21

1.6K 236 19
                                    

"KAN KATA GUE JUGA APA ANJING!!"

Kevin menoyor kepala Harru tanpa perasaan. Kesal sekali setelah mendengar cerita dari temannya itu.

"Lo sih batu gak dengerin omongan gue waktu itu," omel Kevin. "Gini kan jadinya."

"Kan gue udah bilang buat ubah sikap lo ke Chelsea kalau lo udah suka sama cewek lain. Sikap lo itu bisa bikin salah paham, gak salah lah kalau sekarang si Vicky kayak gitu ke lo."

"Dia tuh pasti bingung sebenernya lo itu beneran suka sama dia atau gimana karena masalahnya lo juga masih perhatian sama Chelsea!" cerocos Kevin dengan menggebu-gebu.

"Lo tuh ih anjing kenapa tolol banget sih?!"

"Mikir buset, Har," Athur menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pantes aja si Yura ngamuk-ngamuk ke si Harru," sahut Jaya. "Ternyata bestie nya kayak dijadiin tempat singgah doang sama si Harru."

"Enggak gitu anjing!" sanggah Harru tidak terima dengan ucapan Jaya.

"Gue sama Chelsea tuh udah bener-bener selesai, gak ada apa-apa lagi, cuma temen." ucap Harru. "Kalau gue perhatian ke dia itu ya— ya refleks aja gitu, gak sadar kalau gue masih se perhatian itu sama dia."

"Gak pernah ya anjir gue jadiin Vicky tempat singgah doang seakan-akan gue bakal balikan sama Chelsea suatu saat."

"Yaudah kalau gitu ubah sikap lo kata gue juga," ucap Kevin greget. "Kalau lo mau dapetin Vicky lo harus punya batasan sama Chelsea walaupun hubungan lo sama Chelsea itu baik-baik aja."

"Gimanapun juga kan Chelsea itu statusnya mantan lo, Har, cewek mana sih yang gak bakal overthinking kalau cowok yang deket sama dia masih perhatian sama mantannya?"

"Lo harus tau prioritas lo siapa, Vicky kah atau Chelsea, jangan malah ngasih perhatian yang sama ke dua-duanya, itu malah bikin mereka berdua salah paham nanti."

Harru mengerjapkan matanya. Menyerap baik-baik ocehan dari Kevin.

Jadi itukah sebabnya Vicky seakan ragu dengan dirinya setiap ia mengatakan tentang perasaannya? Karena sikapnya pada Chelsea yang masih terlalu perhatian dan berujung membuat Vicky bingung juga salah paham?

Javi melempar bantal sofa pada adiknya yang masih terbengong.

"Makanya perhatian lo ke Chelsea tuh kurang-kurangi, kalau bisa biasa aja," ucap Javi. "Vicky pasti bisa ngasih lo kejelasan kalau lo sendiri nunjukin dengan jelas perasaan lo ke dia."

"Elo juga sama aja kali," cibir Satria menyahut. "Kurang-kurangi perhatian lo ke Wilona kalau lo sukanya sama Grisella."

"Anjing!" Darren terbahak. "Ini adek kakak kenapa permasalahannya sebelas-dubelas ya?"

"Gobloknya juga sama lagi," sahut Athur.

"Tau ya!" Satria mendengus. "Kalau masih pada plin-plan lepas aja udah semuanya."

"Biar empat-empatnya sama gue aja."

"Anjir gak boleh maruk dong, Sat," ucap Jaya. "Bagi dua sama gue."

"Kalem Jay," Satria tersenyum menyebalkan. "Kita bagi nanti."

Lalu Satria dan Jaya pun sama-sama tertawa.

Mereka bertujuh memang sedang kumpul di rumah Javi-Harru, tidak ada janjian samasekali. Ketika Javi dan teman-temannya itu datang ternyata di rumah sudah ada teman-teman Harru yang datang lebih dulu.

Hingga kini kediaman Artharendra itu dipenuhi oleh ketujuh remaja tampan.

"Loh?"

Javi langsung beranjak begitu pintu rumahnya yang terbuka dan menampilkan sosok kedua orang tua dan adik kecilnya.

FAMILLE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang