13. TERUNGKAP {one}

158 41 32
                                    

Sepertinya, kebahagiaan memang selalu sementara dan tidak pernah tetap. Namun sebisa mungkin, apakah kebahagiaan itu bisa kita pertahankan?

Seperti Lee Haechan yang sedang mempertahankan senyumannya yang sudah lama ia rasakan.

Ia tahu, jika setelah ini pasti ada hal buruk kembali yang menimpanya. Meski tahu, ia tetap teguh mempertahankan dan menikmati waktu-waktu yang singkat tanpa memikirkan hal-hal selanjutnya yang akan terjadi.

Dihitung 5 hari, keberadaan Haechan dan Renjun masih tetap kukuh disana. Haechan jauh lebih ceria di rumah sakit daripada di rumahnya sendiri. Meski dalam hati, ia selalu merapalkan do'a untuk sang ayah dimanapun ayahnya berada.

Seperti sekarang, ia menutup mata sambil menyebut nama ayahnya didalam doanya. Ia sangat rindu pada sosok ayah yang selalu menyiksanya. Haechan pikir, itu adalah salah satu bentuk kasih sayang Johnny terhadapnya.

"Haechan." panggil Mark pelan.

Haechan pun selesai berdoa dan mendongak melihat Mark.

"Mau makan?" tanya Mark sekaligus mengajaknya.

Haechan pun mengangguk saja, toh ia sedang lapar saat itu. Mark pun pamit pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.

Haechan menghela nafas berat. Rasanya, ia selalu menyusahkan semua orang.

Tak lama,, pintu ruangan Haechan dibuka kasar oleh seorang pria. Haechan tersentak dan merasa takut pada pria itu.

PLAK

Sebuah tamparan yang sudah lama Haechan rasakan. Wajahnya kini menoleh kesamping merasakan perih yang menjalar.

"O-om. Siapa?" tanya Haechan takut.

Pathier. Ia menatap Haechan penuh amarah dan, menangis?

"Om, ke-kenapa?" Haechan sedikit mundur menjauh.

"Sialan. SAYA BENCI KAMU!" teriak Pathier sambil memukul tembok sangat keras. Siapapun, tolong keluarkan Haechan dari sana.

"Karena kamu, saya menderita dan selalu merasa bersalah tiap saat. Kenapa kamu bisa hidup seperti ini?! HARUSNYA KAMU MATI SAJA!" teriak Pathier membuat Haechan menunduk merasakan sesak di dadanya.

Pathier pun keluar dari sana dengan nafas penuh amarah. Ia pun segera pergi ke kamar mandi. "Gila, gila. Kenapa lakuin itu. Bodoh, bodoh!" ketus Pathier memukul dirinya sendiri.

Kondisi Haechan kembali down dan tangannya tak henti-henti bergetar takut.
Matanya kini menatap ke sembarang arah sambil mendengar sayup-sayup kata 'MATI'

Cklek

"Haechan?!" kantung kresek yang ia bawa pun terjatuh dari genggamannya. Ia memeluk Haechan yang menatapnya kosong. Ia tahu, jika ada seseorang yang menampar adiknya. Jelas, ada bekas luka tamparan di pipi Haechan.

"Chan. Siapa?!" Haechan masih dengan tatapan kosongnya. Terlihat jika dadanya naik turun dengan cepat.

"Dokter!!" panggil Mark sambil menekan tombol darurat di samping ranjang Haechan.

Dokter pun sigap datang menanganinya. Mark menggigit kukunya khawatir melihat kondisi Haechan.

"Dia sangat shock. Kalau bisa, seharusnya yang menjaga Haechan minimal dua orang lebih ya... Takut terjadi lagi seperti ini. Orang-orang bisa saja masuk tanpa izin." ucap dokter itu.

Mark pun langsung menatap tajam dokter tersebut.

"Tapi kan ini VIP. Gak sembarang orang bisa masuk kan dok?" sang dokter pun baru teringat, jika ini adalah ruangan VIP. Kemungkinan besar, orang yang masuk ke ruangan Haechan adalah orang yang berada di ruangan VIP juga.

LIFE IS MONEY | HAECHAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang