Bagian 20 : Tentang Rowan

3 2 0
                                    

Saat tersadar dari pingsan, Lyra begitu bersyukur tidak ada yang berbeda. Pakaian dan tubuhnya tetap utuh dan posisinya juga masih tetap sama sebelum dia pingsan. Walaupun dengan napas yang tersengal selayaknya orang yang kehabisan napas, Lyra senang dia bisa kembali dari penglihatan aneh itu.

"Aku akan berusaha mencari orang dibalik semua ini, Rick," gumamnya sembari menyentuh pohon Jacaranda, "aku akan segera kembali dan menghabisi orang itu."

Lalu Lyra bergegas menuju ke rumahnya sebelum keluarganya panik melihatnya tidak ada di kamarnya. Lagi pula dia harus bersiap-siap untuk berangkat setelah itu.

Sesampainya dia di rumah, Sean sudah ada di beranda bersama Rowan. Mereka berbincang dengan Josh yang nampak kebingungan. Namun, saat matanya menangkap sosok Lyra yang baru saja muncul, wajahnya langsung berubah lega. Sean dan Rowan otomatis melihat ke arah yang sama, melihat Lyra yang berjalan menghampiri mereka tanpa rasa bersalah dengan langkah yang terburu-buru.

"Aku, aku hanya ada urusan. Aku harus bersiap-siap." kemudian masuk ke dalam rumah tanpa peduli dengan siapapun lagi.

Mereka dipaksa Deanrys untuk menyantap sarapan lebih dulu dan Josh tidak repot-repot untuk membekali mereka dengan camilan dan kue kering yang akan menemani perjalanan mereka.

Sebelum benar-benar akan berangkat, Lyra berpamitan dengan keluarganya.

"Kau harus ikuti omongan orang-orang yang bersamamu, jangan gegabah. Kau dan yang lainnya harus selamat lebih dulu, kau paham?" Celoteh ayahnya yang sudah seperti seorang ibu.

Lyra hanya mengangguk dan memeluk sang ayah sambil menahan senyum.

Deanrys memegang kedua lengan Lyra setelah itu, "baik-baik ya, sayang, kami menunggu mu pulang, jadi kembalilah dengan selamat." ujarnya, kemudian mencium dahi Lyra dengan lembut.

Lyra tersenyum saja tanpa mau membalas, sementara itu Larry hanya melihatnya dengan tatapan sedih.

"Kau harus berjanji kau akan kembali."

Tanpa persetujuan Lyra langsung memeluk adiknya itu, "kau jaga ayah dan ibu, kalau terjadi sesuatu aku akan menghajar mu lebih dulu." sahut Lyra kemudian tertawa kecil.

Tobias yang baru bergabung dengan mereka mengingatkan Lyra tentang sesuatu sehingga perempuan itu melangkah menghampiri Tobias yang juga terburu-buru mendekat.

Lyra merogoh saku jaketnya dan memberikan secarik kertas yang sudah terlipat kepada Tobias, "hanya kau yang tahu soal ini, jadi pegang lah baik-baik. Aku percaya padamu, jadi sekali lagi, aku titipkan Rick padamu ya, Tobias." lalu perempuan itu merangkul Tobias sekilas dan akhirnya berjalan menjauh untuk bergabung dengan Sean dan Rowan yang sudah menunggu.

Sean yang baru hari itu bertemu Rowan berbincang banyak tanpa menghiraukan Lyra yang hari itu lebih banyak diam ketimbang biasanya. Sesampainya mereka di depan gerbang dan bertemu Arius yang sudah mengetahui lebih dulu tujuan mereka hanya memberikan pesan untuk berhati-hati dan waspada. Sudah lama rasanya sejak Lyra keluar dari Prasium, pintu gerbang transparan yang terbuka memperlihatkan hal mengejutkan Lyra dan Sean secara bersamaan.

"Wow, tak ku sangka kalian bisa mendapatkan ini." kata Sean yang benar-benar mengungkapkan rasa terkejut sekaligus tak percayanya.

Lyra hanya diam menunggu Rowan menjelaskan tentang itu, dari awal mereka sama sekali tidak menyinggung soal bagaimana mereka akan menempuh perjalanan. Lagi pula, siapa yang bisa menebak bahwa mereka akan berkendara dengan mobil sedan sport empat pintu seperti itu? Namun, Lyra bersyukur bahwa yang memilih mobil tersebut punya selera yang bagus karena bukan warna biru yang diambilnya untuk melakukan perjalanan jauh karena terlalu mencolok menurutnya.

Another War : Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang