8

2.1K 248 30
                                    

"Ma, kata tante Miya, Mama itu bukannya dulu pengen punya anak perempuan ya?"

Alisha mengangguk mendengar pertanyaan dari putra sulungnya. "Iya, Mama dulu itu pengen banget punya anak perempuan."

"Dan pas tau kalau Mama hamil lagi itu Mama bener-bener seneng banget, Mama udah berharap banget kalau nanti yang lahir itu anak perempuan," ucap Alisha lalu terkekeh pelan seraya menatap Yuno yang tengah bermain dengan abang dan kakaknya itu. "Tapi ternyata yang keluar malah laki-laki lagi."

"Nah, berarti lo gak diinginin dek, masuk lagi ke perut Mama sono." ucap Harru seraya menggoyang-goyangkan tangannya yang tengah dimainkan oleh Yuno.

"Ya gak gitu juga, kak." Jeffryan menggelengkan kepalanya.

"Emang Mama gak USG gitu?" tanya Javi lagi. "Kan kalau USG gitu bisa ketauan kan jenis kelaminnya?"

"Mama itu sengaja gak mau di USG, biar kejutan katanya," Jeffryan melirik kearah istrinya itu. "Dan ternyata pas lahir bener-bener kejutan karena yang keluar laki-laki lagi."

Alisha menatap pada Jeffryan lalu keduanya pun sama-sama tertawa. Mengingat bagaimana dulu keduanya sangat-sangat bersemangat dengan anak ketiganya.

Alisha bahkan sudah menyiapkan banyak sekali nama perempuan untuk bayinya kala itu, bahkan untuk desain kamarnya pun Alisha sudah memikirkan konsepnya, dan sudah menargetkan pakaian-pakaian lucu juga cantik untuk anaknya nanti.

Tapi ketika anaknya itu lahir, buyar sudah semua rencananya, karena yang lahir adalah anak laki-laki lagi.

"Mama kecewa gak pas tau kalau ternyata bukan bayi perempuan yang keluar tapi malah laki-laki lagi?" kini Harru yang bertanya.

Alisha menggelengkan kepalanya. "Walaupun Mama tuh pengen banget punya anak perempuan tapi pas tau kalau ternyata laki-laki lagi yang keluar ya Mama gak masalah."

"Sayang gitu sama Yuno?"

"Ya sayang dong, kak." Alisha menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Harru. "Kamu ini gimana sih, masa iya Mama gak sayang sama anak Mama sendiri sih."

"Tau lo," Javi melirik kearah adiknya itu. "Pertanyaan lo gak berfaedah banget."

Javi lalu kembali menatap ibunya. "Terus sekarang Mama masih pengen anak perempuan gak?"

"Gak usah aneh-aneh bang kalau nanya," Harru menyahut. "Kesenengan nanti Papa."

Jeffryan mengangkat alisnya mendengar sindiran dari putra keduanya itu. "Loh emang kenapa? Ya gak papa dong."

"Emang kamu gak mau punya adek perempuan?"

Harru langsung menggeleng. "Punya adek satu itu udah cukup."

"Jadi gak usah nambah anggota keluarga lagi oke," ucap Harru menatap kedua orangtuanya.

"Kalau abang gimana?" Jeffryan beralih pada putra sulungnya.

"Kalau aku mah gimana Mama sama Papa aja," jawab Javi mengalihkan pandangannya dari Yuno pada kedua orangtuanya. "Kalau misalnya Mama sama Papa masih pengen punya anak perempuan ya gak papa."

"Ah elah bang, lo gimana sih?!" Harru menatap kakaknya itu sebal. "Kenapa gak sekubu sama gue?!"

"Tapi lucu gak sih kalau dipikir-pikir—"

"Enggak. Gak ada yang lucu," Harru memotong ucapan Javi.

"Gue belum selesai ngomong!" Javi dengan kesal menonjok lengan adiknya itu.

"Coba lo bayangin kalau nanti ada anak kecil yang cantik, imut, lucu terus mirip kayak Mama di rumah ini." Javi tersenyum sendiri membayangkannya. "Pasti asik banget."

FAMILLE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang