melajukan kendaraannya cepat, melewati beberapa kendaraan lain.
Jarak ke tempat kerjanya hanya membutuhkan waktu setengah jam. Kini dia pun sudah sampai.
Ketika dia masuk dan menuju ruang kerjanya yaitu di tempat kasir, dia disambut oleh beberapa rekannya.
"Pengantin baru!" ucap salah satu temannya.
"Gimana lancar, malam pertamanya?"
Jason tak menghiraukan ocehan teman kerjanya itu.
Sebenarnya sih malam pertamanya tidak berhasil. Sampai saat ini, dia belum sama sekali melakukan hubungan suami istri dengan Raisa karena masa menstruasinya belum selesai.
Hal yang dinikmati oleh pasangan suami istri apalagi masa pengantin baru. Belum sama sekali dia rasakan.
Sorenya pekerjaan selesai. Namun, Jason dan beberapa rekan kerjanya tidak langsung pulang. Mereka tengah berkumpul dahulu sambil sesekali menikmati kopi dan rokok. Setelah beberapa menit, mereka pun bubar.
Jason pun segera pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, dia mencari Raisa terlebih dahulu. Dia menemukan perempuan itu tengah tertidur di sofa lantai atas sambil meringis kesakitan.
Melihat itu, Jason terkejut dan cemas. Terburu-buru dia menghampiri Raisa.
"Kenapa, Ra?" tanyanya sambil memeriksa keadaan badan Raisa.
Dia menyentuh tangan dan kening Raisa. Takutnya dia demam. Namun setelah diperiksa, badannya tidak panas.
"Aku mules. Haid hari ini lumayan nyiksa banget," lirih Raisa.
Soal masalah itu Jason sendiri bingung mau melakukan apa karena rasa sakit itu yang hanya dirasakan oleh tiap perempuan. Dia nggak mengerti.
Posisi Raisa tengah berbaring miring dan kakinya dilipat. Jason duduk di sebelah kaki Raisa.
Tangan Jason menyelusup ke baju melewati perut milik Raisa dan mengelus pinggangnya. Menolongnya supaya bisa meringankan rasa sakit yang menyerangnya.
Raisa merasakan sentuhan tangan Jason. Hal itu lumayan membuatnya nyaman. Perempuan itu pun kini membuka matanya setelah dari tadi tertutup.
Jason menoleh ke arah wajah Raisa dan memandanginya. Seketika memori beberapa tahun lalu menyerang ingatannya.
"Kamu masih inget nggak, Ra? Pas zaman SMP. Kamu pernah haid di sekolah? Terus Arumi ngasih kamu jaket buat nutupin noda darah di belakang rok kamu?" tutur Jason.
Raisa merasa tertarik dengan topik yang dibicarakan Jason. Dia pun perlahan bangkit dan membenarkan posisi duduknya.
"Oh iya, aku inget!"
"Jaket itu punyaku. Dan itu baru dipake sekali."
"Pas kamu ngebalikinnya, dicuci dulu nggak?"
"Aku lupa, waktu itu. Kayaknya enggak deh. Kalau nggak salah, Arumi ngater aku pulang, aku langsung nyerahin jaketnya sama dia."
"Pantes, saja. Waktu itu ibuku kaget waktu mau mau nyuci di tengahnya ada noda merah, 'Jason itu noda darah apa?' Kata ibuku, nanya."
"Terus aku jawab, 'darah perawan, bu!' ibuku kaget. Dia langsung mukul aku pake sikat WC. Hahaha."
Terdiam mendengar ocehan Jason, Raisa pun mencoba menimpal.
"Hah? Beneran ada darahnya? Kok kamu nggak bilang? Duh aku jadi malu,"
"I-iya nggak apa-apa. Setelah aku jelasin yang sebenarnya, ibuku nggak ada masalah, kok."
"Justru dia bilang ke aku kalau cewek lagi haid itu harus ditolong. Apalagi hari pertama dan masa-masa mules yang kaya kamu rasain saat ini."
Raisa terdiam dan tak berbicara apa pun. Dia masih merasakan tangan Jason yang terus mengelus punggung bawahnya.
"Ra, yang kuat, ya."
Suara Jason melemah.
"Iya, Jas. Aku masih kuat, kok. Kayaknya lusa juga udah beres."
"Tapi setelah itu, kamu akan merasakan sakit lag, Ra. Kita akan melakukan hubungan itu untuk pertama kalinya dan itu akan perih."
Mendengar itu Raisa terhentak.
"Omongan kamu mesum, ih."
Raisa mendelik dan kembali berbaring.
Jason terkekeh.
"Aku mandi dulu, ya."
Setelah itu dia bangkit dan pergi ke toilet.
....Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KALAU SUDAH JODOH
ChickLitKetika batu kerikil dan berlian disatukan dalam ikatan pernikahan. Ketika Raisa yang taat pada Tuhan dan orang tuanya, berjodoh dengan Jason. Ujian rumah tangganya terletak pada suaminya sendiri. Lalu, apakah dia bisa melewati semuanya? Bagaimana si...