6. WORRY

166 45 19
                                    

Sengaja memperangkuh diri sendiri. Seakan dirinya lah yang paling berkuasa dari yang kuasa saja. Suara adu bising sengaja dinyalakan, memperlihatkan siapa yang lebih cocok menjadi rider!

"Dengar, kau pasti bisa. Tidak perlu terburu-buru yang penting fokus pada kendaraanmu!" amanat Pathier ayah Renjun.

Renjun yang sedang memakai perlengkapan pun mengiyakan ayahnya. Memang bukan pertama kalinya ia mengikuti lomba balap mobil. Namun entah mengapa, ia merasa tidak enak hati setelah melihat rivalnya yang dari dulu tidak pernah akur.

Ditambah dengan badannya yang kurang sehat akibat tawuran kemarin. Ia juga khawatir dengan keadaan Haechan. Karena Haechan tidak punya alat komunikasi, Renjun tidak tahu menahu kabarnya.

Triing!

Ia menyempatkan untuk melihat notifikasi dari handphonenya. "Tumben si Jeno ngechat. Ngirim Poto, lagi."

Klik

Poto yang dikirim adalah Poto Jeno dkk beserta Haechan yang membawa dagangan risol mayonya. Ia khawatir, dari raut wajah Haechan pun terlihat sangat tertekan meskipun tersenyum.

"SON! Siap-siap!" teriak sang ayah membuat Renjun memberikan handphonenya pada sang manager.

Jeno

|(Foto)
11.33

awas aja kalo lu macem-macem!|
mending tulis dulu wasiat lu deh|
11.34

-

"Bebas sih sekarang, soalnya lo gak ada backingan lagi." dibarengi dengan tawa liciknya.

"Aku gak punya backingan kok. Permisi, aku jualan dulu." Haechan pamit.

"Kalo udah beres jualan, gue tunggu lo di parkiran." ucap Jeno.

Ia melenggang saja tanpa memperdulikan perkataan Jeno. Semua orang langsung berhamburan ke tempat Haechan karena ingin membeli risol mayonya.

"Eh tapi, bukannya si Haechan ikut tawuran ya? Liat aja kepalanya pake perban."

"Iya sih, tapi kalo kata temen gue. Dia kayak ngelindungin SMA sebelah woy."

"Really? Munafik banget. Kok dia pro ke SMA itu sih?"

Haechan yang mendengar pun hanya menghela nafas saja. Bisa-bisanya orang lain berpikir yang tidak tahu kebenarannya.

Jeno dkk pun sebetulnya sayup-sayup mendengar percakapan mereka. Namun ia tak percaya, bagaimana orang seperti Haechan ikut tawuran dan malah membantu sekolah sebelah?

Berita itu sudah sampai pada kepsek. Tanpa aba-aba, Haechan yang ingin menemui Jeno dkk di parkiran pun mengurungkan niatnya. Karena suara panggilan kepada Haechan ditunggu di ruang kepala sekolah.

Ia mengusap wajahnya kasar. "Bajingan."

Jeno dkk yang mendengar panggilan itu, mereka pun pergi menuju ruang kepala sekolah karena penasaran.

-

"Jawab, kamu tawuran kan?" tanya Kepala sekolah yang seolah menginterogasinya.

Haechan hanya langsung menggeleng, "Saya gak ikutan pak. Saya hanya lewat dan rumah saya kebetulan didaerah sana. Tapi malah saya yang kena." jelas Haechan.

LIFE IS MONEY | HAECHAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang