Lunch

3.2K 143 14
                                    

Karena aku lagi dirasuki oleh Roh Rajin dan Roh Ide... Aku langsung posting my next part nih guys... Baik kan aku?Hehehe... (padahal gara-gara post di chapter sebelumnya kedikitan)

Ok... Happy Reading guys!

***

Setelah Kailla dan Zen menandatangani surat perjanjian kontrak mereka, Zen membawa Kailla untuk pergi lunch ke sebuah Restaurant Italia. Restaurant Italia yang memiliki suasana yang Homey dan Nyaman. Walaupun Restaurant ini dipenuhi oleh banyak pengunjung yang akan menghabiskan waktu makan siangnya disini, meja para pengunjung restaurant ini dibuat spacy, sehingga kenyamanan dan privasi para pengunjung tetap terjaga. Ditambah dengan desain Interior yang menonjolkan budaya Italia dan juga open kitchen yang menunjukkan kebolehan sang chef, ketika membuat adonan pizza yang kecil menjadi lebar. Kailla bisa menghabiskan waktu di restaurant ini seharian untuk menggambar sketsa pakaian yang muncul di otaknya.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Zen kepada Kailla, saat melihat Kailla lebih memperhatikan suasana yang ada di Restaurant dibandingkan buku menu yang sudah di berikan oleh waitress.

"Mmm... Aku pesan Lasagna aja deh terus minumnya air putih." Jawab Kailla.

"Baiklah. Saya pesan Spaghetti Bolognaise dan Red Wine Merlot." ujar Zen kepada seorang waitress yang sedang mencatat pesanan mereka. Setelah ia mengulang pesanan mereka, waitress itu segera pergi.

"Kenapa kamu ingin menjadi Fashion Desainer?" tanya Zen kepada Kailla, yang sedang sibuk memperhatikan beberapa chef yang sedang memutar dan melempar adonan pizza ke udara.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu mengapa aku begitu tertarik untuk merancang pakaian, sesuai dengan desain yang muncul di otakku begitu saja. Rasanya ketika aku berhasil membuat sebuah pakaian yang aku imajinasikan itu, seperti mewujudkan impian-impian kecilku ke dunia nyata. "

"Kamu pernah mengetahui bahwa aku adalah orang aneh, tetapi sepertinya kamu sendirilah yang freak."

"Apa maksudmu berkata seperti itu kepadaku?" tanya Kailla ketus. Ia merasa tersinggung dengan perkataan yang telah diucapkan oleh Zen.

"Karena seorang Fashion Desainer yang saya kenal, akan memperhatikan gaya berbusananya. Gaya berbusananya adalah sebuah gambaran tentang selera pakaian yang akan di hasilkan olehnya. Apakah desainnya akan menjadi elegan, eksotis, unik, atau seksi, itu bisa terlihat dari cara berpakaian mereka." Jelas Zen datar.

"Hei... Aku berpakaian seperti ini karena aku lebih merasa nyaman, kalau pergi kemanapun saat menggunakan transportasi umum. Aku rasa, aku pernah mengatakan hal ini kepadamu. Apakah kamu pikir dengan berpakaian modis dan anggun, bisa membuatku merasa nyaman saat aku harus membawa beberapa bahan kain dan berganti-ganti transportasi umum? Kamu sih enak... Tinggal panggil supir dan menyuruh orang untuk membawakan barang-barang yang sudah dibeli olehmu. Dengar yah Mr. Arrogant! Tidak semua orang terlahir dengan semua fasilitas dan kemudahan yang dimiliki olehmu sejak lahir." Ujar Kailla dengan amarahnya yang meledak-ledak. Enak saja, dia menilai hasil karyaku dengan menilai pakaian yang aku kenakan?!

"Kamu... Kamu... Kamu bilang apa tadi? Kamu sebut saya apa?" tanya Zen yang tidak percaya dengan sebutan yang diberikan oleh Kailla kepadanya.

"Apa?" tanya Kailla polos.

"Sudahlah lupakan saja." ujar Zen ketus.

Tidak beberapa lama kemudian, waitress itu membawakan pesanan makanan mereka. Mereka makan dalam diam, tidak seorang pun yang ingin memulai sebuah percakapan. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan makanan yang tersaji di hadapan mereka. Setelah mereka menyantap hidangan mereka, Zen memesan secangkir kopi untuknya dan secangkir teh untuk Kailla.

"Saya ingin kamu bersiap-siap untuk nanti malam. Saya harus menghadiri sebuah pesta yang diadakan oleh seorang kolega perusahaan saya." Ujar Zen.

"Aku akan menjadi pendampingmu bukan?" tanya Kailla, sebenarnya Kailla sudah tahu jawaban dari pertanyaannya itu. Tetapi tetap saja ia ingin memastikan jawaban yang akan di terimanya dari Mr. Arrogant itu.

"Tentu saja." jawab Zen datar.

"Kalau aku jadi pendamping kamu nanti, jangan sebut saya-kamu. Kamu harus menggantinnya dengan aku-kamu. Karena kalau kamu memanggil dirimu sendiri sebagai 'Saya' maka itu akan terdengar sangat aneh. Sebutan 'Saya' itu terlalu formal untuk di dengar."

"Baiklah. Terserah apa maumu saja. Yang jelas, aku berharap kamu berdandan semaksimal mungkin. Karena aku akan memperkenalkanmu sebagai pasanganku. Dan tolong buktikan bahwa selera berpakaianmu yang urakan itu memang karena keterpakasaan keadaan." jelas Zen.

'Sialan. Mr. Arrogant ini cari gara-gara sama gue! Lihat aja nanti... Sesampainya gue di rumah, gue bakal membuat gaun rancangan gue sendiri dan menunjukkan kepada Mr. Arrogant ini kalau selera gue "Sangatlah Tinggi".' rutuk Kailla di dalam hatinya.

***

To Be Continue

~By Key-Ar

Is (S)He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang