Take a Little Move part two

3.1K 150 5
                                    

ZEN POV

Kenapa aku merasa senang saat Kailla memperhatikan kesehatanku? Dan aku juga merasa senang saat bisa menyentuhnya. Tunggu... Menyentuhnya? Sejak kapan aku bisa menyentuh seorang perempuan dan tidak memiliki after effect seperti biasanya?

Apa phobiaku tidak kambuh karena aku menyentuh Kailla tanpa sadar? Jadi, kalau aku menyentuhnya sekarang, maka phobiaku akan muncul lagi? Tetapi kenapa aku sekarang tidak merasa gelisah seperti biasanya? Bukankah seharusnya aku meraa gelisah saat duduk berduaan seperti ini dengan seorang wanita?

Baiklah aku akan menyentuh tangannya, mungkin saja saat aku menyentuh tangannya phobiaku muncul kembali?

"A... Apa yang kau lakukan?" tanya Kailla saat aku memegang tangannya.

Aneh... Ini benar-benar aneh. Aku tidak merasakan gelisah, jantungku memang berdebar lebih cepat, tetapi rasanya sangat berbeda. Aku juga tidak merasakan sesak napas seperti biasanya saat aku bersentuhan dengan wanita.

"Hei... Lepaskan tanganmu dari tanganku!" Desis Kailla saat aku tidak juga melepaskan genggaman tanganku.

"Saya ingin minta tolong padamu!" Ujarku pada Kailla.

"Minta tolong apa?" Tanya Kailla penasaran.

"Tolong biarkan saya memegang tanganmu."

"Apa maksudmu? Kamu tidak gila kan? Ma... Maksudku..." ujar Kailla terputus.

"Saya tidak gila. Tapi ada sesuatu yang aneh pada diriku." Ujarku sambil tersenyum penuh arti pada Kailla.

"Orang aneh." gumam Kailla pelan.

Sebenarnya aku mendengar gumaman Kailla itu, tapi aku merasa diriku ini memang aneh setelah bertemu dengannya. Phobiaku tidak muncul saat aku bersama dengannya. Apakah phobiaku juga tidak akan muncul kalau aku bersama dengan wanita lain? Atau Kailla adalah sebuah pengecualian? Apa aku sekarang harus menjadikan dirinya sebagai pendampingku, siapa tahu saat aku bersamanya phobiaku berangsur-angsur bisa sembuh?

"Saya ingin kamu menjadi pendampingku." Ucapku.

"A... Apa? Kamu bilang apa?" Tanya Kailla tidak yakin.

"Saya ingin kamu menjadi pendampingku."

"Hah?"

'Apa dia gila?' Rutuk Kailla pelan.

"Sudah saya bilang saya tidak gila. Lagipula saya akan membayarmu saat kamu menjadi pendampingku." Ujarku lagi.

Tidak terasa, selama aku berbincang dengan Kailla, kami sudah sampai dekat komplek perumahan dan sekarang mobil sudah berhenti di pelataran depan rumah bunda. Tanganku yang masih menggenggam lengan Kailla segera kulepaskan, walaupun aku merasa enggan untuk melepaskannya, karena sudah merasa nyaman saat tanganku berada diatas tangan Kailla.

Sigh... perasaan apa ini? Kenapa aku merasa ingin terus memegang tangannya?

"Kita akan membicarakannya lagi nanti." Ucapku pada Kailla, sambil membuka pintu, lalu keluar dari mobil.

"Hei... tunggu sebentar!" Ujar Kailla saat menyadari Zen meninggalkannya begitu saja setelah membuat dirinya bingung dengan pernyataannya itu.

***

"Hai... Kai..." sapa Emmie saat melihat Kailla turun dari mobil dan berjalan menuju rumah.

"Hai Emmie." ujar Kailla.

"Ayo masuk. Aku sudah membuatkan jus jeruk untukmu." Ujar Emmie sambil merangku Kailla masuk ke dalam rumah.

Setelah Kailla membantu Emmie membuat bermacam-macam cookies, Kailla pun mengajarkan Emmie untuk merubah kemeja lengan panjang menjadi sebuah dress yang pass dengan badannya.

"Thanks yah Kai, udah mau ngajarin aku untuk modifikasi kemeja lengan panjang pria jadi dress yang seksi." Ujar Emmie setelah mereka keluar dari kamar Emmie.

"Kayaknya aku deh yang harusnya ucapin makasih sama kamu, karena udah ngajarin aku bikin cookies."

"Oh... iya. Cookiesnya sebagian kamu bawa pulang aja Kai. Disini gak ada yang makanin cookiesnya, Zen-nii gak suka yang manis-manis. Sedangkan Zi-nii masih ada di Singapore dan Ave masih ada di Bandung dan baru pulang minggu depan. Kan sayang udah bikin susah-susah malah gak kemakan." Jelas Emmie panjang lebar, karena ia tidak mau Kailla menolak tawarannya itu.

"Oke. Baiklah." Jawab Kailla.

"Zen-nii, belum berangkat ke kantor?" Tanya Emmie saat melihat kakak sulungnya sedang ada di ruang tengah dan sibuk memindah-mindahkan channel TV.

"Mmm... Sepertinya aku tidak akan kembali ke kantor. Aku ingin istirahat seharian di rumah." ujar Zen malas.

"Kalau begitu, bagaimana kalau Zen-nii mengantarkan Kailla ke rumahnya? Karena aku mesti pergi ke hotel nanti."

"Bukankah hari ini kamu libur?" Tanya Zen bingung.

"Tidak apa-apa Emmie. Aku bisa pulang sendiri." Ujar Kailla.

"Apa kamu yakin bisa pulang sendiri? Memangnya kamu tahu jalan untuk keluar dari kompleks ini? Bukankah tadi kamu ikut mobilku saat kesini?" Tanya Zen dengan nada sarkastis.

'Damn him. He is right.' Rutuk Kailla dalam hati.

"Baiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang!" Ujar Zen saat melihat ekspresi Kailla yang jengkel.

***

Segini dulu aja yah part 2 nya. Hehe...

Happy Reading.

~by Key-Ar

Is (S)He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang