Day Five

1.5K 145 5
                                    

Happy birthday.. happy birthday... happy birthday to you... yeayyy. Aku tersentak membuka mata ketika mimpiku terasa nyata. Apa yang terjadi malam itu terulang di mimpiku. Aku menatap langit kamar, memikirkan ulang tahun rimba membuatku tak enak hati. Aku tak mengucapkan apapun padanya padahal aku seharian bersamanya.

Aku mendengar suara kaki berlari, suara tawa dua anak itu juga terdengar jelas. Aku pun beranjak dari kasur, bersih-bersih dan keluar kamar. Hari ini hari sabtu, aku mencoret kalender di dinding dengan tinta merah. Hari ke empat sudah berlalu.

"Pagi kakak cantik" sapa dua anak ini serempak, aku pun berusaha tersenyum lebar. Bibi rimba masih tampak muda walau sudah melahirkan dua anak ini.

"Pagi rain" sapanya ketika aku mendekat.

"Pagi...."

"Panggil bi jelita saja" sahutnya sembari mengisi makanan di meja.

"Pagi" suara berat rimba mengagetkanku. Wajah bangun tidur rimba menggemaskan, rambutnya yang berantakan tak menghilangkan ketampanannya. Ia langsung duduk dan meminum dua gelas air.

"Kenapa kamu tidur depan tv?, kenapa gak tidur di kamar rain?" Tanya bi jelita, mataku membesar mendengar itu, bagaimana bisa aku tidur sekamar dengan rimba.

"Gak apa bi, di sofa juga nyaman" jawab rimba mengaduk makanannya. Bibi jelita memperhatikan rimba yang sarapan dengan tenang, ia memutar mendekat ke rimba dan memegang kepala rimba.

"Aakk..sakit bi" keluh rimba, aku menahan tawa memihat bi jelita menguncir rambut rimba yang mulai gondrong. Kunciran itu memperlihatkan wajah rimba dengan jelas. Kulit putih bersihnya, tak ada bekas jerawat setitikpun disana, alis tebalnya yang sering tertutup rambut, telinganya yang besar dan panjang membuat wajahnya menarik.

"Dia tampan kan kalau rambutnya rapi?" Tanya bi jelita padaku, aku mengalihkan pandanganku dengan cepat.

"Rain, kamu bisa temani rimba potong rambut?" Tanya bi jelita

"Aku belum mau potong rambut bi" sahut rimba

"Kalau mau panjangin rambut juga bagus, tapi di rapikan"

"Aku juga gak mau panjangin bi"

"Kamu ini, ya sudah biar bibi yang rapiin rambut kamu" ucap bibi dengan yakin

"Aku pergi dengan rain saja" balas rimba, ia menoleh padaku, aku tak bereaksi apa-apa. Bibi yang merasa menang pun mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Pakai mobil champ" ujar om melempar kunci ke arah rimba saat kami sudah siap akan pergi.

"Selamat bersenang-senang bos" ujar paman rimba. Aku dengan rasa segan dan malu pun masuk ke mobil, rimba membukakan pintunya untukku. Aku melihat keluarga rimba dari balik kaca mobil, keluarga itu duduk di teras menikmati teh dan cemilan mereka.

"Rumah paman kamu disini juga?"

"Ya, arah ke kota"

"Kenapa mereka tak tinggal disini bersama kamu?"

"Bibiku bekerja di kota, anak-anaknya juga sekolah disana, hanya paman yang tiap hari bertemu papa di kebun"

"Kamu punya keluarga yang hangat"

"Ya, hanya mereka keluargaku"

"Itu lebih baik" jawabku, aku sendiri tak memiliki keluarga sehangat itu. Aku tinggal berdua dengan mama melanjutkan usaha papa, bukan berarti kami hidup dengan nyaman. Ada keluarga papa yang selalu merecoki kami.

"Maaf kalau kamu keganggu dengan keluargaku, mereka selalu berisik" ujar rimba

"Aku gak terganggu"

"Maaf juga kamu jadi harus nemani aku potong rambut"

30 Days Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang