Invitation

3.1K 122 2
                                    

"Hallo Thomas." Sapa Zen pada orang yang di telponnya itu.

"Hallo Zen, ada apa?" Tanya Thomas.

"Aku tidak bisa pergi ke apartemenmu hari ini. Jadwalku sangat padat hari ini. Dan besok aku harus pergi ke Sydney untuk mengurus beberapa hal. Jadi kita bertemu minggu depan saja." Jelas Zen.

"Baiklah kalau begitu. Aku hanya berharap kamu memang benar-benar sibuk, bukannya menghindari sesi konsultasimu itu."

"Tentu saja tidak." jawab Zen singkat. Bagaimanapun juga, Thomas dapat mendeteksi apabila seseorang berbohong kepadanya. Jadi Zen hanya menjawab pernyataan Thomas itu dengan singkat.

"Ok." Jawab Thomas.

Setelah itu Zen menutup sambungan telponnya. Terkadang Zen tidak mengerti, bagaimana bisa sahabat baiknya yang merangakap sebagai psikiater itu dapat menebak jalan pikirannya. Zen memang sengaja mengundur jadwal pertemuannya dengan Thomas karena ia masih memikirkan perkataan Emmie kemarin. Yah, walaupun Zen tidak sepenuhnya berbohong saat ia mengatakan bahwa jadwalnya sangat padat hari ini, dan ia perlu pergi ke Sydney besok selama 3 hari.

***

Flashback

Setelah Zen mengantar Kailla pulang ke rumahnya, Zen langsung menyuruh supir yang juga bodyguardnya itu untuk segera mengantarkannya pulang ke rumah. Sesampainya Zen di rumah, Zen langsung di sambut oleh Emmie yang sepertinya, sudah menunggu Zen dari tadi.

"Zen-nii kok tidak mengatakan apapun padaku?" Tanya Emmie saat Zen memasuki ruang tamu.

"Mengatakan apa?" Tanya Zen yang tidak mengerti dengan ucapan adik perempuannya itu.

"Mengatakan bahwa phobia Onii-chan sudah sembuh."

"Phobiaku belum sembuh." Jawab Zen datar.

"Apa? Lalu Kailla?"

"Ada apa dengan Kailla?" jawab Zen dengan pertanyaan lagi.

"Phobiamu tidak kambuh saat bersamanya? Tadi kamu menyuapinya makanan dan juga mengelap bibirnya yang blepotan. Oh... Dan jangan lupakan adegan setelah kita selesai kalian makan finger foods, kamu meletakkan tanganmu pada pinggang Kailla dengan possesive. Tetapi phobiamu itu tidak kambuh..." cecar Emmie pada Zen.

Emmie tidak memperhatikan bahwa muka Zen memerah karena diingatkan tentang kejadian di pesta itu. Zen juga heran saat mengingat kejadian tadi di pesta, kenapa ia bisa melakukan perbuatan-perbuatan impulsif itu kepada Kailla?

"Maksudku biasanya aku dapat mengetahui kalau phobiamu kambuh. Tetapi saat Zen-nii bersamamu kalian tampak sangat serasi." Ujar Emmie melanjutkan kata-kata terputusnya yang tadi.

"Aku setuju kalau onii-chan dengan Kailla." Ujar Emmie semangat.

"Onii-chan yang tampan dan Kailla yang cantik dan juga berbakat. Zen-nii tadi mendengar 'kan bahwa gaun yang dibuat oleh Kailla di puji oleh beberapa orang. Bahkan ada beberapa artis dan juga Istri-istri pengusaha yang memberikan kartu namanya kepada Kailla, kalau ia bersedia untuk merancang gaun pesta untuk mereka."

Zen hanya tersenyum saat ia mengingat bahwa ada beberapa wanita yang mengampirinya dan Kailla saat di pesta itu. Tapi wanita-wanita itu datang bukan karena ingin berkenalan dengannya atau bertegur sapa dengan Zen seperti biasanya.

Zen bukannya ingin sombong, sebab setiap Zen menghadiri sebuah pesta, pasti saja ada wanita yang mendekatinya. Entah itu untuk sekedar berkenalan atau tebar pesona kepada Zen atau mencoba untuk menggoda Zen. Tetapi kali ini berbeda. Wanita-wanita itu menghampirinya dan Kailla karena ingin menanyakan Kailla, siapa desainer yang telah merancang gaunnya?

Is (S)He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang