Hanya kisah dari Brian Ghastan Sastranagara dan adiknya Giovanno Sastranagara.
Dua saudara yang sering bertengkar padahal nyatanya saling menyanyangi.
Brian dengan Ego-nya yang selalu menolak jika ia merasa peduli terhadap sang adik.
Sedangkan Gio...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
¤¤¤
"Buset pala gue kaya berasap anjink rasanya" Ujar Dian dramatis.
Brian dan Farel yang mendengar itu menggeleng.
"Haris mana?" Tanya Brian sambil mencomot kacang kulit yang tengah berserak di atas meja kantin.
Brian dan Farel selesai duluan saat ulangan tadi, sehingga bisa lebih dulu istirahat.
"Masih di kelas" Jawab Dian ikut mencomot kacang kulit.
"Belum pada mesen lo pada?" Tanya Dian.
"Nunggu lo ama Haris" Jawab Farel.
"Ututu setianya kawan aku ini" Ujar Dian membuat Brian dan Farel geli.
"Nanti malam jadikan lo ikut nginep di tempat Brian?" Tanya Farel pada Dian.
"Ikutlah, tapi jan sampek subuh juga, sekolah besok" Jawab Dian.
"Yooi" Balas Brian.
Haris tiba di kantin.
"Hoi" Sapanya padahal ia masih cukup jauh, hal itu membuat Haris cukup menjadi tontonan di kantin.
Brian yang melihat Haris salah fokus dengan adiknya yang juga tiba di kantin, bersama kedua teman adiknya. Hanya sebentar ia menatap Gio, lalu kembali berbaur dengan temannya. Satu sekolah ini tau Brian dan Gio itu saudara, jelas orang dari marga saja sudah keliatan.
Satu sekolah juga tau kalau Brian itu jahilnya minta ampun kalau sama Gio.
Sepuluh menit berlalu, Brian bangkit membuat teman-temannya menatapnya.
"Mau kemana lo?" Tanya Farel.
Farel melihat pandangan Brian.
"Ck kumat lagi nianak, udah ah lo mah jahil mulu" Ucap Farel menahan lengan Brian.
"Entar doang" Balas Brian.
Remaja itu mulai melangkah menuju meja adiknya.
Gio yang melihat abangnya mendekat menghela nafas, di mata Gio sekarang ada tanduk iblis di kepala abangnya itu.
"Sambelnya kurang banyak adikku" Seru Brian lalu menambahkan dua sendok sambal ke atas batagor bumbu kacang milik Gio. Bahkan membantu mengaduknya, Gio sudah pusing melihat kelakuan abangnya.
Kedua teman Gio pun cuma bisa melakukan hal yang sama seperti Gio, yaitu menghela nafas lelah.
Begitu sambal yang ia campurkan rata, Brian menepuk pucuk kepala adiknya dan mengucapkan "selamat makan" yang membuat ketiga murid kelas sepuluh itu muak.
"Jangan di makan Gi kalau gakuat pedes" Saran Joya.
"Sayang kalau gak di makan, lagian cuman dua sendok" Ucap Gio.