15.BUBBLE

184 177 0
                                    

Instagram: galeri_jiiWattpad: Saya_Gamon Tiktok: galeri_Jii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Instagram: galeri_jii
Wattpad: Saya_Gamon
Tiktok: galeri_Jii

15.Rahasia Yang Disembunyikan

"Ada apa Helen? Kenapa kamu mengajak bertemu." Tepatnya di restoran berbintang.

Dua insan yang pernah tinggal bersama, pernah saling mencintai satu sama lain bahkan pernah membina rumah tangga bersama, akan tetapi gagal. Kini keduanya bertemu kembali, terakhir pertemuan mereka saat Alif mengantarkan Helena pulang dari rumah sakit.

Helena membenarkan duduknya. Wanita setengah bawa itu rela meluangkan waktu makan malamnya, hanya untuk membicarakan sesuatu hal yang menurut dirinya penting bersama mantan suami.

"Di mana surat pengadilan hak asuh, Lia?" tanyanya tanpa basa-basi, pertanyaan Helena mampu memberitahu mengapa ia mengajak mantan suaminya bertemu.

Pria berkacamata mines kaget, setelah sekian lama keduanya tidak membahas hak asuh anak mereka. Lalu sekarang, mengapa dibahas kembali. "U-untuk apa?"

Keduanya tidak memperebutkan hak asuh, kedua orang dewasa itu memilih mengurus anak mereka secara bergantian. Hak asuh yang dimaksud Helena adalah hak asuh Aza waktu enam belas tahun silam.

"Dia kembali!" jerit Helena dengan suara pelan, agar pengunjung lain tak terganggu. "Dia kembali dan ingin merebut putriku," keluh wanita setengah baya memberitahu ketakutannya akhir-akhir ini.

Seseorang yang kapan saja bisa mengambil Aza darinya, Helena sangat takut hal itu terjadi.

Suasana hening beberapa detik, hingga Alif bertanya, "Ana?" Helena mengangguk, Alif melanjutkan ucapannya, "Dia berhak atas–"

Terpotong akibat Helena menyala, "Yang berhak hanya aku," pungkasnya tegas.

Pria disebrang meja membenarkan kacamatanya yang melorot, menghela napas panjang. Masalah ini akan berkepanjangan, Alif yakin akan hal itu. "Aku mengerti perasaan mu Helen, tapi–"

Lagi dan lagi mantan istrinya menyela ucapan Alif. "Mas, aku mohon," lirihnya, ia begitu menyayangi Aza, bahkan tak terbesit dibenaknya berpisah dengan putri semata wayangnya itu. "Aku berhak, karena aku juga walinya 'kan?" tanya Helena lagi, menuntut haknya.

Percuma mengatakan kebenaran, karena wanita itu menyangkal bahkan sulit menerima. "Aku akan mengirim salinannya," ucap Alif pasrah, mengakhiri perdebatan mereka.

"Aku ingin yang asli," pinta Helena.

"Surat yang asli hanya satu, aku mempunyai hak penuh." Alif memberi penjelasan, meski Aza jarang bersamanya. Akan Tetapi surat hak asuh yang asli harus tetap berada di tangannya.

"Begitupun seorang ibu. Ibu Lia hanya satu, yaitu aku!" sosor Helena, wanita berusia empat puluh tiga tahun itu begitu emosional.

Ia dilanda ketakutan yang amat mengganggu akal sehat, takut akan orang di masa lalu. Cepat atau lambat, siap tak siap, orang itu akan mengambil sang putri.

BUBBLE  (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang