Setelah berkendara beberapa jam, akhirnya Eun Woo dan Il Sung sampai. Keduanya tidak langsung menuju penginapan, melainkan berhenti di sebuah tempat makan. Selain untuk mengisi perut juga sambil mencari penginapan terbaik yang bisa mereka dapatkan.
"Aku sudah reservasi." Il Sung memberi tahu.
Eun Woo mengangguk. Segera setelah menghabiskan makanan, keduanya ia dan Il Sung meninggalkan restoran.
Sepanjang perjalanan menuju hotel, tak ada satupun yang berbicara. Berbeda ketika dari Seoul, sesekali Eun Woo dan Il Sung bertukar kata. Keduanya tengah sibuk dengan pikiran masing-masing karena sama-sama memiliki kenangan tersendiri.
Memang bukan tepat di kota tempat mereka berada saat ini, tapi Il Sung bertemu dengan Eun Woo ketika ia terluka juga tak terlalu jauh,
"Rubah kecil, ternyata kau bisa bertahan sampai sejauh ini."
Il Sung spontan menengok ke samping di mana Eun Woo duduk sambil bersedekap dan pandangan lurus ke depan. "Ah, ya," Ia mengangguk, "terima kasih telah merawatku."
Eun Woo juga membalas dengan anggukan. "Bagaimanapun aku masih pemimpin klan."
Memang ada alasan tersendiri kenapa seluruh klan mereka meninggalkan hutan terdalam. Salah satunya adalah keberadaan mereka yang mulai terancam akibat perburuan manik, beberapa anggota klan ada yang disegel dan beberapa alasan lainnya. Mereka pun sepakat untuk meninggalkan hutan terdalam dan menuju tempat yang betul-betul jauh dari manusia. Tanah leluhur.
Sejauh ini, keduanya belum pernah bertemu anggota klan yang lain. Eun Woo dan Il Sung sama-sama tahu bahwa tidak mungkin tidak ada yang keluar, tetapi sejauh ini belum tercium jejaknya.
Karena tempatnya tidak terlalu jauh, keduanya sudah sampai di penginapan setempat dan segera check in. Tentu saja seperti biasa keduanya berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan wajah dengan kaca mata hitam dan topi untuk Eun Woo, sedangkan Il Sung hanya menggunakan kaca mata biasa, tapi dengan bingkai tebal.
Setelah mendapatkan kunci kamar masing-masing, keduanya segera pergi menuju kamar. Kali ini Il Sung mengikuti hingga ke dalam kamar Eun Woo terlebih dahulu untuk mendapatkan instruksi atas rencana mereka.
Sesampainya di kamar, Eun Woo tidak repot-repot menyimpan tas ranselnya ke dalam lemari. Ia hanya meletakkannya di atas kursi yang ada di sana.
"Kita akan pergi sebelum tengah malam. Menggunakan teleportasi. Jika di tengah jalan bertemu orang, ubah dirimu ke sosokmu yang satunya," kata Eun Woo, "dan apapun yang terjadi, usahakan tidak menyentuh orang-orang setempat dan jangan tunjukkan siap dirimu yang sebenarnya."
"Baik." Il Sung mengangguk patuh.
"Kau boleh pergi, istirahatlah." Eun Woo mengibaskan tangannya.
"Permisi." Il Sung pun meninggalkan kamar Eun Woo.
Sepeninggal Il Sung, Eun Woo berbaring di atas ranjang dengan sepatu masih menempel. Ia menutup kedua matanya dengan sebelah lengan bukan karena ingin tidur, sebab ia justru tidak ingin memejamkan matanya. Perasannya semakin berat karena semakin teringat masa lalu.
Masih segar dalam ingatannya ketika mendengar kabar Yong Rae meninggal. Dengan sekuat tenaga ia harus bisa menekan rasa sedih yang tiba-tiba menyusup ke dalam hatinya dan yang paling menyakitkan adalah bagaimana ketika kebenaran itu terkuak.
Il Sung benar, kemungkinan besar tim produksi akan datang untuk meliput kediaman keluarga Han atau lebih tepatnya bekas kediaman mereka. Setelah itu bisa dipastikan mereka akan mendatangi hutan terdalam.
Kemudian, tiba-tiba Eun Woo teringat sesuatu. Ia pun bangkit dan menuju kamar Il Sung menggunakan teleportasi. Hal yang sudah lama tak dilakukannya.
"T-tuan!" Il Sung terkesiap kaget mendapati Eun Woo tengah berdiri di tengah ruangan ketika Il Sung baru saja keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of a Man
FantasyKim Eun Woo sudah hidup lebih dari seribu tahun dan ia sudah menghadapi berbagai macam kehidupan termasuk memanipulasi kematiannya sendiri, hingga suatu hari ia bosan hidup sendiri dan berharap bisa sepenuhnya menjadi manusia termasuk menjemput kema...