"Aku tidak meremehkanmu, hanya saja berani bicara pasti bisa membuktikan," kata kakak perempuan Yong Min dengan dagu terangkat angkuh.
Menarik!
Perlahan Baek Gu berjalan mendekati gadis itu tanpa memutus tatapannya hanya ingin tahu sebesar apa nyalinya. Normalnya ia tidak suka ditantang dan ia akan langsung menghabisi orang itu, tetapi ada sesuatu yang dari nona muda Han membuatnya tertarik.
Baek Gu mengulurkan tangannya ke arah Yong Min. "Pinjam busur dan anak panah."
Yong Min menyerahkan busur dan satu anak panah kepada Baek Gu karena takut.
Baek Gu menerimanya dengan senyuman dingin. "Apakah aku harus membidik jantungmu agar kau tahu seberapa tepat dan akurat bidikanku? Agar kau bisa membuktikan aku tidak pernah omong kosong?"
Baek Gu mengatakannya dengan ringan dan senyuman tipis, tetapi Yong Min dan kakaknya tahu bahwa ia serius. Kedua kakak beradik itu merasa seolah waktu tengah berhenti, tubuh mereka seperti disihir agar tidak bisa bergerak dan suasana semakin mencekam.
Seiring dengan pergerakan Baek Gu yang berjalan menjauh kemudian berhenti dan mengangkat kedua tangannya siap membidik, keringat dingin dirasakan oleh Yong Min dan kakaknya.
Ketika akhirnya Baek Gu melesatkan anak panahnya, kakak Yong Min spontan memejamkan kedua matanya tanpa bisa menyembunyikan ketakutannya lagi sebab ujung anak panah tersebut mengarah kepadanya.
Gadis itu tak bisa menutupi kelegaannya bahkan kakinya meluruh dan ia terduduk lemas di atas tanah begitu menyadari dirinya masih hidup. Sedangkan Yong Min berlari menuju anak panah Baek Gu menancap di salah satu pohon.
Yong Min seolah melupakan ketakutannya sendiri ketika kakinya bergerak otomatis Ke arah pohon tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat ujung panah mengenai daun sebelum menancap pada batang pohon.
Sementara itu Baek Gu kembali berjalan mendekati si gadis dan kini berjongkok di depannya.
"Bagaimana?" tanya Baek Gu selembut iblis.
Seketika bulu kuduk kakak Yong Min meremang. Ia bisa melihat sekilas ada kilatan di kedua mata Baek Gu yang menguatkan sosoknya yang sebenarnya.
"Kau menarik, tapi jika tak bisa menjaga mulutmu, kau akan celaka sendiri. Nasib baik aku masih mengampuni kalian." Setelah berkata begitu, Baek Gu bangkit, membalikkan tubuhnya dan bersiap kembali ke rumahnya.
"Tunggu!" Kali ini Yong Min yang memanggil Baek Gu.
Baek Gu berdecak, tetapi tak urung ia tetap berbalik. "Kenapa?" tanyanya tak sabar.
"Tolong ajari aku," pinta Yong Min memohon.
Kedua alis Baek Gu terangkat. "Aku tidak sedang mencari murid!"
"Tolong!" pinta Yong Min lagi ketika Baek Gu hendak berbalik.
"Aku tidak ada kewajiban membantumu. Tak ada untungnya untukku," tolak Baek Gu angkuh.
Kakak Yong Min yang masih terduduk kini bersujud. "Tolong bantu adikku. Aku akan melakukan apa saja untuk menebus kebaikanmu. Kumohon, bantu dia."
Kali ini sebelah alis Baek Gu terangkat. "Hmm...apa saja? Yang kuinginkan?"
Melihat gelagat permintaannya mungkin dikabulkan, Yong Min segera bergabung dengan kakaknya dan berlutut.
"Apa saja," jawab Yong Min dan kakaknya serempak.
Menarik!
Baek Gu mengelus dagunya sambil berpikir, sedari awal ia memang tertarik begitu melihat gadis di depannya itu hanya tak ingin berurusan terlalu jauh. Ia tidak terlalu mempercayai manusia. Klannya terkenal sebagai golongan licik yang kadang berbuat apa saja demi tujuannya atau juga kerja cerdas daripada kerja keras untuk mendapatkan keinginannya, tetapi sifat serakah manusia lebih menakutkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of a Man
FantasyKim Eun Woo sudah hidup lebih dari seribu tahun dan ia sudah menghadapi berbagai macam kehidupan termasuk memanipulasi kematiannya sendiri, hingga suatu hari ia bosan hidup sendiri dan berharap bisa sepenuhnya menjadi manusia termasuk menjemput kema...