Sweetiee

1.2K 108 2
                                    

Aku merasakan hangat di leherku oleh napas rimba. Darahku berdesir ketika bibir rimba menyentuhku. Bibirnya dan sentuhan lembutnya membuatku bergairah. Ia berpindah, mencium leherku, telingaku.

Rimba mengangkat tubuhnya, kedua kakinya mengapit pinggangku. Ia memandangiku sembari membuka kancing kemejanya satu persatu, tatapan rimba membuatku malu. Aku mengalihkan wajahku ketika rimba membuka kemejanya, menyisakan tanktop putih.

"Lihat aku rain!" Ucapnya menarik daguku. Ia menunduk mendekatkan wajahnya padaku.

"I love you rain" bisiknya sebelum kembali menciumku. Aku memeluk rimba dengan erat, tak ingin ciuman ini terlaps, kami berdua hanyut dalam ciuman yang memabukkan ini, kami terengah, wajah kami memerah. Rimba menarik ujung croptopku, aku mengangkat kedua tanganku memudahkan rimba melepas atasanku. Rimba mencium ujung braku. Aku malu ketika rain menatapku dari bawah, tangannya bergerak masuk dari sela braku. Telapak tangannya yang hangat berada di puncakndadaku, tubuhku bereaksi dengan cepat, aku menegang. Rimba memainkan jari-jarinya disana, perutku terasa geli hingga tangan kananku mencengkram bahu rain.

Ah... desahku. Aku kaget dengan desahanku sendiri. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan kiriku.

"Kenapa?" Tanya rimba mencoba menurunkan telapan tanganku

"Aku malu"

"Gak perlu malu, hanya ada kita" ucap rimba kembali menciumku. Aku tak pernah melakukan hal seintim ini kecuali dengan rimba. Rimba lebih terampil dariku, ia melepas braku ketika aku dimabuk ciumannya. Kini aku bertelanjang dada, dan lagi rimba membuatku tersipu malu. Ia memandangiku dengan mata berbinar.

"Jangan melihatku seperti itu" ucapku merentangkan kedua telapak tangan menutupi mata rimba.

"Kenapa?, ini pemandangan indah rain" ucapnya menyingkirkan tanganku.

"Kamu akan terus menatapnya begitu?"

"Tidak, aku akan menikmatinya" rimba tersenyum memicingkan matanya.

"Rimbaaa..." aku mencubit perutnya, rimba tertawa menangkap dan mencengkram pergelangan tanganku.

Aku menegang ketika bibir rembut menyentuh dadaku, ia mengulum bagian puncaknya. Aku merasakan lembut dan sakit bersamaan. Perutku geli, kaki ku menggeliat tiap kali rimba mengulum lebih kuat.

"Rimba.." aku tak tahu kenapa aku menyebut namanya. Tubuhku bereaksi begitu saja, darahku mengalir cepat, suhu badan juga meningkat. Rimba tak memberiku jeda untuk bernapas normal. Ia menciumku sampai aku terengah.

"Ri..rim..ba, aak, pelan.." gumamku saat rimba mulai agresif. Ia mencengkaram pinggangku, memainkan jemarinya berputar di perutku, di pusarku, lalu tangannya bergerak masuk ke underwear yang masih ku kenakan.

"Rimba" aku sekuat tenaga mendorong rimba. Ciuman kami terlepas, sambil terngah aku menatap rimba yang kaget. Aku menarik perlahan tangan rimba dari underwearku. Aku bingung mau bilang apa, kami hanya diam saling tatap. Napas kami pun mulai teratur. Rimba menghela napas panjang, ia menggeser tubuhnya dari atasku, memberi jarak antara kami. Rimba menatapku dari atas hingga bawah, aku yang hanya mengenakan underwearpun meringkuk malu.

Aku menghindari menatap rimba, ia menarik selimut menutupi tubuhku. Ia membelaiku lalu turun dari ranjang, aku melihat rimba dari sudut mataku, ia meraih kemejanya, mengenakan kemeja itu sembari keluar kamar. Aku sedih ketika rimba keluar tanpa mengatakan apapun, apa aku mengecewakannya?, aku menarik selimut menutup kepalaku dan meringkuk di dalamnya.

Saat aku bangun, rimba tak ada di sampingku. Aku bangkit memakai pakaianku dan keluar kamar. Rimba ada disana, berbaring di sofa depan Tv. Aku merasa bersalah melihatnya tidur begitu, ia memilih tidur di luar dari pada bersamaku.

30 Days Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang