Tale 12

25 8 1
                                    

Sambil menyetir mobilnya, Eun Woo terus memikirkan pertemuannya dengan Hana. Ia menghargai saat gadis itu diantarkan pulang olehnya. Ia menyadari mereka tidak sedekat itu. Bahkan ia merasa tindakannya mengundang Hana ke rumah terlalu impulsif. Meskipun Hana sangat mirip dengan Han Yong Rae, sifat keduanya berbeda.

Namun, Eun Woo cukup puas bisa mengetahui namanya dan makan siang bersama. Ia juga mengetahui bahwa mulai besok Hana akan bekerja sif sore.

Di saat Eun Woo tengah mengingat kejadian hari ini, tiba-tiba terdengar telepon masuk. Menggunakan headset-nya, ia menerima panggilan tersebut.

"Ada apa?"

"Tuan sedang di jalan?" Terdengar suara Il Sung di seberang untuk memastikan keberadaan Eun Woo.

"Ya, seperti kataku tadi bahwa aku akan langsung pulang. Ada apa?"

"PD Jeong sudah mendapatkan izin untuk memproduksi film dokumenter tersebut. Katanya, mereka akan memulainya dengan Huli Jing," Il Sung melaporkan, "dan untuk penutupnya adalah gumiho. Untuk gumiho, mereka akan menuju hutan itu."

Mendengar hal itu, jari telunjuk Eun Woo mengetuk setir mobil. "Hmm..."

"Tuan?"

"Biarkan saja. Mereka tidak bisa masuk," kata Eun Woo akhirnya.

"Tapi Tuan sudah lama tidak pulang, mungkin ada baiknya meningkatkan mantra pelindung lagi meskipun sudah tidak ada siapapun di sana."

Mendengarkan kekhawatiran Il Sung membuat Eun Woo tersenyum tipis. Sejak ditemukan dan dirawat olehnya, Il Sung sangat setia padanya dan mengikutinya ke mana pun. Termasuk memastikan kebaikannya, seperti kali ini. Padahal pemuda itu tidak pernah tinggal di area hutan terdalam.

"Pemuda itu?" Eun Woo terkekeh sendiri setiap kali mengingat Kang Il Sung yang sampai sekarang tetap dianggapnya anak muda. "Yah, tapi dia memang jauh lebih muda dariku."

"Maaf, Tuan?" Kembali terdengar suara Il Sung di seberang.

"Nanti kita bicarakan lagi. Kututup teleponnya." Tanpa menunggu persetujuan dari seberang, Eun Woo sudah memutus sambungan telepon.

Ia segera mempercepat laju kendaraannya agar lekas sampai di rumah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya Eun Woo tiba juga di rumah. Seperti biasa ia selalu disambut oleh Il Sung.

"Bagaimana makan siangnya? Apakah berjalan lancar?" tanya Il Sung sambil berjalan di samping Eun Woo.

Eun Woo mengangguk. "Aku berhasil mengetahui namanya. Kwon Hana."

"Ah, dia terlahir kembali di keluarga Kwon." Il Sung manggut-manggut.

"Mari kita berangkat," kata Eun Woo sambil berbalik menatap Il Sung tepat ketika sudah berdiri di tengah ruang tamu.

Il Sung terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. "Kita menggunakan..."

"Mobil."

"Baik."

Eun Woo dan Il Sung pun segera bersiap-siap menuju tempat tinggal utama klan mereka. Keluarga Il Sung memang tidak pernah tinggal di sana, tetapi bagaimanapun tempat itu adalah rumah leluhurnya sehingga ia wajib membantu Eun Woo, selain karena berhutang budi telah merawatnya selama ini.

Tanpa menunggu waktu lama, keduanya meninggalkan Seoul menggunakan mobil yang hampir tidak pernah digunakan dan Il Sung yang menyetir.

"Sebaiknya kita berhenti di kota tetangga. Parkir dan check in di salah satu penginapan yang ada di sana." Eun Woo memberitahuku rencananya. Ia tidak ingin keberadaan mereka sebagai orang Seoul menjadi pusat perhatian.

Waktu sudah lama berlalu sejak Eun Woo meninggalkan hutan terdalam akibat kematian Yong Rae. Pasti sudah banyak yang berubah. Namun demikian, desa setempat bukanlah tempat yang luas dan daerah yang sering dikunjungi wisatawan, sehingga jika ada orang asing pasti langsung diketahui oleh penduduk lokal.

"Baik. Lalu, untuk menuju hutan?"  tanya Il Sung sembari matanya fokus ke jalanan.

"Teleportasi. Cukup menghemat tenaga."

Masuk akal, batin Il Sung.

Selanjutnya tak ada satupun yang berbicara. Eun Woo sendiri menumpahkan sikunya yang menjadi tumpuan kepalanya ke jendela. Pikirannya melayang kepada Hana.

Katanya ada beberapa orang yang terlahir mirip satu sama lain, tetapi untuk Hana, gadis itu memang reinkarnasi dari Yong Rae meskipun sifat dan penampilannya kini berbeda. Bahkan rambutnya dicat merah.

🦊🦊🦊

Setelah berpisah dengan Eun Woo di restoran milik Enzo, Hana langsung pulang dan kini ia sudah kembali ke apartemennya. Setelah mengganti bajunya dengan baju rumahan, kini ia duduk di satu-satunya sofa yang dimilikinya dan secara hati-hati membuka segel buku yang diberikan oleh Eun Woo.

Tentu saja Hana senang sekali karena cetakan baru sudah tidak ada lagi. Sambil bersandar nyaman di sofa  berbantalkan dua cushion yang ditumpuk, ia mulai membaca kelanjutan kisah yang ada di novel Hujan.

Kang Dae mengambil setting cerita di jaman Joseon tentang seorang pangeran ketiga yang menyamar untuk mengungkapkan kejahatan di sebuah desa yang merugikan kerajaan. Di sana rupanya ia jatuh cinta kepada putri kepala desa yang berakhir tragis karena dibunuh oleh putra dari partner tindak kriminal sang kepala desa itu sendiri.

"Sepertinya Nona Oh Shin Ae dan adiknya tahu terlalu banyak kejahatan ayahnya. Sekarang Nona Oh dibunuh, nasib adiknya bagaimana, ya? Kan, masih kecil," gumam Hana sambil menghapus air matanya. Ia sungguh tidak sabar untuk menyelesaikan seluruh halamannya.

Begitu air matanya kering, ia melanjutkan kegiatannya. Namun, hanya berlangsung sepuluh menit saja sebelum akhirnya ia menutupnya lagi dan meletakkannya di atas sofa karena harus bergegas ke kamar mandi.

Setelah mengosongkan kandung kemihnya , Hana tidak langsung kembali duduk. Ia menuju lemari es untuk mengambil air.

"Kenapa cerita sebagus ini tidak ada yang ingin mengadaptasinya jadi drama?" Hana sungguh tak habis pikir kenapa. "Kalau masalah buku atau penulisnya tidak terkenal, kok rasanya mustahil. Kang Dae termasuk novelis terkenal ditambah sosok misteriusnya yang tidak pernah muncul ke publik hingga akhir hayat."

Selesai minum, Hana kembali duduk di sofa dan melanjutkan bacaannya hingga ia tenggelam dalam cerita dan tidak beranjak lagi hingga ia selesai.

Tanpa terasa dua jam kemudian, dengan berurai air mata, Hana menutup bukunya. Ia ikut menangis bersama pangeran ketiga yang kehilangan Nona Oh yang seperti dugaannya bahwa Nona Oh sengaja dibunuh karena terlalu tahu banyak hal ditambah lagi akibat cintanya ditolak.

Pangeran ketiga harus tetap tinggal hingga kejahatan terkuak dan kembali ke ibukota kerajaan. Semua itu terjadi di saat hari hujan.

"Kasihan Pangeran ketiga, apalagi putra dari partner kriminal Nona Oh Shin Ae berhasil melarikan diri. Dan kenapa ceritanya berhenti sampai di sini? Nasib pangeran ketiga setelah kembali ke ibukota kerajaan bagaimana? Dan pembunuhnya juga bagaimana? Ih, kesal! Mana tidak ada sekuel ceritanya! Kenapa?" rajuk Hana entah kepada siapa. Ia berpikir seandainya Kang Dae masih hidup, ia pasti akan langsung protes dan meminta dibuatkan sekuel cerita. Meskipun berakhir sedih, setidaknya tidak menggantung seperti saat ini. Tokoh utama wanitanya memang tidak mungkin hidup lagi tapi setidaknya semua penjahat tertangkap. "Aaargh! Sungguh frustasi! Aku harus mengeluh kepada siapa?!"

🦊🦊🦊

Sidoarjo 18-06-2024

Assalamu'alaikum yuhuuuu.
Selamat merayakan hari raya Iduladha 1445 H.

Selamat membaca 🥰

The Tale of a ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang