Aku tahu rain akan bangun lebih siang hari ini. Aku memasak sup untuk menghilangkan efek mabuknya. Benar saja, ia keluar dari kamar dengan wajah yang kusut memegangi kepalanya, ia sudah berganti pakaian dan harum.
"Pagi rain, kamu udah mandi?" Tanyaku memastikan kesadaran rain
"Hmm, kamu masak apa?" Tanyanya sembari duduk meminum air yang ku beri.
"Nih, biar kamu segeran" ucapku meletakkan semangkuk sup di depannya. Rain menyuap sesendok sup ke mulutnya
"Ah.." pekiknya menutup rapat matanya
"Masih panas rain, hati-hati" kataku mengambil sendok dari tangannya, aku menghembus dan mengaduk sup agar tak panas.
"Nih" kataku kembali mendekatkan mangkuk sup padanya
"Terima kasih" ucapnya, aku menunggu rain menghabiskan sup itu.
"Kamu gak makan?" Tanyanya
"Sudah sama papa"
"Kamu gak kerja?"
"Kerja, nih nungguin kamu" jawabku duduk di depannya, menopang dagu dan menatapnya, rain kembali diam, ia menghabiskan makanannya lebih cepat.
"Kita mau kemana hari ini?"
"Ke hutan samping rumah" jawabku. Aku akan mengajak rain ambil sampel untuk penelitian rain. Aku sudah membaca tugas pokok yang rain kerjakan, ia membutuhkan sampel yang belum pernah dilakukan sama tim labor di kantor.
Aku menunggu rain bersiap. Rain keluar dengan membawa ransel di punggungnya.
"Ayo" ujarnya melewatiku, aku tersenyum melihat semangatnya. Sepertinya ia sudah beneran segar. Langkahnya besar-besar memasuki area padat pepohonan. Hutan di dekat rumah ini termasuk tempat nyaman untukku, aku sering berjalan-jalan dengan ben disini.
"Kanan rain" teriakku ketika rain asal berbelok, rain refleks memutar arah badannya.
"Kamu semangat banget" celetukku mengimbangi langkah besar rain
"Aku sudah lama mau masuk hutan begini, aku juga belum pernah camping, bagaimana sih rasanya?" Tanyanya
"Kamu mau camping?" Tanyaku, rain mengangguk.
"Rain, ini pohonnya" kataku kaget karena tak terasa sudah berdiri di depan pohon yang menjadi tujuanku. Pohon besar dan rindang menjulang di hadapan kami, rain menurunkan ranselnya dan mengambil peralatannya. Aku membantu rain mengambil sampel yang ia butuh dan memasukkannya ke dalam botol.
"Kamu pernah tersesat disini?" Tanya rain memperhatikan sekelilingnya.
"Pernah waktu kecil"
"Apa yang berubah dari tempat ini sejak kamu kecil?"
"Hmm tidak ada yang mencolok selain pepohonan yang semakin tinggi dan besar, ada juga pepohonan yang mati"
"Hmm, apa disini ada hewan buas?" Tanya rain berbisik
"Tentu saja ada kalau kamu jalan lebih jauh ke dalam sana" ujarku menunjuk jalan yang semakin mengecil dan rimbun. Bagian itu tak pernah dijamah, dan itu adalah batas mainku sejak kecil.
"Ayo ikut, ada yang mau aku tunjukin ke kamu" ujarku. Rain kembali memakai ranselnya dan mengekoriku.
"Wah,. Rimba itu rumah pohon?" Pekik rain sambil menunjung rumah kecil di atas pohon, aku tersenyum dan mengangguk. Rain sumringah, ia berlari mendekat ke pohon itu. Pohon ini juga salah satu pohon besar. Papa membuatkan rumah kecil di atas dahannya yang kokoh, papa juga membuat tangga di batang pohon untuk memudahkanku naik sewaktu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Around You
RomanceHutan dan hujan. Dua hal yang bekaitan dengan alam, saling membutuhkan. Rimba dan Rain, dua makhluk yang berbeda latar belakang, tapi memiliki satu kesamaan yaitu CINTA. Namun, bagaimana mereka menemukan jalan mereka dari segala perbedaan?