Mata sayu dan dinginnya angin malam kini menerpa tubuhnya. Sebuah jarum jam telah berdiri tegak menunjuk angka 12.
Yang ditunggu hanyalah uang, bukan dirinya yang selalu dibuang. Ingin kembali beristirahat, namun tetap ragu. Tidak ada lagi manusia yang berkeliaran malam itu. Mereka tengah menuju ke alam sana dengan kisah-kisah tertentu.
Bagaimana dengan pemuda yang belum pergi ke alam mimpi?
Ia sangat suka sekali tidur.
Karena tidur, ia bisa merasakan hidup yang berbeda-beda dan imajinasi yang bahagia. Begitu juga dengan plot absurd yang sulit dibayangkan kembali. Maka dari itu, ia sangat suka sekali dengan mimpi-mimpi saat ia tertidur. Sebelum tidur pun, ia selalu merangkai kata-kata dan berkhayal jika ia ingin sekali merasakan kebahagiaan.
Setelah berjam-jam duduk dikursi taman dengan pikiran kacau, lelaki yang hanya memakai kaus hitam tipis itu memasukkan beberapa wadah panjang yang berisi kue bulat dan terdapat lubang ditengahnya. Terlihat masih banyak.
"Mudah-mudahan uang segini cukup deh.''
Seperti sangat akrab dengan lingkungan malam gelap gulita. Ia tidak merasa takut maupun pikiran yang negatif. Dia tidak peduli jika ada kejahatan yang terjadi.
Mungkinkah bagus jika terjadi?
Buat apa dia pulang, jika harus membayar tunggakan ayahnya tiap petang.
Hanya rasa ragu yang ia selimuti. Namun dia terlanjur lelah dan ingin langsung merebahkan dirinya.
Kunci rumah ada pada penghuni rumah masing-masing. Ia selalu membawa kuncinya kemanapun karena tahu jika ia selalu pulang terlambat karena bekerja.
cklek
Rumah sederhana yang tidak bertingkat.
Lampu yang sudah padam memenuhi ruangan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ia mengira jika keluarganya telah tertidur. Ia segera pergi ke kamarnya yang ada diujung dekat dapur dan wc.
tak!
Sontak ia berbalik badan karena tiba-tiba lampu diruang tamu menyala.
"Lo dapet berapa sekarang?" tanya yang menyalakan lampu.
Yang ditanya hanyalah gugup, karena hari ini jualannya tersisa banyak.
"JAWAB WOY!"
"Emm,, hari ini da-dapet seratus lima puluh. Itu udah hasil dari jualan sama buruh." ia hanya menunduk tak berani melihat manusia didepannya yang berjarak lumayan jauh.
dap,, dap,, dap,,
Lelaki Hoodie hitam itu mendekat kearah sang adik yang masih mematung. "Gue minta seratus. Gue mau nongkrong sama temen-temen." ucapnya tak ada beban sama sekali.
"Te-terus nanti ayah gimana? Kan ayah suka marah." meski adik kakak, namun logat dan bahasanya pun 180° berbeda.
"Itu urusan lo anjing!" sarkas kakaknya.
"Lagian bang, kok nongkrong jam segini sih. Udah malem tau!" ia mengomel layaknya ibu kepada anaknya.
"Terserah gue lah. Mana duitnya! Lama bangett." ia pun dengan tidak sopan menggeledah saku yang ada pada tubuh si adik.
"Dimana anjing! Temen-temen gue udah pada nungguin Chan!" bentaknya. Namun lelaki yang lebih muda darinya terus melindungi tasnya.
"Gak! Uang ini buat ayah!" bentaknya.
"HAECHAN! Lu makin sini makin ngelunjak ya." seketika dia mencengkram baju haechan.
Sangat seram jika harus seperti ini. Haechan tidak bisa melawan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE IS MONEY | HAECHAN ✔️
Teen FictionMONEY IS? Bagaimana jika merasa sangat lelah, namun tidak pernah ada waktu untuk beristirahat? Bingung untuk memilih meneruskan cita-cita atau bekerja demi bertahan hidup? Mengapa hanya dia yang selalu jadi tulang punggung keluarga? Haechan. Gila ke...