3. Dia Penting?

84 4 1
                                    

Haii Brow❤️‍🔥💋

Perasaan kalian saat membaca part ini bagaimana?

Absen dulu sini>>

Bagaimana harimu? Senang atau sedih?

Semoga setelah membaca cerita ini bisa senang ya😁🌸

*****

Pukul 22.48 WIB tak menghentikan aktivitas yang sedang di lakukan oleh Azlan. Malam-malam seperti ini ia masih berada di suatu ruangan salah satu gedung pencakar langit. Dari pukul 4 sore sampai sekarang ia tak beranjak barang sebentar dari duduknya. Kecuali sholat.

Clekk...

Bunyian pintu terbuka membuat Azlan mendongakkan kepalanya lalu kembali fokus ke arah kertas-kertas berharga bagi ayahnya itu.

"Sudah selesai?" tanya seorang pria paruh baya.

"Belum," ujar Azlan datar.

"Kamu jangan pulang kalau berkas-berkas yang Papa kasih belum selesai." Pria paruh baya yang merupakan ayah kandung Azlan mulai pergi meninggalkan ruangan yang Azlan tempati.

"Ingat besok pagi pergi ke Makassar, Papa tunggu."

Tanpa niat menjawab, Azlan membiarkan Ayahnya pergi meninggalkan dirinya. Mungkin beliau akan pulang kerumahnya.

Brata Malik Zyandru, ayah kandung dari Azlan Davindra Zyandru seorang pengusaha sukses di berbagai bidang. Mungkin bagi orang-orang beliau adalah orang yang patut di contoh, tapi bagi Azlan Ayahnya adalah orang yang egois. Sedari kecil, Azlan selalu di tekan untuk melakukan sesuatu sesuai kemauan beliau.

Pukul 23.54 ia baru selesai dengan kertas-kertas uang tersebut. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil handphone serta tas sekolahnya. Ia pergi meninggalkan kantor milik Papanya. Azlan berniat pulang ke apartemen, karena jika ke rumah sudah dipastikan kedua orangtuanya sudah terlelap tidur.

Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di gedung apartemen. Ia menaiki lift dan menekan angka 7. Sesampainya di dalam apartemen, ia merogoh saku miliknya dan mengambil handphone. Group yang terdapat para sahabatnya sudah sangat menumpuk oleh pesan-pesan.

Ia hanya membacanya. Lagipula pesan-pesan tersebut sudah beberapa jam yang lalu. Azlan membuka status yang di upload oleh seseorang beberapa menit yang lalu. Membuka profilnya dan mengetik pesan.

Notifikasi pesan dari Ervan membuat Azlan langsung menelfon sang empu.

"Gimana bisa, hah?!" ujar Azlan saat telfon tersambung. Ia berujar dengan nada yang marah.

"Mereka dicegat di tengah jalan waktu mau ke markas. Karna jumlahnya lumayan banyak jadi mereka luka lumayan parah," jelas Ervan.

"Lo urus dulu anak-anak. Sampein sama Gian gue gak bisa dateng, jadi suruh dia yang ngurus," ujar Azlan sebelum menutup telfonnya.

****

Alin yang sedang menunggu rasa kantuk datang, membuka pesan dari Azlan yang baru tersampai olehnya. Sepertinya malam-malam seperti ini membuat ulah boleh juga. Ia membalas pesan Azlan dan kembali membuka aplikasi yang tadi ia buka.

AZLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang