Aku bangun lebih siang hari ini. Badanku terasa pegal dan lemas. Aku berjalan lesu ke toilet, segera mandi dan bersih-bersih agar aku tak terlena dengan kemalasan pagi ini. Tak lupa aku melingkari kalender di samping tempat tidurku. Hari ini adalah hari ke tujuh aku tinggal di desa ini. Aku selalu penasaran apa yang akan terjadi setiap hariny, apakah aku akan merasa sangat bosan, atu merasa waktu terlalu lama berlalu.
Aku keluar kamar, sepertinya tak ada siapapun di rumah. Aku duduk di teras rumah, bersantai sembari menikmati segelas teh dan roti selai yang ada di tanganku. Tak ada suara apapun yang terdengar selain suara ringikan serangga disekitar rumah. Usai sarapan aku berjalan mengelilingi rumah, aku belum pernah merasa benar-benar sendiri di rumah sejak pertama datang. Kini aku leluasa bisa menikmati setiap sudut rumah.
Aku berjalan santai sampai ke kandang tempat kuda rimba berada. Aku menyapa kuda itu, ia masih mengenaliku.
"Hai ben, apa kamu bosan?" Tanyaku membelai ben.
"Apa tuanmu tidak mengunjungimu?" Tanyaku, ben meringik. Aku bersikap seolah ben mengerti omonganku.
"Ben, kamu pasti mengenal rimba dengan baik. Apa rimba selalu sendiri?, maksudku apa dia tidak punya pacar?. Hmm.., aku hanya penasaran ben. Karena dia selalu sendiri, dan sepertinya ia tak pernah mendekati wanita" ucapku sembari menyikat badan ben.
"Dia pasti pernah cerita padamu ben, aku biasanya pandai menilai orang ben. Tapi rimba berbeda, aku tak bisa menilai apa yang dipikirkannya. Kenap dia selalu melakukan semuanya sendirian, ah. Bagaimana dengan mamanya ben?, apa kamu pernah melihatnya?" Ben meringik lebih keras, aku terkejut mendengar ringikannya.
"Kamu bisa menyakitinya kalau menyikat seperti itu"
Aku menoleh ke belakang. Rimba berdiri tak jauh dariku, ia berjalan ke arahku sembari melepas sarung tangan dan topi yang ia kenakan.
"Kamu pergi panen lagi?" Tanyaku melihat pakaian rimba.
"Ya" jawabnya mengambil sikat dari tanganku
"Kamu gak ajak aku?"
"Ya, agar kamu istirahat. Bagaimana?, masih sakit-sakit badannya?" Tanya rimba, aku menggeleng pelan.
"Kamu udah selesai panen?"
"Belum"
"Lalu kenapa pulang?, ada yang ketinggalan?, atau ah kamu lagi istirahat ya?" Tanyaku
"Aku mau lihat kamu" jawabnya tanpa melihatku
"Lihat aku?"
"Hmm, karena kamu sendirian di rumah. Tapi kamu ternyata bersikap baik" jelasnya, aku mengerutkan keningku.
"Apa kamu mengira aku akan berantakain rumah?" Tanyaku, rimba tersenyum dan menggeleng. Ia meletakkan sikat di tangannya.
"Aku hanya khawatir" ucapnya menatapku. Aku terpaku, rimba selalu mengatakan apa yang dipikirannya tanpa beban. Rimba tak mengalihkan tatapannya dariku, membuatku salah tingkah.
"Hmm, kamu gak balik ke kebun?" Tanyaku, rimba menggeleng.
"Aku mau pergi cek sesuatu, kamu mau ikut?" Tanyanya. Tentu saja aku tak menolak. Kami berjalan ke arah garasi, rimba mengambil motornya. Karena matahari yang mulai terik, rimba memberiku kemeja panjang miliknya yang tergantung di motor, ia juga memakaikan helm padaku.
Motor rimba melaju di bawah terik matahari, jalanan sepi karena orang desa pasti masih pada di ladang. Rimba berhenti di salah satu area lapang yang gersang, di tengah area itu terdapat beberapa drum yang sangat besar. Area ini terlihat gersang karena jarak pepohonan yang jauh dari drum.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Around You
RomansaHutan dan hujan. Dua hal yang bekaitan dengan alam, saling membutuhkan. Rimba dan Rain, dua makhluk yang berbeda latar belakang, tapi memiliki satu kesamaan yaitu CINTA. Namun, bagaimana mereka menemukan jalan mereka dari segala perbedaan?