Bagian 12 : Penglihatan

1 2 0
                                    

Salju tidak turun di malam itu, yang mana hal itu berhasil membuat langit terlihat lebih cantik. Namun, yang ada di kepala Lyra adalah apakah ada Aurora di Prasium itu. Jika benar ada, dia ingin sekali melihat fenomena itu setidaknya sekali selama hidupnya.

Lyra seorang diri di beranda kala itu, ayahnya sedang pergi untuk membeli sesuatu, sang ibu sudah tidur, sementara Larry tidak terlihat sejak siang hari itu. Baginya, tempat yang menjadi rumahnya saat ini terasa dingin, bukan karena situasinya selalu bersalju. Hanya saja, anggota keluarganya tidak cukup mampu membangun kehangatan yang biasa dilakukan Orance dan Peal. Mungkin inilah salah satu contoh mengapa keluarganya tidak memiliki hubungan yang baik satu sama lain, atau mungkin mereka tidak mengenal sebuah keharmonisan. Bahkan Larry hanya ingin menjadi adik yang baik di saat-saat pertama, mencoba peduli padanya karena perasaan batin yang nampaknya selalu terikat membuat Larry atau pun Lyra terkadang tidak bisa menjelaskan sikap mereka masing-masing.

Lyra tidak sengaja memejamkan matanya, mencoba merilekskan tubuhnya sembari bersandar ke kursi kayu. Kulitnya merasakan semilir angin dingin yang berembus pelan, deruannya yang menggerakkan dedauan pada pohon-pohon menimbulkan suara gemerisik. Hal itu seolah membawanya kembali ke pekarangan rumah di Portsmouth, bahkan samar-samar rasanya dia mendengar percakapan yang tidak jauh dari tempatnya berada. Namun, Lyra tidak berhasil mendengarnya padahal dia sudah berusaha memasang telinga baik-baik.

Sedetik kemudian muncul sosok dengan tubuh besar dari semak-semak di depannya, wajahnya tidak kelihatan karena minim cahaya, tapi jantungnya seketika berdegup dengan kencang karena mendadak ketakutan dengan kemunculan sosok itu.

".. tertidur di luar?"

Lyra terkejut setengah mati, tapi dia langsung bersyukur. Matanya melirik ke sekeliling tempatnya berada, di masih berada di beranda rumahnya.

Clementine mengerutkan dahinya, "kau baik-baik saja?"

Lyra mencoba mengatur napasnya perlahan-lahan seraya menurunkan pandangannya, mencoba tidak memikirkan apa yang baru saja dilihatnya untuk saat itu.

"Ya, sepertinya aku tertidur, terima kasih sudah membangunkan ku, Clementine." Katanya, membalas pertanyaan wanita yang entah sejak kapan ada di hadapannya itu bersama satu orang lagi yang ada di belakangnya, Arius.

"Wahh, ada tamu, ya?" Josh muncul di tengah-tengah mereka, membawa peralatan kebutuhan sihirnya dan menaruh dua papan di atas salju dekat tangga beranda.

"Hai, Josh!" kata Arius menyapa pria itu, mereka saling berpelukan akrab untuk beberapa detik.

Josh melihat Lyra yang masih terduduk di kursinya, "ayo, ajak tamu kita masuk. Aku akan siapkan camilan dan minuman hangat."

Lyra terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya beranjak dan meminta Clementine dan Arius untuk masuk bersamanya ke dalam rumah. Fokusnya sedang tidak bagus yang membuatnya membutuhkan waktu untuk melakukan sesuatu, seolah penglihatan yang dilihatnya benar-benar berhasil mengganggunya.

Aku tidak perlu memikirkan hal yang tidak seharusnya kupikirkan. Lyra terus mengucapkan kalimat itu di dalam hatinya, berulang-ulang.

Saat sajian tamu sudah ditaruh di atas meja bundar ruangan tersebut, Josh menuangkan minuman hangat berupa kopi dan teh manis biasa untuk tamunya, termasuk untuk dirinya juga. Sementara itu entah kenapa Lyra tidak memiliki selera untuk mengambil camilan yang menggiurkan itu dan tidak tertarik dengan aroma kopi, bahkan teh manis hangat dengan uap panas yang masih mengepul tidak dia hiraukan.

Arius menjelaskan kedatangan mereka berdua usai menyesap kopi beberapa kali, dia dan Clementine ingin memberitahukan sesuatu kepada Lyra, yang tak lain dan tak bukan adalah tentang persoalan pengobatan awal yang dilakukannya tersebut.

Another War : Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang