Honey

1.1K 117 3
                                    

Kami sudah kembali ke apart. Rain sedang mandi, sedangkan aku duduk di depan TV yang menyala. Aku melihat acara di Tv, tapi aku memikirkan hal lain.

Rain bilang ia punya girlfriend. Ia mengatakan itu untukku kan?, apa ia mengatakan aku girlfriendnya?. Ah rain bilang ia sedang tidak dalam hubungan dengan siapapun. Apa itu tadi?, apa ia memberi kode untukku?, atau ia hanya bercanda?.

"Rimba, kamu gak mandi?" Rain menegurku, aku yang sedang melamun pun tersadar dan bergegas mandi.

Rain duduk bersandar di kasur, ia terlihat sibuk dengan laptopnya. Aku yang sudah selesai mandi pun duduk di sebelahnya, memperhatikan layar laptop rain.

"Kerjaan kamu masih banyak?" Tanyaku

"Ya, kamu tidur saja. Matikan saja lampunya" ucap rain memperbaiki kaca matanya. Sejak kapan rain memakai kaca mata, melihatnya terlihat sibuk depan laptop dengan piyama dan kaca mata yang longgar, rain terlihat sebagai wanita karir yang dimanapun tetap bekerja.

"Ini laptop kamu waktu itu kan?" Tanyaku mengingat merek dan bentuk laptop rain saat itu

"Ya, gak ketinggalan zaman kan?" Ujarnya mengangkat laptop menilai bentukan laptopnya

"Gak, yang penting kenyamanan kamu bekerja dengan laptop ini"

"Yes, benar rimba. Aku nyaman pakai laptop ini"

"Kalau begitu, aku tidur duluan rain"

"Ok"

Aku pun berbaring dan berbalik membelakangi rain.

"Rimba, besok kamu kerja?"

"Kenapa?"

"Aku besok harus pergi ke perusahaan klien kemarin. Boleh temani aku?"

"Ok"

"Aku gak ganggu kerjaan kamu kan?"

"Gak, aku libur"

Aku berbohong. Aku meraih hpku, mengetik dan mengirim pesan ke salah satu rekan kerjaku. Aku memintanya menggantikanku besok.

Aku tidak tahu rain tidur jam berapa. Aku bangun lebih dulu, rain masih terlelap. Aku turun perlahan khawatir membangunkannya. Aku bersiap lebih dulu sebelum menyiapkan sarapan.

"Hmm kamu udah siap-siap?" Rain terbangun menyapaku dengan suara paraunya. Aku merapikan pakaian dan rambut panjangku.

"Rimba, help me" ucap rain merentangkan tangannya. Aku meraih tangan itu dan menariknya membantu rain duduk. Rain masih menggenggam tanganku, ia mendongak dengan matanya yang sembab.

"Ah aku masih ngantuk sekali" keluhnya

"Tapi kamu harus tetap bangun pagi kan?" Ucapku sembari menarik rain agar beranjak dari kasur, rain kini berdiri sangat dekat denganku. Ia malah malas-malasan, aku mengacak-acak rambutnya.

"Sadar rain" ucapku memainkan kedua pipinya

"Kenapa harus jam 8 sih" celetuknya lagi, aku tertawa geli melihat rain yang cemberut. Setelah bekerja di perusahaan mamanya, rain pasti tidak pernah harus buru-buru ke kantor, apalagi harus bangun pagi seperti ini. Ku bantu rain dengan mendorong bahunya dari belakang, menuntunnya menuju kamar mandi.

"Aku tunggu di depan, sarapan" ucapku sebelum menutup pintu kamar mandi.

Kami berdua menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan yang rain maksud. Rain bilang ia akan melihat langsung proses produksi mereka sebelum tanda tangan kontrak kerja sama. Mama ana meminta rain untuk mengecek langsung.

Sesampainya disana kami disambut oleh seorang pria. Berpakaian jas rapi, ku akui ia tampan. Namun melihatnya menggenggam tangan rain lebih lama saat berkenalan membuatku kesal dan mengutuk pria ini.

30 Days Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang