23. TwentyThree

1K 103 5
                                    

Tak ada yang kulakukan sejak pulang kantor hingga malam ini. Aku hanya berdiam diri di dalam kamarku. Merenungi apa yang rain katakan. Aku tak menyangka kisah percintaanku akan sesingkat ini, ternyata menyukai seseorang itu bisa sesakit ini.

Saking lelahnya aku pun tak ingat bagaimana aku tertidur. Ketika bangun yang ku rasakan mataku panas dan perih. Ku cuci wajahku dengan air hangat, wajahku terlihat sembab. Aku tak mungkin pergi ke kantor dengan wajah begini. Tapi aku harus pergi karena akan menyiapkan beberapa hal untuk persiapan acara penyambutan tamu penting.

Wajah sembabku masih terlihat walau aku tutupi dengan topi dan kaca mataku. Ku hindari tatapan mata papa saat aku duduk di depannya.

"Kamu sakit champ?" Tanya papa hendak menyentuh wajahku, aku sedikit menghindar.

"Gak pa" kataku membenarkan kaca mataku.

"Kalau kamu kurang enak badan, kamu di rumah saja. Biar rain dan arka yang urus pekerjaan" ucap papa, aku sontak menggeleng. Aku tak akan membiarkan rain bersama arka.

"Jangan memaksakan badan kamu champ, arka bisa handle kerjaan kamu dibantu rain. Bisa kan nak?" Tanya papa ke rain, mata kami pun bertemu, rain dengan cepat mengalihkan ke papa.

"Bisa om" jawabnya. Aku dengan kasar meletakkan sendok dan garpuku. Aku menyudahi sarapan dan segera bangkit. Aku tak menggubris panggilan papa. Aku kesal tiap mendengar nama arka yang selalu dikaitkan dengan rain.

Aku memilih pergi ke kantor lebih awal menggunakan motor, biarlah papa dan rain pergi bersama. Aku hanya ingin sendiri menenangkan diriku.

Sesampainya di kantor aku langsung saja bekerja. Menata ini dan itu, menyibukkan diri hingga aku bisa lupa sejenak permasalahnku. Aku tak hanya diam memerintah para pekerja, namun aku juga ikut bekerja.

"Bos, masalah makanan bagaimana?, siapa yang akan ngobrol sama pihak catering?" Tanya arka menghampiriku. Aku yang sudah berkeringat dan lelah pun tak berniat mengurusi hal ini, aku celingak cekinguk dan melihat rain yang tak jauh dari posisiku.

"Mbak rain" panggil arka meminta rain mendekat. Aku kaget karena arka tiba-tiba memanggil rain

"Rain saja" kataku setelah rain mendekat.

"Bisa dengan rain kan?" Ucap arka sembari menyodorkan selembaran kertas. Aku menatap kertas itu, lalu melihat rain.

"Kamu sama rain saja" ucapku tanpa mengalihkan tatapanku dari rain, rain juga menatapku tanpa merespon. Aku menelan air liurku, melihat matanya begini aku ingin sekali memeluknya. Tapi aku sadar, aku tak bisa melakukan itu lagi tanpa izinnya.

"Yakin bos?" Arka memecah kekakuan kami

"Ya" jawabku sambil berlalu dari sana. Melihat rain tapi tak bisa berbicara apalagi menyentuhnya malah buatku semakin sedih. Lebih baik ia pergi bersama arka dan tak terlihat olehku.

Usai menata kantin,  aku duduk melepas lelah. Aku memperhatikan para pekerja yang juga beristirahat sepertiku.

"Kak"

Seseorang menepuk pundakku, dan itu nadin. Aku membalas senyumnya, ia memberikanku sebotol minuman dingin.

"Terima kasih" ucapku, "kamu kenapa ada disini?"

"Baru selesai ngobrol sama arka dan rain" jawabnya

"Cateringnya dari resto tempat kamu kerja?"

"Yep"

"Wah, pasti enak menunya" ucapku mengingat resto itu sering dijadiin papa tempat untuk bertemu kliennya.

"Kok kakak gak ikut sama arka dan rain?"

30 Days Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang