14. Really.

35 1 0
                                    

Haiiii

Pa kabar oy?

Syudah lama aku tidak menulis sebenarnya😔🤏🏻

Semoga gak kagok deh. Jangan lupa vote komen-nya brow🥰😻

****

Kelas XI MIPA 2 sangat ricuh padahal jam menunjukkan pukul 07.47 dimana seharusnya KBM sudah di mulai sedari setengah jam yang lalu. Tapi guru yang seharusnya mengajar kelas ini sedang ada tugas di luar sekolah, maka dari itu mereka hanya mendapat tugas.

Kericuhan yang di sebabkan oleh teman-temannya tak menganggu acara melamun Alin. Sedari tadi malam ia melamun memikirkan pengakuan Ervan kemarin.

"Sebenernya yang suka lo itu Azlan Lin. Bukan Mahen."

"Dia suka lo dari lo berdua temenan."

"Yang artinya dari SD."

Tiga kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Kemarin reaksi syok Alin dan Zeeya melebihi reaksi saat Ervan bilang Mahen yang suka. Sebenarnya ia tak begitu percaya dengan ujaran Ervan ini. Sialnya, anak itu beserta rombongannya tak masuk kelas sedari pagi.

"Woi Lin. Mikirin apa lo?" Zeeya menepuk keras pundak Alin, ia baru saja pulang dari kantin membeli roti selai coklat.

"Apa iya Ze, itu beneran?" Bukannya menjawab ia malah bertanya.

Tangan Zeeya menggeser sebungkus roti kearah Alin, "Bener gak bener sih. Ya gimana ya, kalo gue sendiri sih sedikit gak percaya ya. Sikap dia ke lo itu gak mencerminkan kalo dia suka, Njir."

Alin mengangguk menyetujui. Banyak opini-opini menurut dirinya yang membuat ia tak percaya. Cukup lama mengenal Azlan membuat Alin tak percaya akan pengakuan Ervan kemarin.

"Terus dia suka sama lo dari lo berdua temenan? Helow, itu jaman SD. Masih kecil, masa iya udah kenal cinta-cintaan palingan juga cinta monyet. Kalian berdua ak--,"

"Bertiga, berdua kesannya benar-benar udah couple sejak dini," potong Alin membenarkan.

"Iya, iya bertiga akur cuma setahun, naik kelas dia udah mulai nakal. Berapa tahun kemudian sehabis dia pulang dari Jawa kabarnya udah punya pacar orang Jawa itu pun pengakuan dari teman-temannya."

"Cewe itu namanya siapa?"

"Gue lupa yang jelas inisial N akhiran KA."

"Dia juga sering comblangin lo sama temen kelas laki waktu SD kan? MASA IYA SUKA? Aneh, tapi nyata."

Segala perkataan Zeeya membuat ia pening. "Entahlah, siapa tau Ervan cuman bercanda aja. Gak usah dipikirin walau jadi pikiran."

"Anak monyet. Udah buat pengakuan, sekarang mau minta penjelasan malah gak masuk," umpat Zeeya melempar bungkus rotinya kearah bangku Ervan.

"Jangan begitu, Nak. Nanti kamu yang kesem-sem sama Nak Ervan loh," goda Alin melupakan sejenak topik tadi.

"Amit-amit."

"Lo tau gak kalo amit-amit artinya aku mau itu terjadi?" Alin terkekeh.

"Dih, ngapain jadi bahas gue sama dia? Tadi kan bahas lo sama Azlan."

"Ya gak papa, gue suka."

"GUE ENGGAK!"

Fyi, bertiga yang Alin maksud adalah dirinya, Zeeya dan Azlan. Mereka dulu satu SD. Bahkan dengan Inti Agrazie pun satu SD. Bedanya Alin dan Zeeya sudah kenal sejak mereka TK. Kenapa cuman bertiga? Awal-awal masuk Azlan adalah lelaki yang baik bahkan jika masih seperti itu sampai saat ini ia bisa dibilang Good Boy. Walau di situ sudah berteman dekat dengan Inti Agrazie, Azlan lebih sering menghabiskan waktunya dengan Alin dan Zeeya.

AZLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang