Chapter 1

2.6K 94 47
                                    

Di sebuah rumah besar.
Terdapat sebuah keluarga yang terlihat harmonis dan bahagia di mata masyarakat, Keluarga Carousel.

Keluarga itu sedang menonton televisi di ruang tamu atau ruang kumpul.

Mereka sedang menonton acara kartun anak-anak, Upin & Ipin.

Di sofa panjang, ada Sang Kepala Keluarga dan Ayah dari 3 anak, Aza Carousel bersama dengan Sang Istri yang bernama Mina Carousel, Ibu dari 3 anak juga.

Ditengah sofa ada seorang anak kecil yang bernama Leo Carousel, anak bungsu dari 3 bersaudara.

Di sofa lain, ada kakak kedua yang bernama Arras Carousel dan kakak pertama yang bernama Ariz Carousel.

Mereka semua menonton kartun itu dengan penuh tidak minat, hanya Leo yang minat menonton kartun tersebut.

Aza menggunakan kacamatanya dan mengerjakan tugas kantorannya di laptop, Mina mengelus surai Leo dengan lembut.

Sedangkan Ariz hanya melihat kelakuan orang tuanya tersebut dan Arras bermain game, The Talking Angela.

Aza berumur 41 tahun dan Mina berumur 40 tahun, terlihat sedikit tua. Namun, wajah dan paras mereka masih terlihat muda jelita.

Ariz berumur 18 tahun dan Arras berumur 16 tahun, sedangkan Leo terpaut jauh dari keduanya, yakni berumur 9 tahun.

"Bagaimana dengan sekolah kalian berdua? Arras tidak membuat masalah lagi, kan?" Tanya Mina dengan nada sedikit tegas.

Ariz menggeleng kepalanya, tidak. "Adek Arras tidak membuat masalah dan ibu seharusnya tidak berkata seperti itu di hadapan anaknya sendiri." Jawab Ariz.

"Benarkah? Mungkin saja kamu tidak tau perbuatannya." Mina tetap kekeh menanyakan masalah yang diperbuat oleh Arras hari ini setelah pulang sekolah.

"Astaga ibu! Bisakah ibu tidak membicarakan hal itu lagi?!" Seru Arras dengan nada tinggi.

"Apa?! Kau mulai meninggikan suaramu itu kepada ibu?! Sungguh anak kurang ajar!" Mina pun meninggikan suaranya juga setelah dibentak oleh Arras, "Setidaknya contohi lah adikmu, Leo. Dia tidak membuat masalah sama sekali..... Aku ingat kau pernah memecahkan vas bunga milik kepala sekolah saat masih kecil, kau buat malu saja." Lanjutnya membanding-bandingkan Arras dengan Leo.

"Tsk, aku tidak suka anak itu." Gumam Arras, Ariz mendengar gumaman Arras, sedangkan Aza juga mendengar gumaman tersebut.

"Nak Arras, jaga cara bicaramu itu, apakah ayah atau ibu pernah mengajarimu cara berbicara dengan kasar?" Tanya Aza sambil meletakkan kacamatanya di meja.

"Pa, bu. Sudahlah jangan bertengkar dengan kakak, ya? Ucap Leo sambil memelas dan dengan mata memohon.

"Hm, iya nak. Maaf ya meninggikan suara ibu di hadapan anak kecil yang imut sepertimu, ya?" Mina mengubah nadanya menjadi lembut.

Ariz dan Arras hanya bisa buang nafas dengan gusar, pilih kasih sekali.

Ariz berdiri dari sofa dan langsung pergi menuju ke kamarnya, "Sok-sokan sekali itu anak, mentang-mentang masih kecil dan dimanjain dengan penuh kasih sayang." Gerutu Ariz.

Arras juga turut ikut pergi meninggalkan 3 orang di ruangan tersebut.

Aza hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya, ia pusing mengurus anak-anaknya yang sepertinya mulai memasuki fase memberontak.

"Nak Leo, jangan seperti kakak-kakakmu itu, ya? Itu tidak baik untuk ditiru, paham?" Tanya Aza untuk memastikan Leo tetap menjadi anak yang baik.

Leo mengangguk iya yang membuat Mina ikut tersenyum, "Bagus, sekarang waktunya ibu mau memasak untuk makan malam." Ucap Mina sambil pergi.

"Ayah juga mau menaruh berkas-berkas dokumen kantor ayah dulu ke kamar, jangan nakal dan jangan banyak tingkah." Aza juga ikut pergi meninggalkan anak bungsunya di ruangan itu sendirian.

Leo menonton kartun itu hingga kartun itu beralih ke iklan Paramex nyeri otot.

Leo mendengus kesal, ia tiba-tiba kepikiran dengan kedua kakaknya.

Semenjak Leo lahir di dunia ini, ia merasa kakak-kakaknya itu tidak menyukai keberadaannya. Entah karena apa, apakah ia pernah berbuat salah? Sepertinya tidak juga.

Karena Leo anak yang baik dan tidak suka membuat masalah, sesuai ucapan orang tuanya.

"Nak Leo! Waktunya makan!" Teriak Mina dari arah dapur.

Segera bergegaslah Leo menuju ke ruang makan.

Di ruang makan, sudah ada Aza dan Mina yang duduk bersebelahan, di atas meja sudah ada ayam goreng, telur dadar, sayur-sayuran dan piring nasi.

Leo duduk di kursinya yang sudah disediakan, "Pa, bu. Kenapa tidak panggil kakak untuk makan?" Tanya Leo sambil melihat ke arah 2 kursi disebelahnya, kursi itu kosong.

"Tidak usah memanggil kedua anak itu." Ucap Mina dengan nada tegas.

"Tapi bu, kak Ariz dan kak Arras belum makan siang dari tadi."

Ariz dan Arras saat pulang sekolah memang belum makan siang, karena dimeja makan, sudah tidak ada lagi makanan tersisa untuk keduanya.

Leo segera berdiri dan pergi ke arah kamar kedua kakaknya.

Tok tok tok
Leo mengetok pintu kamar kakak keduanya, Arras.

Leo berharap jika Arras segera membuka pintunya, karena pernah dulu Leo mengajak Arras untuk bermain layang-layangan.

Cklek
Arras membuka pintu kamarnya dan melihat ada adiknya yang tidak pernah ia akui dan akan selalu ia benci, Leo.

"Ada apa? Mau membuat masalah dan ayah atau ibu akan menyalahkan ku?" Sarkas Arras.

Leo menggeleng tidak, "Waktunya makan malam bersama, ada ibu dan ayah sedang menunggu." Ucap Leo.

"Makan malam bersama? Ada ibu dan ayah sedang menunggu? Kau bercanda, semenjak kau lahir di dunia ini, ayah dan ibu tidak pernah peduli dengan kami, hanya kau yang diperhatikan dan dimanjakan."

"T- tapi, ayah dan ibu sudah menunggu-"

"Menunggu? Yang ditunggu oleh mereka adalah kau! Bukan kami berdua."

Brukk!
Arras menutup pintu dengan kasarnya.

Leo sedikit sedih dengan kalimat Arras yang seolah-olah tidak mengakuinya sebagai adik bungsu dari keluarga Carousel.

Leo berjalan ke arah kamar kakak pertamanya, Ariz.

Tok tok tok
Ariz membuka pintu kamarnya dan melihat ada adiknya, Leo.

"Ada apa? To the point." Tanya Ariz tanpa basa basi.

"Waktunya makan malam bersama ibu dan ayah, bujuk kak Arras untuk ikut makan juga, kalian berdua belum makan siang sejak tadi." Ucap Leo dengan penuh harap.

"Hm, baiklah."

Leo tersenyum, dibandingkan Arras yang tidak suka dengannya secara terang-terangan, Ariz masih bisa diajak untuk bersama.

Leo pergi meninggalkan Ariz yang masih terdiam menatap kepergian Leo.

Ariz menuju ke ruang makan dan tidak membujuk Arras untuk ikut makan malam bersama juga.

Ariz tau jika Arras tidak ingin makan bersama Leo dan orang tuanya, Arras ingin meredakan emosinya.

Sesampainya Ariz di ruang makan, ia lihat makanan yang ia tidak sukai, ayam goreng. Tidak ada tempe atau tahu makanan kesukaannya.

"Ya tuhan, aku harus bagaimana? Bersabar kah? Lagi dan lagi?" Lirih Ariz sambil meratapi nasibnya.

Karena ini untuk kesekian kalinya, Mina tidak memasakkan makanan kesukaan Ariz dan Arras, hanya makanan kesukaan Leo saja.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang