Day Six

1.3K 124 1
                                    

Hari ini aku bangun lebih pagi. Rimba bilang ia akan ke kebun sayur. Aku memutuskan ikut dan akan memanen sayur dengan rimba. Aku semangat karena akan mencoba hal baru. Aku mengenakan pakaian tertutup. Ku pakai sunscreenku dan topi yang akan melindungi kulitku.

"Rain"

Aku membuka pintu kamarku, rimba sudah siap dengan pakaian serba gombyornya.

"Ayo nanti kesiangan" ujar rimba. Kami pun pergi menggunakan mobil papa rimba. Sepanjang Jalanan desa terlihat orang-orang beraktifitas.

"Makan ini!!" Rimba meletakkan kotak makanan dan sebotol air di pangkuanku.

"Untukku?"

"Ya, kamu harus sarapan sebelum bekerja" ujarnya tanpa berpaling padaku. Aku tersentuh dengan kepedulian rimba, ia memikirkanku yang tak sempat sarapan.

"Sini!" Rimba menarik botol air dari tanganku. Aku tak enak karena kesusahan membuka tutup botol, dengan tangan yang masih menyetir rimba membukakan tutup botol untukku.

"Terima kasih" ucapku.

"Om gak ke kebun?" Tanyaku karena kita pakai mobil om.

"Nanti pakai motor, lagi pula papa berangkat setelah paman dan bibi pulang pagi ini" jelas rimba.

Lokasi kebun sayur tak jauh dari rumah. Rimba memarkirkan mobil dan menungguku selesai makan. Udara pagi itu masih sejuk, sayur juga masih basah terkena embun. Aku menghirup napas dalam, merasakan kesegaran udara pagi ini. Aku mengikuti rimba ke pondokan yang ada di tengah ladang. Beberapa orang disana berdiri menyambut rimba, mereka tampak seumuran papa rimba. Aku memperhatikan wajah para orang tua yang akan bekerja dengan kami hari ini.

"Pagi bos" sapa salah satu dari mereka

"Pagi pak" jawab rimba. "Boleh silahkan di mulai, kalau capek silahkan istirahat, seperti biasa pesan saya jangan memaksakan diri pak, bu" lanjut rimba. Para orang tua ini pun berpencar mulai memanen sayur. Aku memperhatikan rimba dengan rasa bangga. Rimba menjadi semakin keren dimataku setelah mengatakan kalimat itu.

"Pakai ini rain" rimba memakaikan sarung tangan padaku, ia juga meletakkan pisau kecil di tanganku. Aku mengekori rimba, ia mengajariku cara memanen dengan sabar. Walau kerjaan rimba jadi lebih lambat, ia memastikanku mengerti dan melepasku memanen sendiri.

Aku dan rimba berpisah tempat. Setelah paham, aku jadi bekerja lebih cepat. Kegiatan ini menyenangkan namun melelahkan. Matahari mulai naik, hawa panas mulai terasa, keringatku pun mulai bercucuran. Aku berdiri meluruskan pinggang,. Bergerak ke kanan kiri sambil memperhatikan orang sekitarku yang masih semangat bekerja.

"Kamu capek?"

Aku terkejut mendengar suara rimba. Ia tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.

"Kamu mau istirahat?" Tanyanya lagi, aku melihat kanan kiri, tak ada satupun dari mereka yang beristirahat.

"Nanti deh" kataku kembali berjongkok lanjut memanen sayur. Rimba pun ikut berjongkok memanen di sampingku.

"Bilang ke aku kalau kamu mau istirahat"

"Bapak ibu masih pada panen, masa aku udah mau istirahat aja" jawabku, tentu aku tak enak hati jika istirahat sendiri.

"Mereka juga akan istirahat kalau aku istirahat" sahut rimba, aku mengerutkan kening tak percaya. Rimba segera berdiri dan berjalan ke arah pondokan. Ia melepas topinya, dan mengipaskan topi itu. Aku tak bergerak sampai aku melihat salah satu bapak berjalan ke arah pondokan, disusul dengan satu persatu dari mereka. Ternyata ucapan rimba benar, mereka pun beristirahat.

"Nih!" Rimba membukakan tutup botol air dan memberikannya padaku.

"Sudah jam berapa?" Tanyaku

"Sepuluh"

30 Days Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang