Tale 11

27 9 2
                                    

Eun Woo mematung di depan Mon Café yang tutup. Pikirannya mendadak buntu begitu segala ekspektasinya hancur berantakan. Sekitar satu jam ia tetap berdiri di sana tanpa peduli dengan orang yang lalu lalang melewatinya.

"Maaf, kafe sedang tutup. Silakan kembali besok."

Suara itu! batin Eun Woo yang segera menoleh ke asal suara.

"Oh, halo," sapa gadis yang bekerja di kasir sambil membungkukkan badannya kepada Eun Woo.

Eun Woo berbalik dan mengangguk. Kedua matanya berkilat oleh emosi. Tetapi orang melihatnya tetap tenang. "Apakah ada urusan sehingga tutup?"

Gadis itu yang sudah berdiri tegak kembali kini menggelengkan kepalanya. "Tidak. Setiap hari Senin kami memang libur."

"Oh." Eun Woo mengangguk lega.

"Tuan bisa kembali lagi besok jika mau."

Eun memberikan senyum tipisnya. "Tentu. Tapi..."

"Ya? Ada yang bisa kubantu?"

Eun Woo melirik arlojinya. "Sekarang waktunya makan siang, kau sudah makan siang?"

"Eh?" Kedua alis gadis itu terangkat.

"Kalau belum, maukah makan siang bersamaku?" ajak Eun Woo sambil menatap lekat. Tepat saat itu ada seseorang yang hendak menabrak gadis itu dan otomatis ia mengulurkan tangannya untuk menarik siku sang gadis dan mengajaknya sedikit minggir. Ia sendiri baru menyadari sedari tadi ternyata berdiri agak di tengah trotoar.

Gadis itu membuka mulutnya seperti hendak menjawab Eun Woo kemudian tertegun ketika sikunya ditarik lembut dan tangan yang menariknya belum terlepas.

"Oh, maaf." Eun Woo melepaskan tangannya. "Ah, namaku Kim Eun Woo. Aku kemari mau memberikan ini padamu." Ia menyerahkan kantong kertas kepada gadis di hadapannya.

"Kim Eun Woo seperti nama penulis," ulang gadis itu sambil menerima kantong kertas tersebut.

Eun Woo tersenyum tapi tidak mengiyakan. "Seperti itu."

Gadis itu membuka kantong kertas di tangannya, mengintip dan melihat isinya sebuah buku. Ketika diambilnya untuk mengetahui judulnya lebih jelas, kedua matanya langsung terbelalak dan menatap Eun Woo. Bergantian dengan bukunya. "Kang Dae? Sangat sulit mendapatkan yang masih baru seperti ini. Aku bahkan membelinya di toko buku bekas. Dari mana? Bagaimana?"

Eun Woo senang melihat reaksi gadis itu. "Ya, aku tahu kau membacanya kemarin. Kebetulan aku punya yang masih bagus." Tidak perlu memberitahu bahwa butuh upaya untuk mendapatkannya sampai melibatkan pihak lain.

Kembali kedua mata gadis itu melebar. "Oh."

"Ambillah."

"Untukku?"

Eun Woo mengangguk. "Aku memang sengaja kemari untuk memberikan itu padamu."

"Oh?"

"Maukah makan siang bersamaku? Atau kau ada keperluan? Sudah makan siang?"

Gadis itu menggeleng. "Aku kemari untuk mengambil buku ini yang ketinggalan di kafe."

"Sekarang kau mendapatkan gantinya."

"Ya. Aku ..."

"Aku belum tahu restoran di dekat sini, seperti kataku kemarin. Maukah kau menemaniku?" Eun Woo terus berusaha membujuk gadis di hadapannya. Ia bahkan memberikan senyuman persuasif kepadanya.

Gadis itu terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, sebagai ucapan terima kasih."

Eun Woo tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Bagus. Mari kita pergi. Ah, aku harus memanggilmu apa?"

The Tale of a ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang