Suara alat terdengar jelas. Beberapa alat dipasangkan di tubuh pemuda itu.
"Nanti kita tanya saja keluarganya dimana."
"Anak yang malang."
Beberapa polisi pun ada di sana karena takut jika pemuda itu kabur.
Dua jam telah berlalu..
Yang pertama kali ia lihat hanyalah penerangan cahaya yang sangat menyilaukan pandangannya.
Melihat sekeliling dan benar saja ia sudah menebaknya jika sekarang ia sedang terbaring di rumah sakit.
Tas koyaknya pun terdapat di samping ranjangnya.
Lalu ia mencoba mengubah posisinya menjadi duduk dengan hati-hati karena kepalanya sangat pusing.
"Mati juga gak bakalan ada yang dateng." gumamnya.
Setelah beberapa menit melamun, ia mendengar suara berasal dari pintu kamar inapnya.
Masuk dua polisi untuk memastikan bahwa Haechan sudah sadar atau tidak dan akan menangkapnya.
Haechan gemetar saat itu. Ia tidak salah.
"P-pak."
"Sudah sadar kau. Panggil orang tua kamu." ucap salah satu dari mereka.
Mendengar hal itu, justru Haechan berpikir dua kali. Ayahnya akan sangat marah mendengar berita ini. Apakah Mark akan membela? Tapi tak mungkin.
"Gak perlu pak. Soal tadi, saya tidak ikut tawuran pak, saya hanya menerobos saja karena rumah saya melewati lokasi tawuran itu." sebisa mungkin, Haechan memasang wajah tidak grogi.
Dua polisi itu pun merasa terbohongi, namun setelah melihat tas yang ada disamping Haechan, salah satu dari mereka membuka tas itu dan terdapat box plastik yang berisi donat.
"Kamu jualan?"
Dia mengangguk. "Saya sudah sehat kok pak. Boleh saya pulang sekarang?"
Meski begitu, dua polisi itu tetap akan membawa Haechan ke kantor polisi untuk memastikan jika Haechan adalah pelaku atau korban.
Tentu Haechan tidak mau. Ia sudah memohon beberapa kali. Bukan apa, tapi sekarang ia sudah sangat malam untuk pulang ke rumah dan itu akan menimbulkan amarah Johnny.
Apalagi jika polisi itu mengetahui sekolahnya dan menelepon Johnny dari pihak sekolah.
Serba salah.
Kriing kriing
"Bentar ya pak. Istri saya telepon." ucap polisi itu kepada temannya dan ia pun menerima telepon itu.
Meskipun volumenya kecil. Namun Haechan mengingat satu hal.
"Pak, sekarang jam berapa?" tanyanya kepada polisi yang kini duduk di sofa menunggu temannya menelepon diluar.
"Jam dua belas lebih dek."
"Iya, aku gak lupa kok. Habis ini aku pulang ya." final polisi yang menelepon. Lalu ia masuk kembali ke dalam kamar Haechan.
"Kalo udah agak mendingan. Kita ke kantor sekarang. Yang lain udah nunggu di sana." ucap polisi sehabis menelepon.
"Pak. Anak bapak sekarang ulang tahun ya?" tanya Haechan memastikan kepada polisi yang menelepon tadi.
Lalu ia bingung, bagaimana Haechan bisa tau?
"Selamat ulang tahun ya buat anak bapak."
"Bentar. Kok kamu tau?"
Haechan pun menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan istri polisi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE IS MONEY | HAECHAN ✔️
Teen FictionMONEY IS? Bagaimana jika merasa sangat lelah, namun tidak pernah ada waktu untuk beristirahat? Bingung untuk memilih meneruskan cita-cita atau bekerja demi bertahan hidup? Mengapa hanya dia yang selalu jadi tulang punggung keluarga? Haechan. Gila ke...