06

2.2K 162 2
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Gio termenung sambil menatap jalanan lewat jendela mobil, sedikit memikirkan perkataan bu dokter tadi. Anak itu menghela nafas lelah memikirkan hal itu, lagian siapa yang mau ia ajak untuk menemani periksa ke dokter? Gak ada. Palingan mentok di Bi Sukma, tapi Gio malah gamau sama Bibi. Gimana kalau beneran dia sakit terus bikin Bibi sedih dan cemas, Gio gamau itu terjadi.

Ngajak ayah juga sama, Gio gak berani. Apalagi ngajak Brian yang ada dia pasti bakalan di sumpahi biar mati cepat.

"Au dah, biarin aja toh biasa sakit dikit terus reda lagi" Gumamnya. Mencoba melupakan ucapan dokter padanya.

Gio pun memilih memejam kan mata dan lupa kan sejenak beban pikirannya.

•••

Siang tadi setelah Bi Sukma masak makan siang mereka, wanita itu izin untuk pulang ke rumahnya. Suaminya jatuh sakit jadi izin untuk merawatnya, kata Bibi ia izin hanya tiga hari saja. Jadi selama Bibi pergi Brian dan Gio sarapan roti dulu, dan siang juga diharapkannya kedua anak itu bisa akur untuk membuat makanan bersama.

Rumah Bibi tidaklah jauh hingga keluar kota, tapi bisa sampai 2 jam jika menempuh perjalanan dari desa di ujung kota, ke daerah kota ini.

Tapi Bibi meminta Brian dan Gio akur adalah sesuatu yang sangat sulit. Hampir tak akan pernah bisa rasanya.

Bahkan kini saat makan malam tiba, Gio memilih untuk menggoreng telur dadar untuknya sendiri. Tadi ia sudah menawarkan mengajak Brian masak bersama, tapi abangnya itu tak mau. Katanya juga tak sudi makan hasil masakan campur tangan Gio, kejam memang.

Gio memilih makan di ruang keluarga sambil nonton tv. Mumpung ayahnya juga tak di rumah lagi, gatau kemana.

Brian juga disana duduk diam bermain ponsel. Mengacuhkan Gio yang makan dengan telur dadar dan kecap manis.

Suara bell pintu utama membuat Brian bangkit. Lantas remaja itu berjalan menuju asal suara, tak lama kembali ke ruang keluarga dengan plastik kantong yang isinya kotak.

Begitu kotak itu di buka oleh Brian, harum bumbu ayam goreng langsung menguar. Ternyata Brian tadi memesan jasa delivery makanan, dan membeli sepaket ayam goreng cepat saji.

Brian mulai menggigit ayamnya santai, tangan satunya sibuk bermain ponsel. Remaja itu makan sekotak ayam tanpa nasi.

Gio yang ada disana melirik abangnya, anak itu tergiur dengan ayam yang abangnya beli.

"Gue minta satu dong" Ujar Gio membuang rasa gengsi dan malunya sejenak, karena untuk bisa makan ayam goreng seperti itu sangat jarang, meski Bibi juga sering menggoreng ayam dirumah, tapi rasanya pasti beda dengan yang dijual diluar.

SASTRANAGARA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang