Tale 10

18 8 0
                                    

Eun Woo duduk di kursi teras, menatap langit malam yang gelap. Entah takdir apa yang dimiliki antara dirinya dengan gadis yang bekerja sebagai seorang kasir di kafe itu. Pertama, wajahnya yang mirip dengan Yang Rae dan kedua, novel yang tengah dibacanya adalah novel yang ditulisnya tiga puluh tahun yang lalu.

Mengingat hal itu, membuat Eun Woo tertawa sendiri. Pekerjaan apa yang belum pernah dikerjakannya? Bersama Il Sung, ia sudah melakukan hampir semua pekerjaan yang ada. Perusahaan apa yang belum pernah dimilikinya? Hampir semua bidang usaha pernah dimilikinya.

"Tuan, silakan." Il Sung meletakkan dua cangkir teh dan piring yang berisi apel yang sudah dikupasnya, lalu duduk di kursi satunya.

"Terima kasih," ucap Eun Woo tanpa menoleh.

"Tadi aku bertemu CEO Park yang mengatakan bahwa PD Jeong ingin membuat film dokumenter tentang legenda rubah ekor sembilan baik dari Korea, China maupun Jepang," kata Il Sung sambil menusukkan garpu buah pada sepotong apel.

"Gumiho, Huli Jing dan Kitsune?" komentar Eun Woo tidak tampak tertarik dengan berita tersebut sebelum mengangkat cangkir tehnya.

"Apakah tuan menyetujuinya?"

"Setujui saja."

"Apakah tidak apa-apa?"

"Akan aneh jika kita menolaknya sementara kita pernah memproduksi drama bertema folklor yang lain."

Il Sung mengangguk. "Baik."

"Lagipula tidak akan ada yang mengaitkannya dengan kita."

Il Sung kembali mengangguk. Sejauh ini belum ada yang mengaitkan kepemilikan Byeol Group dengan Eun Woo, termasuk Byeol TV dan Byeol Entertainment. Hanya orang-orang tertentu di perusahaan yang mengetahuinya. Biasanya kebenaran baru diberitahukan kepada penerus perusahaan yang sudah diangkat secara resmi, itupun dengan berbagai syarat ketat yang ditetapkan oleh Eun Woo. Hal itu membuat spekulasi bahwa pemilik grup ada kaitannya dengan mafia atau seorang mafia itu sendiri.

Eun Woo sendiri jarang ikut campur keputusan pimpinan perusahaan kecuali jika merasa perlu sekali dan itu jarang terjadi. Dan untuk terhubung dengannya, harus melalui Il Sung. Tidak pernah ada yang bicara langsung tentang kebijakan perusahaan dengannya kecuali Il Sung. Sementara itu, orang-orang di luar hanya mengenal Il Sung sebagai manajer Kim Eun Woo, sang penulis.

"Oh, Il Sung..."

"Ya, Tuan?"

"Apakah kita masih punya kopi bukunya Kang Dae yang lama?"

"Yang berjudul?"

"Hujan."

"Buku pertama Kang Dae? Aku tidak yakin, tapi nanti kuperiksa. Kenapa?"

"Aku ingin besok ada di hadapanku." Mengatakan itu, Eun Woo menatap Il Sung dalam-dalam yang artinya apapun yang terjadi, permintaannya harus terpenuhi.

Il Sung mengangguk. "Jika yang masih segel, aku harus ke penerbit, jika hanya buku yang masih bagus, aku rasa di perpustakaan rumah ada."

"Usahakan yang masih segel, cetakan terbaru."

"Baik." Il Sung menghabiskan tehnya kemudian mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang, lebih tepatnya pihak penerbitan.

Eun Woo menunggu dengan sabar sambil menikmati apel dan teh yang diberikan oleh Il Sung.

"Mereka masih mencarikan," kata Il Sung setelah menutup teleponnya.

"Baiklah." Eun Woo mengangguk. Setengah jam kemudian ia bangkit dan beranjak menuju ruang kerjanya untuk kembali bekerja.

The Tale of a ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang